Berita

ilustrasi, Pabrik pembuatan alat dapur yang digerebek polisi

On The Spot

Pagar Rumah Pemilik Pabrik Dirobohkan Massa

Sekap Dan Perlakukan Buruh Seperti Budak
SELASA, 07 MEI 2013 | 10:00 WIB

Rumah berlantai dua di Kampung Bayur Opak RT 03 RW 06, Lebakwangi, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang itu berdiri megah. Rumahnya bergaya Romawi dengan pilar-pilar tinggi dan balkon di lantai atas berbentuk semi bundar.

Semua pilar dicat motif marmer warna oranye. Begitu juga dinding balkon dan ornamen di pinggir kusen pintu dan jendela.  Serasi dengan warna dinding yang dicat kuning cerah.

Beberapa kompresor AC dipasang di dinding rumah. Dari mesin ini mengalir udara dingin yang menyejukkan sejumlah ruangan di dalam.

Kondisi rumah ini berbanding terbalik dengan bangunan berukuran 6x8 meter di belakangnya. Ruangan di dalamnya gelap, pengap dan lembab. Ventilasinya minim. Lubang udara hanya sebesar 20x40 cm yang dibuat di bagian atas dinding.

Minimnya sirkulasi udara membuat bau keringat pekerjanya seolah melekat di dinding ruangan bercat putih yang tak mulus. Bagian bawah dinding dipenuhi noda kehitaman. Paku-paku ditancapkan untuk gantungan tas maupun tempat mengikat tali jemuran pakaian.

Lantainya dari semen. Tikar untuk alas tidur dihamparkan mengelilingi dinding ruangan. Masih di ruang yang sama, dibangun kamar mandi. Kondisinya sangat kotor.

Di tempat inilah, puluhan pekerja pabrik pembuatan kuali disekap selama berbulan-bulan sehabis bekerja. “Sangat tidak manusiawi, masak orang disuruh tinggal di sini,” ujar seorang polisi yang berjaga di tempat ini.

Sekitar 10 meter dari ruang tempat istirahat pekerja, terdapat bangunan mirip bedeng. Kayu-kayu ditegakkan untuk menopang atas dari asbes.

Ruangan di bawahnya dipakai untuk membuat kuali. Berkarung-karung kertas aluminium ditumpuk di bagian depan.

 Di bedeng ini ada dua tungku pembakar untuk menghasilkan aluminium cair dari limbah itu. Juga terdapat cetakan untuk membuat kuali.

Ukurannya dari diameter 25 cm hingga 1 meter. Kuali yang sudah jadi digeletakkan begitu saja di lantai bedeng.

Bedeng ini sebenarnya dekat jalan. Namun dipisahkan tumpukan kayu setinggi 1,5 meter. Akibatnya, dari jalan tak terlihat bahwa di baliknya ada tempat pembuatan kuali.

Rumah megah dan pabrik kuali ini milik Yudi Irawan. Jumat lalu, pabrik digerebek kepolisian bersama Komnas HAM. Sebanyak 46 buruh yang disekap kemudian dibebaskan.

Berbulan-bulan bekerja di pabrik itu, para buruh diperlakukan seperti budak. Mereka bekerja dari sebelum matahari terbit sampai larut malam. Hanya diberi makan dua kali: pagi dan siang.

Selepas bekerja, mereka dimasukkan ke dalam ruangan dan pintunya dikunci dari luar. Buruh dilarang keluar pabrik. Beberapa buruh mengaku mendapat perlakuan kasar dari para penjaga dan centeng pabrik.

“Selama bekerja sejak Januari hingga April tidak pernah ganti baju, tidak dibayar dan dikurung di dalam pabrik,” ujar Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila.

Warga sebenarnya sudah menaruh curiga dengan aktivitas di tempat ini. Namun mereka ngeri untuk mendekat. “Banyak centengnya, takut. Sedih juga lihat pekerja pada kurus dan keling-keling di dalam. Kalau penyiksaan nggak tahu sebelumnya. Yang pasti tempatnya tertutup, nggak ada yang berani mendekat,” kata Aceng, warga setempat.

Setelah tersiar kabar bahwa pabrik ini memperlakukan pekerjanya seperti budak, seratusan massa mendatangi tempat ini. Mereka mengamuk dan merusak pagar di depan rumah Yuki. Besi-besi pagar dirobohkan. Hanya menyisakan tembok di bagian bahwa pagar yang dihiasi batu alam itu. Pagar itu pun jebol sepanjang 12 meter.

“Perusahaan Ini Disegel Oleh Buruh.” Tulisan itu dipasang massa di tembok pagar yang dirusak. Amuk massa ini tak berlanjut ke rumah Yuki maupun ke pabrik tempat membuat kuali. Sebab, puluhan anggota polisi dan TNI berjaga di halaman.

Walaupun jumlah massa lebih banyak, mereka menghentikan aksi ketika sudah berhadap-hadapan dengan aparat. Puas melampiaskan amarahnya, massa meninggalkan tempat itu.

Kapolsek Sepatan Sunaryo memimpin pengamanan agar tempat ini tak dihancurkan massa. Ia langsung ke lokasi setelah mendengar buruh Tangerang akan menggelar aksi solidaritas terhadap rekan mereka yang disekap di sini.

“Tugas kami mengamankan seluruh warga dengan kekuatan terbatas,” kata Sunaryo. Suasana tak lagi memanas setelah massa buruh meninggalkan tempat ini.

Pengamatan Rakyat Merdeka, anggota polisi dan TNI menempati sudut-sudut halaman pabrik CV Cahaya Logam ini. Mereka mencegah warga menerobos garis polisi yang dipasang sejak tempat ini digerebek.
 
Massa buruh berlalu, giliran warga yang datang. Mereka berduyun-duyun ingin melihat tempat penyekapan puluhan buruh. Warga memenuhi jalan aspal selebar 1,5 meter di depan pabrik.

Mencoba Kabur, Diseret & Digebuki Centeng Pabrik

Umi, warga yang tinggal tepat di depan pabrik milik Yuki Irawan sering melihat para pekerja diangkut keluar-masuk menggunakan mobil bak terbuka. Keluar pukul 6 pagi, kembali pukul 10 malam.

Perempuan berusia 45 tahun itu tak tahu ke mana para pekerja itu dibawa. Kabar yang dia dengar, mereka diangkut untuk bekerja tempat pembuatan kuali lainnya.

Selama ini, dia tak menaruh curiga dengan pekerja yang diangkut keluar-masuk.

“Pada diem aja, kayak tertekan. Pas berangkat sudah cemong, kaosnya lusuh, rambut pada kotor. Apalagi pulangnya dekil banget,” tutur Umi.

Beberapa pekerja sempat menatap tajam kepada Umi ketika diangkut mobil keluar tempat itu. Meski sering memergoki para buruh yang dibawa keluar masuk, Umi tak berani menanyakannya kepada Yuki.

Selama ini, dia jarang bergaul dengan warga. Bahkan tertutup.  “Dulu mah bukan siapa-siapa Bos Yuki. Setelah iparan sama Lurah Lebak Wangi baru dia jadi orang kaya,” terang Umi yang tinggal di sini sejak 1999. Pada 2009, masih kata Umi, Yuki mulai membangun rumah mewah berlantai dua.

Menurut Umi, aktivitas di tempat pembuatan kuali berlangsung dari pagi sampai malam. Setiap hari. Ini bisa diketahui dari suara gerinda bergesekan dengan logam.

Selama ini pemilik pabrik tak pernah memberikan bantuan kepada warga yang terganggu dengan keberadaan tempat pembuatan kuali ini. “Yang ada air limbah ngalir ke kebon, matiin pohon saya,” ujar Umi geram.

Dari rumahnya, Umi menyaksikan orang berbondong-bondong ingin melihat pabrik pembuatan kuali yang digerebek polisi dan Komnas HAM. Beberapa orang pun memasuki pekarangan rumahnya agar bisa melihat dari dekat.

Budi, warga yang tinggal di belakang pabrik pernah mendapati pekerja yang kabur. Pekerja itu keluar dengan melompat pagar.

“Tiba-tiba bunyi bruk, terus jalannya sempoyongan. Dia lari ke kanan kita diemin. Sepuluh menit kemudian datang centeng. Kita bilang aja lari ke kiri,” kata Budi.

Menurut dia, setahun terakhir sudah lima orang yang kabur dari pabrik itu. Biasanya, mereka kabur sore menjelang malam. Setelah meloloskan diri, bersembunyi di kebun-kebun 25 meter dair pabrik.

 â€œSudah sehari sampai dua hari di sawah, baru ngerayap ke rumah warga. Kita bantu, suruh mandi, dikasih baju. Kita kirain orang gila, nggak taunya buruh di situ,” kata Budi.

Ada juga yang tertangkap. Pekerja itu dipukuli habis-habisan oleh centeng pabrik. Pekerja itu diseret-seret sampai ke dalam pabrik. Warga tak bisa berbuat banyak, karena para centeng berdalih pekerja itu mencuri.

“Pernah diteriakin maling sama centeng, dikira maling beneran. Nggak taunya buruh, kasihan juga,” ujarnya. Budi menyebut para centeng itu juga kerap mengintimidasi warga.

Kini, orang-orang yang selama ini jadi centeng pabrik itu bersembunyi setelah pabrik digerebek polisi. “Warga tahu siapa yang jadi centengnya. Tapi biarlah aparat aja yang menindak,” katanya.  [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya