.Rudal Yakhont seberat 3.000 kilogram (kg) ditembakkan dari KRI Oswald Siahaan 354. Peluru kendali buatan Rusia itu melesat tegak lurus. Suaranya menggelegar. Setelah mencapai ketinggian ratusan meter, rudal yang memiliki panjang 8.900 mm dan diameter 720 mm itu berbelok menuju sasaran.
Rudal berdaya jelajah 300 kiÂlometer melaju dengan kecepatan 2 march atau dua kali kecepatan suara. Di layar pembidik sasaran terlihat kapal berwarna abu-abu. Jaraknya 100 mil laut atau 185 kilometer dari KRI Oswald.
Tujuh menit melayang di udaÂra, rudal menghantam sasaran. Ledakan di anjungan kapal sasaÂran menciptakan bola api raksasa. Kapal miring ke kiri. Dua menit kemudian tenggelam dengan poÂsisi buritan terlebih dulu.
Uji penembakan rudal Yakhont ini merupakan bagian dari LatiÂhan Armada Jaya XXXI yang diÂgelar Oktober tahun lalu. Di geÂladak KRI Surabaya 592, LakÂsaÂmana Soeparno, Kepala Staf TNI AL saat itu dan dua anggota KoÂmisi I DPR berdecak kagum menyaksikan atraksi itu.
Sasaran dalam uji penembakan di laut Sulawesi ini adalah KRI TeÂluk Berau 534. Detik-detik tenggelamnya kapal pendarat tank (landing ship tank/LST) itu diabadikan dari periskop kapal selam KRI Cakra 402 yang ikut dalam latihan. Riwayat kapal buatan Jerman Timur tahun 1977 itu pun berakhir.
KRI Teluk Berau memperkuat armada TNI AL sejak 1993. KaÂpal berbobot 1.900 ton ini diÂgeÂrakÂkan dua mesin diesel ini. MamÂpu menjelajah hingga keceÂpatan 18 knot. Kapal dengan panjang 90,7 meter dan lebar 11,12 meter ini dipakai untuk pendaratan pasukan Marinir. Kapal ini juga bisa dipakai untuk mengangkut kargo hingga seberat 600 ton.
Sebelum ditenggelamkan, KRI Teluk Berau memperkuat KoÂmanÂdo Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Pernah diÂikutsertakan dalam Operasi Tri Sila, Operasi Balat Sakti dan Taring Hiu.
Selain KRI Teluk Berau, TNI AL juga akan “mengorbankan†KRI Teluk Semangka untuk uji coba rudal. Informasi ini diÂsamÂpaikan Tavianto Noegroho, DiÂrektur Hukum dan Humas Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.
Menurut dia, Ditjen Kekayaan NeÂgara sudah menyetujui peÂmusÂnahan KRI Teluk Semangka. Pemberian persetujuan ini meÂngaÂcu kepada Peraturan PeÂmÂeÂrintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2007.
Tavianto menjelaskan, PeratuÂran Menteri Keuangan itu meÂngÂatur syarat penghapusan baÂrang milik negara. Di antara syaÂratÂÂnya, barang milik negara itu suÂdah tiÂdak dapat digunakan lagi kaÂrena rusak. Tidak ekonomis bila diÂpakai. Atau, tidak dapat lagi diÂgunakan karena modernisasi.
Alasan lain, pemusnahan boleh dilakukan bila barang milik neÂgara telah melampaui batas waktu pengÂgunaan atau keÂdaluwarsa. Bisa juga karena sudah berubah speÂsifikasinya akibat terkikis atau aus setelah beberapa lama digunakan.
“Persetujuan pemusnahan kÂaÂpal tersebut merupakan dukungan Ditjen Kekayaan Negara KemÂenÂterian Keuangan dalam acara latihan gabungan TNI AL,†tanÂdas Tavianto.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati membenarkan KRI TeÂluk Semangka dan KRI Teluk Berau dijadikan sasaran tembak rudal dalam latihan yang digelar TNI AL.
“Dua kapal itu sudah tidak laÂyak lagi digunakan, dan akan diÂtenggelamkan. Memang kita akan menenggelamkan kapal yang suÂdah tua, yaitu asal Korea SeÂlatan dan Amerika,†kata Untung.
Rencananya, pada 1 Mei menÂdatang TNI AL akan kembali mengÂgelar latihan. Latihan itu melibat 20 kapal perang mulai dari kapal cepat, kapal kawal ruÂdal, kapal buru tangkap, kapal penyapu ranjau dan dua kapal selam. “Dua ribu personel MariÂnir ikut serta dalam latihan gaÂbunÂgan nanti,†ujarnya.
Salah satu bagian dari latihan itu adalah uji penembakan rudal Exocet MM-40 block II buatan Prancis dan Torpedo SUT. TorÂpedo akan ditembakkan dari kaÂpal selam. Kapal sasarannya KRI Teluk Semangka.
Namun, kata Untung, loÂkaÂsi latihan belum ditentukan. TerÂmaÂsuk uji penembakan rudal unÂtuk menenggelamkan KRI Teluk SeÂmangka. Direncanakan, latihan itu berlangsung hingga 18 Mei.
Selain KRI Teluk Semangka dan Teluk Berau, ada empat kapal LST lagi akan dimusnahkan. Yakni KRI Teluk Langsa 501 yang dibuat pada 19 Pebruari 1945. Kapal ini memperkuat TNI AL pada 1960.
Kemudian, KRI Teluk Kau 504 buatan tahun 1942 dan berÂgabung dengan TNI AL pada tahun yang sama. KRI Teluk ToÂmini 508 juga kapal eks AngÂkatan Laut AmeÂrika yang bergaÂbung dengan TNI AL pada 1967.
Terakhir KRI Teluk Saleh 510 diÂbangun pada 1943 dan bergaÂbung dengan TNI AL pada 1970. Kapal ini sempat dipakai saat perang Vietnam pada tahun 1967-1970. Semua kapal itu buatan galangan kapal Chicago Bridge & Iron Company, Seneca, IlliÂnois, Amerika Serikat.
Menurut Untung, keempat kaÂpal itu sudah tidak masuk dafÂtar jajaran kapal armada TNI AL. Sudah dipensiunkan sejak Mei tahun lalu. “Sudah tidak diopeÂraÂÂsikan karena risiko keamanan dan biaya perawatan yang tenÂtunya sangat besar,†kata dia.
Pemusnahan kapal-kapal yang sudah berusia 60 tahun ini, lanjut Untung, akan dilakukan bertahap. Jika diputuskan untuk ditengÂgeÂlamkan, kapal itu akan dijadikan sasaran latihan menembak. PiÂliÂhan lainnya dimuseumkan.
“SeÂperti di Surabaya, banyak kapal-kapal kita yang sudah tidak digunakan dijadikan muÂseum,†terangnya.
Untuk mengganti kapal-kapal yang dipensiunkan, TNI AL meÂmesan dua kapal LST dari gaÂlangan di dalam negeri. Juga meÂmesan empat kapal jenis LanÂding Platform Dock (LPD) dari Korea Selatan.
Ratusan Kapal Perang Telah DibesituakanDi era Orde Lama, kekuatan angÂkatan bersenjata Indonesia cukup disegani di kawasan Asia TengÂgara. Bukan hanya di darat, tapi juga di laut dan udara. Pesawat dan kapal-kapal perang yang diÂmiÂliki termasuk modern di masanya.
Konfrontasi dengan Malaysia maupun upaya merebut Papua BaÂrat dari Belanda membuat SoeÂkarno perlu membangun angÂkaÂtan bersenjata yang kuat.
Memanfaatkan perang dingin antara Blok Barat (Amerika dan sekutunya) dengan Blok Timur yang dipimpin Rusia, Soekarno bisa memperoleh bantuan perÂsenjataan dari kedua belah pihak.
Wilayah perairan Indonesia dijaga kapal-kapal perang buatan kedua blok. Begitu juga wilayah udara. Soekarno kemudian diÂganÂti Soeharto. Konfrontasi pun diÂakhiri. Orde Baru yang meÂngeÂdeÂpankan pembangunan ekonÂoÂmi dimulai. Membangun angkÂaÂtan bersenjata yang kuat tak lagi jadi prioritas.
Pemutakhiran persenjataan terÂsendat. Pesawat-pesawat temÂpur yang dulu tercanggih di maÂsanya dimuseumkan karena suÂdah tua, ketinggalan zaman dan kekurangan suku cadang. Sisa kejayaan kekuatan udara kini haÂnya bisa dilihat di museum.
Kapal-kapal perang tua tetap dipertahankan karena anggaran pertahanan yang rendah, tak memungkinkan membeli kapal-kapal baru. Ratusan kapal akhirÂnya dipensiunkan karena sudah tak layak beroperasi dan ketingÂgalan zaman. Padahal, teknologi persenjataan semakin berÂkemÂbang dan canggih. Selain itu, meÂngoperasikan kapal-kapal tua juga butuh biaya yang tak sedikit.
Kapal-kapal yang telah dipeÂnÂsiunkan mulai dari jenis destroyer (1 kapal), destroyer kelas Skorry (2 kapal), destroyer kelas AlÂmiÂrante Clemente (2 kapal), fregat kelas Riga (8 kapal), fregat kelas Martha Kristina Tiyahahu (3 kaÂpal), fregat kelas Samadikun (4 kaÂpal), korvet Belanda (4 kapal), dan korvet kelas Albatros (2 kapal).
Lalu 14 kapal selam buaÂtan Rusia juga telah dipenÂsiunÂkan. Kemudian 1 kapal penyapu ranÂjau, kapal kelas US Blue Bird Coastal Minesweeper 6, kapal patroli besar dan kecil 26.
Kapal cepat yang tidak digunaÂkan lagi 44, kapal anti kapal selam 5, kapal riset 3, kapal angÂkut pasukan jenis ferry 1, dan kapal pendukung lainnya 15.
Kapal-kapal itu dipensiunkan bertahap mulai dari 1970 sampai 2006. Terakhir, KRI Karang Galang dijadikan sasaran temÂbak dalam latihan gabungan TNI pada 2008.
Dari Turunkan Pasukan Hingga Selamatkan TurisMisi KRI Teluk Semangka
Selama memperkuat TNI AL, KRI Teluk Semangka 512 telah menjalani berbagai misi. Mulai dari operasi militer, menÂjaga kekayaan laut hingga misi kemanusiaan.
Kapal yang memiliki panjang 100 meter, lebar 15,4 meter, dan berat 3,770 ton itu dilengkapi dek helikopter di bagian belaÂkang untuk operasi udara.
Persenjataan kapal yang terÂbilang tua ini tidak dapat diÂpanÂdang sebelah mata. Pasalnya, kapal itu dilengkapi peÂrÂsenÂjaÂtaÂan lengkap berupa 3 meriam 40 mm, 2 senjata mesin 20 mm, dan 2 senjata mesin 12,7 mm.
KRI Teluk Semangka terlibat dalam operasi di Aceh. Kapal ini menjadi kapal angkut pasuÂkan yang akan ditugaskan di Tanah Rencong itu. Setidaknya dua kali kapal ini mengirim prajurit ke Aceh pada 2003.
Bersandar di Krueng GeuÂkeuh, KRI Teluk Semangka meÂnurunkan personel Yon Zipur 3 Bandung, 10 truk dan beberapa unit ambulans.
Setelah itu, KRI Teluk SeÂmangka kembali berlayar deÂngan tujuan Pelabuhan MaÂlaÂhaÂyati, Banda Aceh. Sisa paÂsukÂan Yon Zipur 3 Bandung diÂtÂuÂrunÂkan di sana. Mereka langÂsung ditempatkan di kawasan Banda Aceh dan sekitarnya.
Pengiriman anggota TNI itu menyusul batalnya sidang
Joint Council, yang sedianya kemÂbali menengahi sengketa anÂtara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI.
Misi menjaga kekayaan laut Indonesia dibuktikan dengan peÂnangkapan terhadap kapal KM Indo Tuna-107 di wilayah perÂairan timur Indonesia, Papua.
Kala itu, Pangkalan TNI AL Sorong mencurigai kapal KM Indo Tuna-107 melakukan peÂnangkapan ikan tidak sesuai
Fishing Ground di perairan Papua. KRI Teluk Semangka pun diperintahkan untuk meÂngejar kapal itu.
Berdasarkan hasil pemeÂrikÂsaÂan awal perwira penyidik KRI Teluk Semangka, diteÂmuÂkan indikasi pelanggaran seÂhingÂga komandan KRI Teluk Semangka memerintahkan keÂpada anak buahnya untuk meÂngawal kapal Indo Tuna ke pangkalan TNI AL Sorong.
Di Tegal, KRI Teluk SeÂmangÂka juga menangkap kapal-kapal penangkap ikan tanpa izin. Empat kapal penangkap ikan berbobot mati di atas 30 gross ton (GT) terjaring operasi KRI Teluk Semangka.
Keempat kapal itu yakni KaÂpal Motor (KM) Putra BaÂhari berÂbobot mati 33 Gross Ton (GT), KM Putra Samudera 63 GT, KM Sumber Rejeki 36 GT, dan KM Sri Bangun Mulia 58 GT.
Menurut pihak Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal, kaÂpal-kapal yang ditangkap KRI Teluk Semangka tidak meÂmiliki surat penangkapan ikan.
Misi kemanusiaan yang perÂnah dijalankan KRI Teluk SeÂmangka yakni membantu warÂga Pulau Karimun Jawa yang terÂancam kelaparan karena cuaca buruk. Sekitar 287 orang yang terisolir di Kepulauan KaÂriÂÂmunÂjawa, Jepara sejak akhir DeÂsember 2006, berhasil ‘diÂevaÂkuasi’. Mereka lalu diangkut ke Semarang.
Ke-287 orang itu berasal dari berÂbagai daerah di Jawa TeÂngah. Bahkan ada satu orang tuÂris Cina. Yang (26), demikian nama turis China itu, dilaporÂkan sedang berlibur tapi tidak bisa puÂlang karena cuaca buruk seÂjak akhir tahun lalu.
Selain turis asing, yang ikut dalam perjalanan ‘gratisan’ itu adalah tiga mahasiswi Jepara. MeÂreka mengaku tidak bisa ujiÂan karena tak bisa kembali ke kamÂpus akibat cuaca buruk di Laut Jawa. Dengan kapal peÂrang buatan tahun 1980 dari ArÂmatim TNI AL itu jarak antara SemaÂrang-Karimunjawa sekitar 130 Km ditempuh dalam waktu 8,5 jam.
Selama di kapal, warga sipil itu mendapat pelayanan yang baik. Mereka diberi roti dan makan siang gratisan. SeÂbeÂlumÂnya, KRI Teluk Semangka berÂlabuh di Sumbawa. Namun kaÂrena kondisi mendesak ia ditarik ke Jawa Tengah.
Selain mengangkut orang yang terjebak di Pulau Karimun Jawa, KRI Teluk Semangka juÂga mengangkut 53 ton beras dan ratusan dus mie instan, sarÂden, kecap, serta bumbu dapur. BaÂhan makanan itu dikirim kaÂrena warga di pulau sedang kriÂsis pangan karena tak ada paÂsoÂkan sejak sepekan terakhir. PeÂngiÂriman barang terhenti akibat cuaca buruk. [Harian Rakyat Merdeka]