Berita

Kereta Rel Listrik (KRL)

On The Spot

Ingin Dapat Kursi, Datang 15 Menit Sebelum Berangkat

Mengikuti Perjalanan KRL Ekonomi Jabodetabek
SELASA, 02 APRIL 2013 | 09:03 WIB

Kereta Rel Listrik (KRL) bernomor 1159, bersandar di Jalur 2, Stasiun Serpong, Tangerang.  Baru sejam lagi kereta ekonomi non AC itu diberangkatkan menuju Stasiun Tanah Abang. Namun puluhan penumpang sudah duduk manis di dalam gerbong. Sebagian lainnya memilih menempati bangku-bangku di peron menunggu kereta bergerak. Pedagang asongan menyusuri gerbong demi gerbong menjajakan dagangannya.

Menjelang pukul dua, calon penumpang mulai banyak di stasiun. Mereka mendatangi loket penjualan tiket di lantai dua. Ada empat loket yang disediakan untuk penjualan karcis. Walapun hanya satu yang dibuka, tak membuat antrean calon penumpang mengular di depan loket.

Petugas loket tampak tangkas melayani calon penumpang yang membeli tiket. Uang dan tiket berpindah tangan tak sampai semenit.

Empat puluh menit sebelum kereta berangkat, Kris yang sudah mengantongi tiket memutuskan naik ke gerbong. Matanya mengamati seisi gerbong mencari tempat duduk kosong. Dapat. Ia pun tak perlu kecapean berdiri selama perjalanan ke Jakarta. “Kalau datang 15 menit sebelum kereta berangkat susah dapat tempat duduk,” ujar pemuda berambut panjang itu.

Menurut mahasiswa Jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu, selama ini kereta ekonomi non AC yang ditumpanginya dari Stasiun Serpong ke Tanah Abang jarang telat berangkat. “Mogok juga jarang, dari Serpong ke Tanah Abang kurang satu jam sudah sampai. Tinggal naik Metromini ke kampus,” ujarnya.

Tarif kereta ini hanya Rp 1.500 sekali perjalanan dari Serpong ke Jakarta.

Lantaran tarifnya murah, Kris memilih transportasi ini untuk berangkat ke kampus dan kembali ke rumahnya di Serpong. Selain karena jadwal keberangkatan yang jarang telat.

Kereta ekonomi non AC ini juga menjadi andalan warga yang berpenghasilan pas-pasan untuk bepergian. Gerbong selalu sesak. Bukan hanya dipenuhi orang, tapi juga barang bawaan penumpang. Terutama pada pagi hari.

Setiap singgah di Stasiun Kebayoran Lama banyak penumpang yang naik dengan membawa karung-karung. Karung-karung itu berisi sayuran yang baru dibeli dari Pasar Kebayoran Lama. Sayuran akan dijual. Untuk menghemat biaya transportasi, karung sayuran dinaikkan ke gerbong.

“Umpel-umpelan. Kalau kereta AC mana boleh bawa karung sayur,” ujar Kris.
Ujang, warga Serpong memilih duduk memojok dekat gerbang stasiun.

PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) berencana menghapus kereta ekonomi non AC jurusan Serpong-Jakarta dan Bekasi-Jakarta. Sebagai gantinya, disediakan kereta yang dilengkapi pendingin udara di gerbong-gerbongnya.

Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Tri Handoyo mengatakan pihaknya tak akan lagi KRL ekonomi non AC untuk lintas Serpong dan Bekasi karena keretanya sudah tidak layak mengangkut penumpang.

“Sangat berbahaya dan berisiko tinggi pada keselamatan dan kenyamanan penumpang dalam perjalanan,” kata Tri dalam siaran persnya 25 Maret lalu. Rencananya kereta AC itu mulai beroperasi 1 April 2013.

Namun penggantian kereta ekonomi non AC dengan kereta AC disertai dengan kenaikan harga tiket. Penumpang yang naik kereta baru dikenakan tarif  Rp 8 ribu. Kris keberatan pergantian kereta non AC dengan kereta AC disertai dengan kenaikan harga tiket hingga lima kali lipat dari tarif.

Ujang keberatan  kereta ekonomi dihapus. Pria ini mengaku selama dua terakhir bolak-balik ke Jakarta naik kereta itu. Sebagai tukang bangunan, penghasilannya pas-pasannya. Ia merasa berat jika harus merogoh Rp 8.000 untuk sekali perjalanan.

Pria asal Sukabumi, Jawa Barat itu menuturkan pernah naik kereta AC dari Serpong ke Jakarta. “Kalau kepepet aja naik AC. Waktu itu tiket AC 6.000. Itu aja berat. Apalagi sekarang 8.000,” ujarnya.

Ujang merasa kecewa naik kereta  yang tarifnya lebih mahal empat kali lipat itu. “Sama aja panas. AC-nya sering ngadat, terus pakai kipas angin dan jendela dibuka biar adem. Menang mahal doang,” celetuknya.

Perbedaannya, kata dia, gerbong kereta ini “bersih” dari pedagang asongan dan pengamen yang bisa mengganggu kenyamanan penumpang.

Pedagang Asongan Masih Boleh Naik Kereta Ekonomi

Slamet, pedagang asongan merapikan posisi tahu di kotak plastik yang dibawanya. Penganan dari kedelai ditumpuk rapi bertingkat-tingkat. Tujuh bulan sudah Slamet menjadi pedagang asongan. Sebelumnya pria yang tinggal di belakang Stasiun Serpong ini kerja di pabrik.

Sejak itu pria asal Madiun, Jawa Timur itu berjualan tahu. Ia menjajakan tahu  di atas kereta ekonomi non AC. Di kereta kelas itu, pedagang asongan masih boleh naik untuk berjualan. Sementara, kereta AC sudah bersih dari pedagang asongan dan pengamen.

Karena merasa “anak baru” dia hanya berani naik kereta jurusan Serpong-Tanah Abang saja. “Dari pagi sampai malam di kereta terus,” papar Slamet.

Ia baru pulang bila dagangan sudah habis. Penghasilannya lumayan. Dalam sehari dia bisa meraup untung Rp 100-200 ribu.

Slamet merasa mata pencaharian akan hilang bila kereta ekonomi non AC dihapus. Sementara untuk mencari pekerjaan lain tak mudah. “Kalau kereta ekonomi dihapus, paling cuma bisa gigit jari aja,” katanya.

Menurut dia, kalau hanya berjualan di stasiun, penghasilannya yang didapat sedikit. Tak cukup untuk membiayai hidup istri dan dua anaknya.

Slamat akan bekerja apa saja setelah tak lagi berjualan tahu. Bekerja keras sebagai kuli bangunan pun tak sungkan dilakoni untuk menyambung hidup keluarganya. “Daripada jadi maling?” celetuknya.

Dia bisa sedikit lega, karena PT KAI memutuskan menunda mengganti kereta ekonomi non AC jurusan Serpong-Tanah Abang dengan kereta AC.

Perjalanan 5 Kali Sehari, Gerbong Selalu Penuh

Penghapusan Ditunda Sampai Juni

Gunanda terlihat mengawasi empat anak buahnya yang bertugas di ruang kontrol arus kereta api di Stasiun Serpong. Sesekali kepala stasiun itu bertanya mengenai perjalanan sepur yang melalui stasiun ini. “Aman Pak,” jawab anak buahnya.

Gunanda lalu masuk ke ruang kerjanya di sebelah kanan ruang kontrol. Di ruangan berukuran sekitar 5x5 meter itu, sudah ada sudah menunggu tiga orang yang juga mengenakan seragam sama dengan Gunanda. Warna seragamnya biru laut.

“Biasa, ngumpul-ngumpul saja, baru tujuh bulan saya dipindahkan disini. Jadi harus sering koordinasi,” kata Gunanda sembari membersihkan bungkus air mineral di meja tamu ruangan kerjanya.

Menurut dia, penghapusan kereta ekonomi non AC tak jadi diberlakukan 1 April.

Rencananya kereta AC pengganti kereta ekonomi baru beroperasi pada Juni mendatang.  Menunggu pengoperasikan kereta baru, Gunanda membenahi sistem e-ticketing untuk kereta Jabodetabek.

Gunanda mengungkapkan, penumpang yang naik kereta dari Stasiun Serpong cukup banyak. “Kereta ekonomi non AC satu. Terus yang AC ada empat. Semua tetap ramai dan penuh,” katanya.

Jadwal perjalanan kereta di Stasiun Serpong didominasi kereta AC commuter line lebih dominan ketimbang kereta ekonomi non AC. Perbandingannya, setiap hari  ada 14 jadwal keberangkatan kereta AC. Sedangkan kereta non AC hanya lima perjalanan.

“Keretanya yang AC baru, jadi banyak, kan kita ingin berikan yang terbaik buat penumpang,” katanya.

Biaya kereta ekonomi non AC yang murah membuat banyak penumpang yang berharap kereta kelas itu dipertahankan. Cukup bayar Rp 1.500 sudah bisa sampai ke Tanah Abang. Sedangkan tarif kereta AC Rp 8.000. “Tapi nggak masalah kok. Di sini nggak ada demo-demo. Saya rasa warga mengerti,” klaim Gunanda.

Gunanda meyakinkan PT KAI akan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada penumpang. Baik dari segi kenyamanan maupun keamanan perjalanan di dalam kereta. Makanya kereta ekonomi dihapus.

Stasiun kereta, kata dia, juga akan dipercantik. Termasuk Stasiun Serpong ini. “Sekarang baru tangga aja yang dibetulin bulan depan kalau jadi, akan direnovasi total,” kata bekas Kepala Stasiun Rawa Buntu, Serpong itu. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya