Kerap kesemutan, kram hingga mati rasa di sekitar tangan, kaki maupun di tubuh lainnya, gejala seperti itu jangan dianggap sepele. Hal ini menjadi salah satu indikasi adanya gangguan urat saraf tepi atau neuropati.
Neuropati atau gangguan saraf tepi merupakan suatu konÂdisi yang mempengaruhi sistem saraf. Serat-serat saraf bisa jadi rusak. Konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, dr Manfaluthy Hakim mengemukakan, gangÂguan urat saraf biasanya diÂsebabkan akibat menurunnya fungsi saraf.
Bahkan, satu dari empat orang atau sekitar 26 persen orang yang berusia 40 tahun ke atas rentan mengalami neuropati. Orang yang terkena neuropati juga bisa disebabkan penyakit sistemik atau metabolik seperti diabetes, liver dan ginjal.
“Penyakit diabetes paling baÂnyak menjadi penyebab neuÂropati,†ungkap dr Luthy di acara workshop media bertajuk ‘KonÂsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati’ di Jakarta, Rabu (3/4).
Ketua Kelompok Studi NeuÂrofisiologi dan Saraf Tepi PerÂhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Pusat ini mengatakan, neuropati sering kali tidak disadari sebagai peÂnyakit, melainkan komplikasi dari peÂnyakit lain.
Jika dibiarkan, kondisi neuÂropati dapat mengganggu moÂbilitas penderitanya. Bahkan apabila tidak diterapi benar bisa jadi kronis sehingga berÂpotensi komplikasi.
“Posisi tubuh tertentu saat melakukan aktivitas dalam wakÂtu lama bisa memicu kerusakan sistem saraf atau neuropati. SeÂperti kebiasaan meletakan perÂgeÂlangan tangan pada papan ketik sebagai salah satu kegiatan yang berisiko tinggi memicu neuÂropati,†ungkapnya.
Bahkan, kebiasaan sehari-hari seperti jongkok atau duduk berÂsila dalam waktu lama, katanya, juga bisa memicu neuropati.
GeÂjala tersebut selalu berulang-ulang dan terjadi spontan. UmumÂÂnya, diawali dengan keseÂmutan (akibat peredaran darah tiÂdak lancar) yang kemudian memÂpengaruhi sistem saraf.
Selain itu, diikuti rasa terbakar di tangan dan kaki. Bisa juga mengalami kram, kaku otot, kesemutan, kehilangan konÂtrol kandung kencing, keÂleÂmaÂhan anggota gerak, atau peÂnyuÂsutan otot.
Menurut Luthy, jika sudah stadium lanjut bagian tubuh akan timbul rasa baal atau kebas alias mati rasa.
Sebenarnya, kata dia, NeuÂropati bisa dicegah dengan melaÂkuÂkan cek kondisi saraf dan keÂnali gejala neuropati. Selain itu, konsumsi vitamin neurotropik secara teratur, diet yang cukup dan gaya hidup sehat.
“Pencegahannya seharusnya dilakukan sedini mungkin, seÂmakin bertambah usia, fungsi saraf makin menurun, terutama usia 40 tahun. Hati-hati, jika neuropati tidak dideteksi sejak dini bisa mengakibatkan keÂlumÂpuhan,†warning dr Luthy.
Ketua Umum PERDOSSI PuÂsat Prof M Hasan Machfoed menambahkan, neuropati sering tidak disadari sebagai penyakit. Bahkan kerap dianggap sebagai gejala gangguan kesehatan umum. Padahal, gangguan saraf itu dapat dicegah.
Jika gangguan dibiarkan, daÂpat terjadi kerusakan saraf lebih berat yang bisa mengganggu perÂgeÂrakan dan mobilitas penderita. Rasa nyeri yang muncul meÂnimÂbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu psikologi.
“Neuropati merupakan konÂdisi yang selama ini diabaikan maÂsyarakat. Padahal, kondisi ini berpotensi menyerang siapa saja,†imbau Prof Hasan.
Agar sistem saraf bekerja baik, nutrisi yang membantu keseÂhatan saraf, seperti makanan mengÂandung vitamin B, harus dikonÂsumsi cukup. Neuropati dapat ditangani lewat bantuan alat, nutrisi, obat, ataupun pemÂbeÂdahan.
Konsumsi Dulu Vitamin Neurotropik Selain memperbaiki gaya hiÂdup yang lebih sehat dan seimÂbang, konsumsilah vitamin neuÂrotropik sejak dini. Vitamin neurotropik merupakan vitamin yang diperlukan untuk menjaga dan menormalkan fungsi saraf, yang bisa memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memÂberikan asupan yang dibutuhkan agar saraf dapat bekerja baik.
Konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, dr Manfaluthy Hakim mengatakan, fungsi saraf akan semakin menurun jika usia seÂmakin tua.
Saraf kita sangat tergantung pada suplai vitamin B yang memadai dan sangat sensitif terhadap keÂkurangan vitamin B. “Vitamin tersebut penting meÂlindungi dan meregenerasi saraf. Untuk itu, sangat penting untuk mengkonÂsumsi berbagai vitamin B yang berfungsi memelihara sistem saraf, seperti vitamin neurotropik,†katanya di Jakarta, Rabu (3/4).
Vitamin ini terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 sehingga dapat membantu mencegah neuropati dan komplikasi pada pasien diaÂbeÂtes. “Vitamin ini juga terÂlibat daÂlam metabolisme energi sel seÂhingga dapat dipakai mengÂatasi kelelahan dan membantu dalam maÂsa penyembuhan,†ujar dr Luthy.
Selain memenuhi asupan tubuh dengan vitamin neurotropik, masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan kondisi tubuh secara berkala agar dapat segera ditaÂngani dan tidak jadi parah.
“Asupan vitamin B12 yang lebih banyak sangat dibutuhkan oleh tubuh karena vitamin B12 yang masuk ke tubuh hanya diserap kurang dari dua persen asupannya,†imbaunya.
Untuk upaya pencegahan lanÂjutnya, perbaiki gaya hidup dengan cara upayakan gizi seÂimÂbang, olahraga teratur, istirahat cukup untuk regenerasi sel saraf. Apabila diperlukan, konsumsi vitamin neurotropik satu kali sehari sejak dini secara teratur.
“Kendalikan faktor risiko neuÂropati juga penting dilakukan. Jangan tunggu terjadi kerusakan saraf, karena kerusakan saraf membutuhkan perbaikan berÂtaÂhun-tahun. Pencegahan dini terÂhadap neuropati sangat penting,†ungkap dr Luthy. [Harian Rakyat Merdeka]