Berita

Alexey DRUGOV

Uni Soviet Tidak Mendorong Ganyang Malaysia

JUMAT, 17 MEI 2013 | 09:21 WIB | LAPORAN: TEGUH SANTOSA

Pemerintah Uni Soviet tidak mendukung kampanye ganyang Malaysia pemerintahan Sukarno pada paruh pertama 1960an. Di satu sisi Uni Soviet merasa senang karena yang dilawan Sukarno adalah Inggris yang berada di belakang pembentukan Malaysia. Tetapi di sisi lain, kampanye itu disebutkan tidak terukur dan tidak jelas.

"Bung Karno adalah seorang revolusioner. Tetapi kesalahan beliau adalah pada waktu itu tidah beralih dari revolusi politik dan fisik ke revolusi ekonomi," ujar peneliti Indonesia dari Rusia, Alexey Drugov di sela makan malam di Wisma Indonesia di Moskow, Rusia (Selasa, 14/5).

Bangsa Indonesia menjadi capek dengan retorika politik.


Drugov yang pernah bertugas sebagai penterjemah Kepala Misi Militer Uni Soviet di Indonesia, mengatakan di satu sisi pemerintah Uni Soviet senang karena kampanye itu mengganggu Malaysia, yang berarti juga menggangu Inggris yang merupakan salah satu seteru Uni Soviet. Tetapi di sisi lain, prospeknya tidak ada.

Wakil Perdana Menteri Uni Soviet, Anastas Ivanovich Mikoyan, katanya lagi dalam satu kunjungan ke Indonesia sempat juga bertanya kepada pihak militer Indonesia apa sebetulnya maksud di belakang kampanye ganyang Malaysia. Mikoyan tidak mendapatkan jawaban yang pasti dan memuaskan.

Saat Indonesia melawan Belanda untuk mendapatkan kembali Irian Barat, seluruh dunia, baik kubu Uni Soviet maupun kubu Amerika Serikat memberikan dukungan. Tetapi konfrontasi dengan Malaysia tidak mendapatkan dukungan dari kubu manapun

"Itu (tidak memberikan dukungan) bukan sikap resmi (pemerintah Uni Soviet). Tetapi sekurang-kurangnya, Uni Soviet tidak mendorong kampanye melawan Malaysia karena jelas tidak ada prospek.

Siapa yang diuntungkan oleh kampanye itu?

Menurut Drugov yang paling diuntungkan adalah militer Indonesia. Melalui kampanye ganyang Malaysia ABRI mendapatkan dana yang banyak, dan, yang paling penting, kekuasaan untuk memukul Sukarno. Setelah kelompok militer berkuasa, kampanye ganyang Malaysia pun menguap tak berbekas.

"Begitu ABRI berkuasa, tidak perlu lagi crash dengan Malaysia. Ali Murtopo ke Bangkok untuk berunding dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Abddurrahman," demikian Drugov. [guh]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya