Berita

KISRUH BENDERA ACEH

Aceh Tahu Pemerintah Pusat Tak Berani Ambil Keputusan Tegas dan Cepat

JUMAT, 19 APRIL 2013 | 06:52 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Solusi tentang soal bendera Aceh yang mirip milik Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hanya satu. Yaitu, menolaknya dan menggantinya dengan bendera NAD yang lebih sesuai dengan tradisi, sejarah, dan budaya Aceh.

Demikian disampaikan pengamat politik senior AS Hikam terkait sampai saat ini belum adanya keputusan dari pemerintahan pusat menanggapi hal tersebut.

"Jika pemerintah Pusat menunda terus keputusan terkait dengan masalah kedaulatan RI ini, maka sama saja artinya membuka peluang bagi kebangkitan dan penguatan (empowerment) bagi aspirasi dan praksis separatisme di Tanah Rencong," jelas Hikam (Jumat, 19/4).


Sejatinya, isu bendera ini hanyalah merupakan semacam tes bagi keteguhan dan ketegasan Pemerintah dalam menghadapi GAM. Strategi perjuangan GAM paska MoU  Helsinki adalah dengan memakai jalan politik/diplomasi, karena perang menghadapi TNI jelas akan menghancurkan eksistensi mereka.

"Dan terbukti betapa efektif strategi tersebut. Para elite Aceh yang kini menduduki posisi-posisi strategis (Gubernur, Walikota, Bupati, DPRD) mayoritas adalah mantan elit, pendukung, dan aktivis GAM," ungkap Hikam.

Menurut Hikam, mereka tahu persis salah satu kelemahan Pemerintah Pusat adalah ketidakmampuan membuat keputusan tegas, cepat, dan tuntas dalam menghadapi persoalan-persoalan strategis.

Mereka belajar dari pengalaman Pemerintah Pusat dalam menangani konflik-konflik dengan Malaysia, separatis OPM, dan aksi-aksi kekerasan kelompok-kelompok radikal. Pemerintah RI hanya melakukan penundaan, mengulur waktu, dan bersikap tidak tegas.

"Ujungnya adalah semakin menguatnya para penantang Pemerintah tersebut! Saya kira, jika isu bendera GAM ini sukses, maka giliran berikutnya adalah berbagai tuntutan baru yang semuanya bermuara pada semakin kuatnya GAM di Aceh. Dan semuanya akan selalu berlindung di balik MoU Helsinki," tandas Menristek Era Presiden Gus Dur ini. [zul]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya