TB Silalahi
TB Silalahi
Seberapa pentingkah usulan WiÂranto itu? Rakyat Merdeka meÂminta tanggapan dari Letjen TNI (Pur) TB Silalahi, dosen “ViÂsionary Leadership†di LemÂhanas, UNHAN dan Sesko TNI terÂhadap pernyataan Jend (Pur) Wiranto tentang persyaratan ijaÂzah formal S1 untuk Capres tahun 2014. Posisi TB Silalahi menjadi penting dimintai komentar karena seperti diketahui Wiranto pernah menjuluki TB Silalahi sebagai “DoÂsen para Jenderal†sewaktu Wiranto masih menjadi ADC PreÂsiden Soeharto dan masih berÂpangÂkat kolonel.
Berikut kutipannya:
Apa tanggapan Anda terhaÂdap pernyataan Wiranto tenÂtang persyaratan ijazah S1 tersebut?
Saya terus terang kaget sekali seÂhingga saya semula ragu apaÂkah para wartawan salah kutip dengan kata-kata yang begitu keÂras dan terkesan sangat kasar. Yang dibutuhkan sebenarnya buÂkan ijazah S1 tapi figur dari yang berÂsangkutan, sebab banyak conÂtoh pemimpin yang hanya lulusan sekolah formal yang rendah umÂpamanya SD tapi sepanjang hiÂdupnya dia belajar sendiri (otoÂdidak) dan pengetahuan maupun wawasannya malah melebihi S1.
Bisa dikemukakan satu contoh?
Ndak usah jauh-jauh, Pak HarÂto yang justru dikagumi Wiranto hanya lulusan SD (HIS Jaman BeÂlanda) dan kemudian mengÂambil persamaan SMP. BeliauÂpun bukan lulusan Akademi MiÂliter malah mencatat sejarah daÂlam Revolusi Fisik 1945. SeÂwakÂtu masuk Seskoad (sekolahÂnya para Jenderal AD) yang semula diÂragukan apakah mampu mengiÂkuti pelajaran malah lulusnya termasuk terbaik.
Bisakah memberikan contoh kepemimpinan pak Harto seÂbagai Presiden?
Menurut cerita Prof Wijoyo dkk (ahli ekonomi dari UnverÂsitas Berkley AS) sewaktu mereÂka ditunjuk sebagai menteri dan penasehat dalam bidang ekonomi selama 6 bulan grup tersebut (dijuÂluki mafia Berkley) memberi panÂdangan dan nasehat kepada pak Harto. Sesudah 6 bulan justru terÂbalik mereka yang “dikuliahi†pak Harto (tentu ini gurauan) kaÂrena pak Harto cepat menguasai. Saya kira Wiranto paham tentang itu.
Apakah ada contoh tokoh lain di luar negeri?
Contoh yang ekstrim adalah Hitler yang mengguncang dunia, sempat menaklukkan hampir semua Eropa pada perang Dunia II. Rakyat Jerman begitu fanatik terÂhadap dia. Malah dia diperlaÂkukan sebagai dewa. Sewaktu Perang Dunia I sampai pensiun pangkatnya cuma Kopral bukan Jenderal.
Dia mendirikan partai Nazi dan dalam waktu singkat menguasai Jerman. Bayangkan seorang KoÂpral memimpin suatu partai bisa membuat partai itu sangat besar, mutlak dan berkuaÂsa. Sewaktu muda, orang tuanya memaksa dia untuk kuliah untuk memperoleh S1. Beberapakali pinÂdah kuliah sampai akademi seni itupun gagal, jadi pendidiÂkanÂnya hanya setingkat SMA.
MakÂsud saya bukan mengÂagungÂkan dia karena dia penjahat peÂrang, hanya sebagai contoh baÂgaiÂmana seorang pemimpin suatu Negara malah hampir menguasai seluruh Eropa padahal hanya tamat SMA.
Mungkin dalam bidang lain non pemerintahan bisa diberi contoh?
Bill Gates ikut berperan dalam reÂvolusi dunia dalam bidang tekÂnologi informasi. Beberapa tahun yang lalu dia sudah menjadi orang terkaya di dunia. Tahun 1973 dia mulai kuliah di Harvard dan pada tahun 1975 dengan teÂman-temannya mendirikan MiÂcrosoft yang sangat populer dan menguasai dunia itu. Pada tahun itu juga dia keluar alias drop out dari Harvard sesudah kuliah 2 taÂhun. Dengan kata lain pendidikan formal Bill Gates hanya lulusan SMA/High School.
Apakah hal ini Anda ajarkan di Lemhanas?
Ya, dalam pelajaran “Visionary Leadership†danâ€â€œE Leadership†serta buku yang saya tulis. Saya mengutip pernyataan Einstein, “Creation is more important than knowledgeâ€. Ucapan Wiranto (saÂya kutip dari Koran Rakyat MerÂdeka) mengatakan “PemimÂpin Indonesia itu harus mempuÂnyai knowledge yang tinggiâ€.
MeÂnurut Einstein, kreasi lebih penÂting dari ilmu pengetahuan. Ekstrimnya, walaupun seseorang memperoleh ilmu pengetahuan yang begitu tinggi sampai S3 atau S berapapun, kalau otaknya beku atau tidak pernah berkreasi atau mengeluarkan ide yang cemerÂlang termasuk melakukan teroboÂsan (Thinking and Acting Out of the Box) ya mubazir. Lebih baik lulusan setingkat SMA tetapi berkarya (contoh siswa-siswa SMK di Solo mencoba mencipÂtaÂkan mobil Indonesia). Orang terÂsebut harus mempunyai visi yang jauh kedepan dan mengÂhaÂsilkan karya atau ide yang beÂsar dan yang bisa dilaksanakan.
Wiranto juga menyinggung CaÂpres seorang seniman dangÂdut, apakah itu relevan?
Sekali lagi tergantung orangÂnya, apapun profesinya. Amerika Serikat negara besar pernah diÂpimpin oleh Presiden mantan arÂtis, malah dia sempat dinomiÂnaÂsikan sebagai Presiden AS terbaik urutan kedua sesudah George Washington, namanya Ronald Reagan yang sewaktu saya masih di SMA tahun 50-an sering nonÂton filmnya yang biasanya film cowboy. Dia juga berperan penÂting menyelamatkan dunia dari kemungkinan perang Nuklir yang bersama Gorbachev mengakhiri perang dingin dan meruntuhkan Tembok Berlin. Sesudah ditanya kunci suksesnya dia menjawab, “PreÂsiden itu tidak perlu terlalu tingÂgi ilmunya tapi mahir meÂmimpin dan memilih pembanÂtuÂnya yang tepat “surround yourself with the best people you can find, delegate authority and don’t inÂterfere as long as the policy you’ve decided upon is being carried out.â€
Wiranto mengatakan, “UnÂtuk itu Capres harus punya inÂteÂleÂktual tinggi. Kalau tidak ya dia hanya pajangan, seperti kerbau dikasih kalung RI dan jalan-jalan saja.†Apakah meÂnuÂrut Anda pernyataan ini tiÂdak terlalu kasar?
Mudah-mudahan wartawan salah kutip (saya bukan menyaÂlahÂkan wartawan). Saya mengeÂnal Wiranto cukup lama dan juga masa lalu cukup akrab, sehingga saya tidak percaya kalau dia menyatakan hal itu.
Seseorang yang disebut atau mengaku inteÂlektual tidak akan melecehkan orang lain walaupun berbeda sekaÂli latar belakang penÂÂdidikanÂnya. Para peserta (sisÂwa) LemÂhanas dibina dalam cara berdisÂkusi agar selalu mengharÂgai penÂdapat orang lain betaÂpan “boÂdohÂnya pun†lawan bicaÂraÂnya. JaÂngan pernah mengataÂkan “penÂdapatmu itu salah†akan tetapi berkatalah,â€â€œmaaf, menuÂrut penÂdapat saya, pendapat saudara itu kurang tepatâ€.
Hal ini dilaÂkukan untuk selalu menghargai orang lain. IntelekÂtuaÂlisme, apalagi dalam posisi sebagai pemimpin berhubungan dengan inÂtegritas pribadi dan tidak hanya meÂngusai ilmu. Nanti dalam kamÂpaÂnye hal itu sangat merugiÂkan, menÂcederai orang lain, akan menaÂrik simpati terhaÂdap yang dicederai. Hal ini sudah kita alami sebelumÂnya. Kata-kata mutiara “don’t creaÂte enemy, win the heart of the peopleâ€.
Apakah pernyataan Wiranto tersebut ditujukan kepada seÂseorang?
Wiranto telah menyanggah hal itu. Akan tetapi rakyat kita sudah cerdas dan mengetahui kemana arah pernyataan itu. Salah satu calon yang telah mengatakan siap maju walaupun belum serius benar adalah Dahlan Iskan. Saya sudah mengenalnya cukup lama karena dia wartawan senior. Saya simpati kepadanya karena justru dia tidak S1, lulusan Aliyah peÂsantren (seÂtingÂkat SMA). Pernah kuÂliah di IAIN akan tetapi berÂhenti ditengah jalan. Lulusan SMA tetapi bisa meraih karir tinggi sekali, wartaÂwan sukÂses, pengusaha sukses, punya raÂtusan media cetak yang tersebar di Indonesia dan media elektronik termasuk stasiun TV puluhan diÂmana-mana. Sewaktu diangkat jadi Dirut PLN, ijazah SMA tidak diperÂmasalahkan sampai Menteri BUMN.
Dia memimpin ratusan BUMN dimana aset Negara diÂpertaruhkan, hanya lulusan Aliyah/SMA. Kenapa harus diperÂmaÂsalahkan syarat S1 itu untuk CaÂpres. Kenapa tidak dipersoalkan Capres yang S1 atau lebih tapi yang minim pengalaman, jawaÂbanÂnya dari kota Medan adalah, “Ini politik, Bungâ€.
Waktu sahabat-sahabat Dahlan menyarankan agar dia melanjutÂkan kuliah di Perguruan Tinggi yang pernah diikutinya (selain IAIN) dan bisa di “atur†kuliahÂnya dan tidak lama bisa mendaÂpatkan S1, dia menolak. Dan kaÂlau persyaratan itu tetap akan diÂlaksanakan dia bilang ya dia tidak akan maju karena dia percaya hidupnya diatur oleh Allah.
Sekiranya DPR mengubah undang-undang persyaratan untuk Capres jadi minimal lulusan S1, bagaimana?
Hal ini akan berakibat makin buruk terhadap bangsa karena akan membuka peluang penyeleÂwengan lagi. Apakah tidak tahu kalau S1, S2, S3 bahkan gelar ProÂfessor pun bisa diperoleh di RuÂÂko atau pasar Senen. Saya senÂdiÂri pernah melihat ijazah seperti itu. Dan yang luar biasa, ijazah itu merujuk “Perguruan Tinggi†di AS dan sesudah saya check tiÂdak tahu dimana letak PerguÂruan Tinggi tersebut. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59