Berita

ilustrasi

On The Spot

Tinggal Di Rusun, Bayar Iuran Rp 90 Ribu/Bulan

Ratusan Warga Waduk Pluit Direlokasi
MINGGU, 31 MARET 2013 | 09:31 WIB

Abdul Huda dan Icem sibuk bersih-bersih tempat tinggal baru mereka di Blok A12 Nomor 1D Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Pasangan suami istri itu berbagi tugas. Abdul Huda membereskan kamar. Sementara Icem menyapu
debu yang menutupi lantai rumah berukuran 36 meter persegi ini.

Rumah yang terletak di lantai dasar itu terlihat berantakan. Barang-barang bawaan keluarga itu bergeletakan di lantai. Sebagian disandarkan ke tembok. Abdul Huda maupun Icem belum menyentuhnya.


“Kita menempati bekas orang yang sudah pindah. Kotor banget. Ini mau ditata lagi,” kata Icem ketika ditemui Rakyat Merdeka, Jumat (29/3).

Sebelumnya, keluarga ini tinggal di pinggir waduk Pluit, Jakarta Utara. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menormalisasi waduk itu. Warga yang selama ini mendiami kawasan waduk, dicarikan tempat tinggal baru. Salah satunya di rusun ini.

Abdul Huda dan Icem tak pikir panjang ketika ditawari menempati Rusun Tzu Chi.

Sebab, rusun ini memiliki fasilitas lengkap. Juga dekat dengan sekolah, pasar, rumah sakit. “Nyaman, mau main bola, basket, atau futsal, ada. Mushola juga ada,” kata Icem
Walaupun rusun ini jauh dari tempatnya bekerja, Abdul Huda senang bisa dipindah ke sini. Sehari-hari pria ini bekerja sebagai sekuriti di salah satu showroom di Pluit.

“Saya bertugas jaga gudang,” ujarnya. Menurut dia, perjalanan dari rusun ke tempat kerja bisa ditempuh dengan sepeda motor. Lama perjalanan sekitar satu jam.

Sama seperti keluarga Abdul Huda, Lili pun tak banyak pertimbangan ketika ditawari menempati rusun ini. Sejak Selasa lalu, keluarganya sudah bisa menempati rumah berukuran 36 meter persegi di Blok A11 Nomor 1B.

“Saya masuk gelombang pertama, nggak mau ambil pusing sama penggusuran. Begitu ditawari dapat rusun, langsung terima saja,” kata pria yang sebelumnya mengontrak di sekitar waduk Pluit itu.

Bapak dua anak ini bersedia menempati rusun karena sulit mencari tempat tinggal murah di Jakarta. Ia juga malu kalau harus menumpang tinggal di rumah keluarga istrinya.

Rumah yang ditempati keluarga Lili terletak di lantai dasar. Rumah itu terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga, dua kamar tidur dan satu kamar mandi.

Untuk bulan pertama tinggal di rusun, kata Lili, dirinya tidak ditarik iuran. Bulan berikutnya baru diminta bayar Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) sebesar Rp 90 ribu, di luar biaya listrik dan air. “Biayanya terjangkau. Dulu di waduk saya sewa Rp 250 ribu sebulan,” kisahnya.

Di tempat tinggal sebelumnya, Lili berdagang kecil-kecil. Di rusun ini, dia berjualan rokok, kopi dan mie instan. Rumah yang ditempati sekaligus menjadi tempatnya berjualan.

“Yang beli juga yang dari waduk aja. Namanya orang baru nggak enak juga kalau langsung buka lapak di depan,” katanya. Ia mengaku sudah mendapat izin dari pengelola rusun untuk berdagang kecil-kecil di rumahnya.

Dua hari berjualan di rusun, Lili mengatakan penghasilannya yang diperoleh tak besar. “Baru dapat 150 ribu,” hitungnya. Menurut dia, penghasilan itu bisa diperolehnya dalam setengah hari ketika masih tinggal di pinggir waduk Pluit.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, Lili dan istrinya bergantian berdagang asongan di lampu merah di dekat waduk Pluit. “Sekarang tugas saya jaga warung sama anak,” kata Lili yang ditemui Jumat lalu.

Warga yang direlokasi dari waduk Pluit hanya mendapat rumah saja di Rusun Tzu Chi. Tak ada lemari pakaian, tempat tidur busa, teralis serta gordin seperti yang didapat warga korban gusuran yang lebih dulu menempati rusun ini.

Menurut Yono, pengelola rusun, fasilitas itu diberikan kepada penghuni terdahulu karena ada bantuan dari Kementerian Sosial. Saat ini, pengelola rusun hanya menyediakan tempat tinggal yang layak.

Yanti, penghuni Blok A 12 Nomor 2D yang menempati rusun sejak 2003 membuka tangan terhadap warga pindahan dari waduk Pluit. Ia mengaku korban gusuran normalisasi Kali Angke.

“Jadi sama-sama paham. Langsung akrab. Namanya juga sesama korban gusuran,” katanya.

Mulai Kamis, Pemprov DKI menertibkan pemukiman yang berdiri di atas kawasan Waduk Pluit. Warga akan digusur diberi tiga pilihan: pindah ke rusun, pulang ke kampungnya atau mencari tempat tinggal baru.

Sebanyak 100 kepala keluarga yang menghuni sisi timur waduk memilih pindah ke rusun. Dengan bus, mereka diangkut ke Rusun Tzu Chi. Sebanyak 15 kepala keluarga memilih mencari tempat tinggal baru yang maih di kawasan Pluit-Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka diberi uang kerohiman Rp 1 juta untuk mencari tempat tinggal baru. Warga yang dipindah ke rusun tak mendapat uang kerohiman.

Rabu (26/3) warga yang memilih pulang kampung diangkut dengan bus. Warga-warga itu berasal dari sejumlah daerah di Jawa Barat.

Pindah Dari Pinggir Kali, Dikasih Duit Rp 500 Ribu

Ada pemandangan berbeda di tepi Kali Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara. Bangunan-bangunan yang menjorok hingga tujuh meter ke badan kali itu sudah tak ada. Air kali pun bisa mengalir lancar.

Pembangunan jalan di tepi kali tengah dilakukan. Sebagian sudah dicor dengan beton. Jalan yang tengah dibangun itu sepanjang satu kilometer. Berbentuk menyiku sepanjang Jalan Ekor Kuning, sampai Jalan Semut, Penjaringan, Jakarta Utara.

Di Jalan Semut, belum dilakukan pengecoran. Sebuah eskavator terlihat mondar-mandir meratakan tanah yang bergelombang.  Di atas itu berserakan puing-puing rumah bekas gusuran. Sesekali operator mengarahkan lengan eskavator ke bongkahan puing bangunan yang besar. Bongkahan itu pun terbelah menjadi kecil-kecil.

Dari warung kopi tak jauh dari situ, Panjaitan mengamati eskavator yang sedang meratakan tanah. Dia mengenang gubuk berukuran 5x5 meter persegi pernah ditempatinya di situ.

Selain gubuk Panjaitan, dua puluh bangunan lainnya mulai dari bangunan semi permanen, WC umum hingga mushola juga diratakan dengan tanah. Tak ada perlawanan ketika penggusuran dilakukan.

 â€œDua kali Jokowi dateng menerangkan kalau bikin bangunan di pinggir kali melanggar hukum. Kita tahu jadi salah satu penyebab banjir di Jakarta. Makanya, dikasih duit 500 ribu ya terima aja,” cerita Panjaitan.

Ia ikhlas gubuknya digusur lantaran dibangun di tepi kali. “Mau gimana lagi, terima saja,” katanya. Sebelum digusur, Panjaitan mengaku mendapat uang kerohiman sebesar Rp 500 ribu.

Ia tak pindah ke tempat lain karena masih punya lahan 15 meter di situ. Lahannya tak ikut digusur. Di lahan berukuran 3x5 meter itu, dia membangun tempat tinggal sekaligus membuka usaha tambal ban.

Kata dia, penggusuran hanya terhadap pada bangunan yang berjarak 0-7,5 meter dari tepi kali. Sejak Kali Pakin dinormalisasi, perilaku warga berubah.

Ia menuturkan, kini warga tak lagi membuang sampah di kali. Sampah dimusnahkan dengan cara dibakar. “Seharusnya ada truk sampah. Tapi dari dulu emang nggak pernah lewat,” saran Panjaitan.

Meski warga yang tinggal 15 meter dari kali aman dari penggusuran, pengurus RW menawarkan warga untuk direlokasi. Mereka akan dipindah ke rusun.

Panjaitan masih menimbang-timbang direlokasi. Namun, dia bersedia direlokasi asalkan ditempatkan bersama para tetangganya. “Namanya tempat baru, ya barengan aja lah. Bukannya nolak dipindah,” akunya.

Awalnya Untuk Tampung Korban Gusuran Kali Angke
Rusun Cinta Kasih Tzu Chi

Rusun Cinta Kasih Tzu Chi dibangun atas kerja sama Yayasan Budha Tzu Chi, Pemprov DKI Jakarta dan Perum Perumnas. Rusun ini dibangun untuk menampung warga yang tinggal di bantaran Kali Angke.

Setelah banjir besar yang melanda Jakarta tahun 2002, pemerintah berencana menormalisasi Kali Angke. Kali itu menyempit karena di pinggirnya dipenuhi pemukiman. Warga bantaran kali itu akan dipindahkan.

Yayasan Budha Tzu Chi, Pemprov DKI dan Perum Perumnas sepakat untuk membangun rusun diatas lahan seluas 5,1 hektar di Cengkareng, Jakarta Barat.

Rusun itu terdiri dari 55 blok. Setiap blok berlantai lima. Setiap lantai terdiri dari lima unit rumah. Totalnya, terdapat 1.100 unit rumah. Sebanyak 950 unit rumah untuk warga, dan 150 lagi jadi mess para karyawan dan relawan Tzu Chi. Yaitu, pengelola rusun, rumah sakit, dan sekolah.

“Kita dikasih hak kelola lahan saja selama 25 tahun, nanti diserahkan kepada Perumnas,” papar Yono, pengelola Rusun Cinta Kasih Tzu Chi.

Yono menjelaskan, rusun ini khusus bagi warga yang mendapatkan rekomendasi dari Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya, pihak yayasan hanya menerima warga relokasi yang telah mendapatkan surat rujukan dari pemerintah. Biasanya, warga korban gusuran.

Ia membeberkan kriteria warga yang dapat menempati rusun. Yakni, memiliki rumah sendiri di bantaran kali, menempati rumah tersebut, rumah yang bersangkutan digusur, dan terakhir warga itu memiliki KTP DKI.

Yono menceritakan, rusun tersebut mulai beroperasi pada tahun 2003. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Warga korban gusuran mendapat rumah dengan tipe 36. Terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Lantainya sudah dilapisi keramik.

Selain itu, penghuni juga mendapat layanan servis rumah. Seperti perbaikan atap yang bocor, pipa air yang bocor, dan saluran air yang mampet. “Kalau kran, lampu, dan gagang pintu tidak kita biayai,” ujar Yono.

Di rusun ini terdapat sejumlah fasilitas. Mulai sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai SMA. Juga ada Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB).

Fasilitas olahraga juga dibangun. Mulai lapangan sepak bola, futsal, volley, badmintom hingga tenis meja. “Toko juga ada. Totalnya 150 kios. Sewanya 1.000 per hari,” katanya.

1.000 Rumah Di Waduk Pluit Dirobohkan

Tiga eskavator terlihat mengeruk di tepi Waduk Pluit, Jakarta Utara, tepatnya di belakang Polsek Penjaringan. Eskavator mengeruk di darat. Satu lagi mengapung di pinggir waduk yang jadi bagian Kanal Banjir Barat itu.

Eskavator yang didarat mengeruk puing-puing berkas ratusan rumah warga. Warga yang sebelumnya tinggal di situ udah direlokasi ke Rusun Tzu Chi Cengkareng, tinggal di tempat lain maupun pulang kampung.

Wisnu, anggota Satpol PP terlihat berjaga-jaga di tepi Waduk Pluit. Pasalnya, tidak ada garis pengamanan di lokasi yang tengah dikeruk. Di sekitar eskavator, puluhan orang mengorek-ngorek puing-puing bangunan.

Dikatakan Wisnu, dia sudah ditugaskan menjaga proyek normalisasi Waduk Pluit sejak Kamis. Saat itu, warga sudah meninggalkan pemukiman yang berada di sisi timur waduk. Operator eskavator pun bisa leluasa merobohkan rumah-rumah di situ.

“Nantinya di sini mau dibuat jalan di tepian waduk, tapi dikeruk dulu. Soalnya sekarang masih cetek waduknya,” papar Wisnu sambil menunjuk tumpukan sampah yang menyebabkan waduk ini dangkal.

Koordinator Program Normalisasi Waduk Pluit Heryanto menyatakan, pekan ini telah dilakukan pembongkaran 100 rumah di tepi Waduk Pluit. Ini baru tahap pertama. Tahap berikutnya 200 rumah lagi yang dibongkar.

“Minimal pekan depan tahap kedua ini sudah berjalan. Karena ada sekitar 1.000 bangunan yang akan dibongkar untuk pengerukan Waduk Pluit,” papar Heryanto.

Pantauan Rakyat Merdeka, selain Satpol PP, aparat Kepolisian dan anggota TNI AD membantu mengamankan proyek normalisasi Waduk Pluit.

Marsono, anggota Satpol PP merasa terbantu dengan turunnya anggota Kepolisian dan TNI. Tak terjadi ketegangan dengan warga yang akan digusur.

“Lebih mudah, karena warga sudah diarahkan ke rumah susun, dinaikin truk dan diantar masuk ke rumah. Kami juga sebenarnya nggak mau bentrok-bentrok,” akunya.

Pengerukan tepi waduk yang terletak di sisi kiri Polsek Metro Penjaringan sudah selesai. Di area seluas 25 meter persegi itu, tengah dilakukan pengecoran untuk menutup puing-puing rumah. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya