Puluhan orang terlihat serius menatap layar monitor komputer masing-masing. Jam di ruangan menunjukkan pukul 9 pagi. Suasana di dalam laboratorium yang terletak di lantai dua gedung SMA Negeri 70 itu tampak tenang.
Mereka adalah peserta ujian kompetensi lurah gelombang pertama yang digelar di sekolah di kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, Sabtu lalu. Gelombang pertama mulai pukul 8 pagi. Gelombang berikutÂnya pukul 10.30.
Di depan ruang laboratorium ditaruh dua meja yang diraÂpatÂkan. Di sinilah tempat peÂnÂdafÂtaran peserta ujian kompetensi yang berlangsung
online ini. Tiga orang panitia ujian menunggu meja ini. Setelah mengisi daftar hadir, peserta akan mendapat karÂtu identitas yang harus diÂganÂtungÂkan di leher.
Laboratorium yang dipakai unÂtuk tempat ujian berukuran sekÂiÂtar 10x5 meter persegi. Meja-meja di ruangan ini disusun tiga baris. Di setiap baris terdapat 10 komputer. Saat ujian gelombang pertama, satu meja terlihat kosong.
Ujian gelombang belum seleÂsai, peserta ujian gelombang terÂlihat sudah berada di SMA 70. MaÂlawu, Kepala Seksi PemerinÂtaÂhan di Kantor Kecamatan PenÂjaÂringan, Jakarta Utara terÂmasuk peserta ujian gelombang kedua.
Khawatir terlambat, pria deÂngan postur tinggi tegap itu beÂrangkat dari rumahnya pagi-pagi. Dia tiba di lokasi ujian sekitar puÂkul 9. “Saya nggak mau gugur sebelum bertempur,†alasannya.
Rupanya warga Tanjung Priok, Jakarta Utara itu tak sendiri. Belasan peserta ujian gelombang kedua juga sudah tiba di SMA 70. Malawu pun terlihat ngobrol deÂngan sesama peserta ujian.
Malawu mengaku tidak keÂsulitan mendaftar lelang jabatan lurah hingga mengikuti ujian secara
online. Penuh semangat, dia optimistis lolos seleksi ini dan terpilih jadi lurah.
Waktu menunjukkan pukul 10.20, Malawu beserta belasan peserta lain mulai berdiri. Mereka pun melangkahkan kaki menaiki tangga ke tempat ujian di lantai dua. Sepuluh menit kemudian, beÂlasan orang mulai turun dari tangÂga. Mereka adalah peserta ujian geÂlombang pertama. BeÂberapa peÂserta terlihat berwajah cerah, seÂolah terlepas dari beban. BerÂgeÂrombol, mereka menuruni tangga.
Heru Supriyono, peserta ujian gelombang pertama mengaku tidak kesulitan mengikuti ujian ini. Wakil Lurah Kramat Jati, JaÂkarta Timur itu menjawab 60 pertanyaan yang muncul di layar komputer. “Saya coba ikuti semua prosedur yang ada,†kata Heru.
Pengakuan sama meluncur dari mulut Fini Amrani. Staf di Badan Perencanaan Daerah DKI Jakarta itu bersyukur telah selesai menÂjalani tes online ini. Menurut dia, dengan adanya lelang jabatan, persaingan memperebutkan kursi lurah menjadi jdi terbuka. “Jadi lebih fair,†katanya.
Jumlah peserta yang terdaftar mengikuti ujian gelombang perÂtama ini berjumlah 58 orang. MeÂreka dipecah ke dalam dua ruang ujian. Ruang pertama 30 peserÂtanya. Sisanya di ruang kedua.
Hari Minggu kemarin, di seÂkoÂlah ini juga digelar ujian komÂpetensi untuk posisi camat. Ujian hanya berlangsung satu geÂlombang. Dimulai pukul 8 pagi.
Jumlah peserta ujian komÂpeÂtensi posisi camat terdaftar 24 orang. Namun tiga peserta tidak hadir tanpa keterangan yang jelas. SeÂorang peserta tidak boleh meÂngiÂkuti ujian karena terlambat hadir.
Tidak hanya SMAN 70, ujian kompetensi jabatan camat juga digelar di SMK Negeri 1, SMA Negeri 1, SMKN 14, SMKN 16, SMAN 35, SMPN 1, SMAN 3. Jumlah peserta ujian ini sebanyak 775 orang.
Judan Royter, Camat Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengikuti ujian di SMPN 1 Cikini, Jakarta Pusat. Ia baru kali ini mengikuti tes secara online. Ia mengaku kiÂkuk. “Ya, makanya tadi itu ada latihan soal dulu dari pengawas. Maklum, usia saya sudah hampir 50 tahun, jadi agak gaptek (gagap teknologi),†ujarnya.
Tiga puluh menit sebelum diÂmulai, panitia menggelar simulasi cara mengisi soal-soal ujian onÂline ini. Peserta diajarkan mengÂaÂrahkan kursor ke jawaban piliÂhan ganda dan mengklik mouse di jawaban yang dianggap benar. Setelah dianggap paham cara mengisi soal, tepat pukul 8 deÂlaÂpan ujian dimulai.
Walaupun agak kesulitan mengÂgunakan komputer, Judan mengaku tidak
kesulitan sulit menÂjawab pertanyaan-pertanyaÂan yang ada di layar. Sebab, maÂteri seputar tugas sehari-hari seÂbagai camat. Enam puluh perÂtanyaan harus dijawab dalam waktu 90 menit.
“Yang diuji itu sesuai bidang tugas kita, jadi saya nggak perlu khawatir bagaimana hasilnya nanti. Sama kayak ujian sekolah lah,†kata Judan yang telah menÂjabat Camat Kelapa Gading seÂlama 5 tahun itu.
Judan optimistis dirinya bakal lolos seleksi tes online ini dan ikut tes berikutnya. “Saya ini suÂdah jadi wakil camat 4 tahun dan saat ini camat 5 tahun. Saya santai saja,†kata dia.
Ujian yang digelar di SMPN 1 CiÂkini ini kebanyak diikuti peÂgaÂwai negeri sipil (PNS) dari seÂjumlÂah instansi di Pemprov DKI yang berminat jadi camat.
80 Peserta Tak Hadir, Bisa Ikut Ujian SusulanSebanyak 80 peserta tidak ikut mengikuti ujian komÂpeÂtensi jabatan lurah dan camat yang digelar 27-28 April. MeÂreka masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian susulan.
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta mendata jumlah peserta ujian komÂpeÂtensi lurah dan camat sebanyak 1.118 orang. Peserta ujian unÂtuk posisi lurah sebanyak 790 orang. Sedangkan peserta ujian camat 328 orang.
Ujian untuk posisi lurah digelar Sabtu lalu. Lima puluh orang peserta tidak hadir. SeÂdangkan ujian untuk posisi caÂmat digelar kemarin. Sebanyak 30 peserta tidak hadir.
Kepala BKD DKI I Made Karmayoga menyebutkan, emÂpat lurah definitif tidak meÂngikuti ujian yang digelar Sabtu lalu. Yakni Lurah Warakas, LuÂrah Selong, Lurah Kota Bambu Selatan dan Lurah Tegal Alur.
Lurah Warakas, kata dia, tak ikut ujian karena mengunÂdurÂkan diri. “Otomatis jabatannya hilang, tapi setelah ada pejabat baru. Karena memang pejabat definitif jadi perhatian kita,†katanya. Sementara tiga lurah lainnya sudah meninggal dunia.
Ujian posisi lurah yang diÂgelar di SMA Negeri 70 BuÂluÂngan, Jakarta Selatan, Sabtu lalu, sebanyak 16 peserta tidak hadir. Ujian digelar dua sesi. Sesi pertama digelar pagi deÂngan jumlah peserta 58 orang. Sesi kedua siang hari. Jumlah pesertanya sama.
Sugeng Irianto, Koordinator Ujian mengatakan, sesi pertama hanya diikuti 53 peserta. Lima orang tidak hadir. Jumlah peÂserta sesi kedua lebih sedikit lagi. Hanya 47 orang. Sebelas peserta tidak hadir.
Jumlah peserta yang tidak ikut ujian kompetensi lurah ini diketahui dari absensi. SebeÂlum masuk ke ruang ujian, peÂserta diminta mengisi daftar hadir. Ada dua kolom di daftar hadir itu.
Di sebelah kiri nama peserta. Tanda tangan atau paraf peserta di sebelah kanan. Kolom paraf yang tetap kosong menunÂjukÂkan peserta tidak hadir.
Peserta yang tidak hadir saat ujian masih diberi kesempatan untuk ikut ujian susulan. “Yang tidak hadir kita akan lihat, paÂnitia rapat mencari alasan keÂtiÂdakhadiran mereka. Ada juga yang beralasan karena ada sanak saudara yang meninggal seÂhingga datang terlambat. Aturannya fleksibel saja, karena ada faktor sosial dan kemaÂnuÂsiaan,†tandas Made.
“Yang alasannya bisa diteriÂma boleh menyusul (ujiannya), tapi membuat berita acara dulu, menyatakan bahwa halangan dan ada bukti yang dibawa,†tandas Made. Jika tidak hadir karena sakit, peserta harus menunjukkan surat keterangan dari dokter. “Itu jadi perÂtimbangan,†katanya.
Setelah mengisi berita acara ketidakhadiran yang disertai alasannya, peserta menunggu keputusan dari panitia seleksi. Jika alasannya diterima, peserta bisa ikut ujian susulan. RenÂcananya ujian digelar sebelum 5 Mei. [Harian Rakyat Merdeka]