Tanah seluas 1.500 meter persegi itu dipenuhi berbagai mobil. Mulai dari sedan, SUV, bus hingga truk trailer. Beberapa mobil tampak seperti rongsokan. Karat memenuhi badan mobil yang dibiarkan dijemur di lapangan terbuka tanpa atap itu.
Sebagian besar mobil-mobil yang disimpan di situ adalah titiÂpan Komisi Pemberantasan KoÂrupsi (KPK). Di beberapa mobil dipasang tulisan “Sitaan KPK†di dekat kacanya.
Lapangan ini dikelola Rumah Penitipan Barang Sitaan Negara (Rupbasan) Klas I Jakarta Pusat. Padahal lokasinya ada di Jakarta Timur. Tepatnya di belakang LemÂÂbaga Pemasyarakatan (LaÂpas) Cipinang. Ada jalan yang memisahkan lapangan ini dengan tembok penjara.
Dilihat dari letaknya, lapangan ini satu lokasi dengan Kompleks Perumahan Pegawai KemenÂteÂrian Hukum dan HAM. DipiÂsahÂkan dengan pagar setinggi satu meter yang terbuat dari besi. Masuknya lewat gerbang utama yang terletak dekat rumah dinas berÂbentuk rusun berlantai lima.
Di sebelah kanan gerbang terÂdapat sebuah pos yang dijaga seÂkuriti. Sekitar 20 meter lurus dari pintu gerbang, lalu berbelok ke arah kanan, kembali ditemukan satu lagi pos. Pos terakhir ini adaÂlah tempat petugas penjaga lapÂaÂngan yang disebut gudang terbÂuÂka milik Rupbasan Jakarta Pusat.
Pemantauan
Rakyat Merdeka kemarin, hampir tidak ada lagi ruang kosong lagi untuk menemÂpatkan barang sitaan di lahan ini. Padahal, KPK berencana meniÂtipÂkan 10 mobil lagi. Mobil-moÂbil itu disita dari tersangka kasus koÂrupsi pengadaan simulator ujian SIM, Irjen Djoko Susilo.
“Belum tahu mau ditempatkan di sebelah mana. Mudah-mÂuÂdaÂhan masih muat,†ujar seorang yang berjaga di pos. Beberapa orang petugas Rupbasan terlihat membersihkan rerumputan di lapangan itu agar bisa dipakai unÂtuk parkir kendaraan.
Menurut petugas jaga tadi, barang rampasan yang disimpan di sini adalah titipan Kejaksaan NeÂgeri Jakarta Pusat dan KejakÂsaan Tinggi DKI Jakarta. “MeÂmang dari KPK dan kepolisian juga ada. Cuma yang tak terurus itu dari kejaksaan saja,†ujarnya.
Ia mencontohkan mobil miniÂbus, bak terbuka dan mobil priÂbadi yang bodinya dipenuhi karat itu adaÂlah titipan kejaksaan. Mobil-mobil itu sudah bertahun-tahun diÂsimpan di sita. Belum diputusÂkan mau diapakan mobil-mobil itu.
Dua puluh mobil pemadam kebakaran (damkar) hasil sitaan KPK, kata dia, juga sudah lama menempati lahan Rupbasan.
Mobil damkar itu disita dari kasus korupsi pengadaan damkar di sejumlah daerah. Kondisi moÂbil-mobil sitaan KPK lebih baik. Sebab, rutin dinyalakan agar meÂsinnya tak rusak.
Kasus itu menjerat bekas MenÂdagÂri Hari Sabarno, bekas Dirjen OtoÂnomi Daerah Kementerian DaÂlam Negeri, Oentarto Sindung MaÂwardi dan sejumlah kepala daerah.
Di lapangan ini di sana juga ada mesin cetakan. Mesin yang dileÂtakkan dekat tembok itu juga haÂsil sitaan. Agar tak rusak kena huÂjan, mesin ditutup dengan terpal.
Selain ditaruh di lapangan terÂbuÂka, sejumlah barang sitaan dititipkan di kantor Rupbasan. Instansi itu menempati gedung bercat kuning. Masih berada di sekitar Lapas Cipinang. Persisnya di belakang kantor Imigrasi Jakarta Timur.
Kantor Rupbasan sebenarnya aula Kantor Wilayah DKI Jakarta Kementerian Hukum dan HAM. “Kanwil memberikan untuk dijaÂdikan kantor dan tempat penitiÂpan barang sitaan negara untuk jangka waktu yang tak diÂtenÂtuÂkan,†ujar Kepala Rupbasan JaÂkarta Pusat, Tatang Suherman.
Aula yang kerap dipakai untuk acara seremonial dan disewakan untuk hajatan itu disekat menjadi kantor Rupbasan. Di sebelah kiri dan kanan berjejer meja untuk kerja staf.
Tatang juga mengungkapkan guÂdang penyimpanan terbuka tempat menaruh mobil sitaan juga bukan Rupbasan. “Itu sebenarnya milik Lapas Cipinang. Kami cuma menumpang. Kami tidak puÂnya aset,†ujarnya pria yang sebelumnya bertugas di Solok, Sumatera Barat itu.
Tatang menjelaskan ada 41 staf yang bertugas untuk mengelola barang sitaan yang dititipkan di sini. Sebagian besar bertugas sebaÂgai penjaga barang sitaan.
KPK Paling Sering Lelang Barang Sitaan Yang MahalSejumlah instansi penegak hukum memanfaatkan Rupbasan Klas I Jakarta untuk menitipkan barang sitaannya. “Ada lima insÂtitusi yang menitipkan sitaan di sini,†jelas Kepala Rupbasan Tatang Suherman.
Kelima instansi itu Polri, keÂjakÂsaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Nasional Narkotika (BNN) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Tatang mengatakan gudang penyimpanan Rupbasan sudah penuh. Ia akan menolak titipan barang sitaan lagi. “Sebab, mau ditaruh di mana kalau sudah penuh,†ucapnya.
Walaupun menolak dititipi baÂrang sitaan, Tatang akan memÂbantu untuk mencari tempat peÂnyimpanan di Rupbasan lain. Mungkin saja di sana masih ada tempat.
“Kadang kita kontak ke Rupbasan Jakarta Utara, Selatan atau Tangerang,†katanya.
Menurut dia, setiap saat RupÂbasan ini bisa menerima titipan barang sitaan. “Kadang kalau lagi ramai, bisa tiap hari ada barang masuk. Malah kadang tiga bulan tak ada sama sekali, jadi sulit diprediksi,†ujarnya.
Barang-barang sitaan itu seÂlanjutnya akan diproses sesuai peraturan yang berlaku di maÂsing-masing instansi yang meÂniÂtipkan. Jika pengadilan mÂeÂnyaÂtaÂkan barang sitaan harus diÂkemÂbali kepada pemiliknya, maka barang itu akan dikeluarkan dari peÂnyimpanan setelah ada perÂminÂtaan dari instansi yang mÂeÂniÂtipÂkan. Instansi yang bersangkutan yang mengembalikan ke peÂmiliknya.
Bila pengadilan telah memuÂtusÂkan barang itu disita untuk negara, maka bisa dilakukan peÂlelangan. Proses pelelangan sesuai peraturan yang berlaku. Uang hasil pelelangan masuk ke kas negara.
“Makanya, sebenarnya tak boleh ada yang sampai bertahun-tahun tanpa jelas seperti apa puÂtusan hukumnya. Sebab, jadi menumpuk dan jadi rongsokan begitu saja di gudang,†ujarnya.
KPK paling sering melelang barang sitaan. Rupbasan tak ikut campur dalam pelelangan. “Itu urusan pihak-pihak yang berÂweÂnang. Semisal, kalau KPK yang menyita ya KPK yang mengurusi pelelangannya. Namun dalam proÂses ke sananya, pihak RupÂbaÂsan juga diikutsertakan,†ujarnya.
Barang sitaan KPK yang tak kunjung laku saat pelelangan di antaranya sedan Toyota Camry hitam, Chevrolet Zevira, Nissan Terrano, Honda CRV, Volvo, IsuÂzu Panther, dan bus Hino tiga peÂrempat. “Ada juga alat cetak beÂrupa merek Weaks dan mesin press,†ujar Tatang.
Barang-barang itu sudah beÂberapa kali dilelang. Namun tak ada orang yang berniat membeli. “Katanya harga tidak lebih mÂuÂrah. Sebab pembeli punya pikÂiÂran, jika barang sitaan mestinya harga jauh lebih rendah, nyatanya tetap tinggi. Jadinya tak ada yang beli,†katanya.
Sementara, mobil-mobil sitaÂan keÂjaksaan banyak yang jadi rongÂsoÂkan karena tidak pernah diurus. “Yang dari kejaksaan jaÂrang seÂkali ditanyakan dan diÂurus surat-suratnya, dan kita juga tidak tahu apa sudah ada puÂtuÂsannya apa beÂlum. Terkadang saya senÂdiri memÂperingatkan mÂeÂreka. TeÂtapi ya begitu-begitu lagi,†ujar Tatang.
Ada juga barang sitaan yang diÂmusnahkan. Biasanya, kata TaÂtang, barang-barang yang dimÂusÂnahkan itu hasil sitaan BPOM. Mulai dari obat dan makanan yang sudah kadaluwarsa hingga zat-zat kimia berbahaya.
“BiasaÂnya disimpan di gedung. NanÂtinya akan dimusnahkan,†katanya.
Pencuri Incar Mobil Titipan KPKMau Preteli OnderdilTiga orang pria tak dikenal menyatroni gudang terbuka untuk Rumah Penitipan Barang Sitaan Negara (Rupbasan) Klas I Jakarta Pusat, Selasa lalu. Saat itu, hari sudah malam. MeÂreka melompati pagar dan meÂngendap-endap di antara mobil yang parkir di situ.
Seorang petugas jaga yang baru saja ganti shif memergoki. Dengan suara keras, petugas itu bertanya mau apa ke sini. MenÂdengar teriakan itu, orang-orang itu lari berhamburan.
Dua orang lolos dengan meÂlomÂpat pagar. Seorang lagi yang bersembunyi di bawah koÂlong. Petugas menangkapnya ketika hendak melompat pagar.
“Setelah kita tangkap kita diÂseÂrahkan ke polisi. Dua orang lagi kabur, tidak keteÂmu,†ujar seÂorang petugas jaga yang diÂteÂmui di gudang peÂnyimpanan terbuka.
Orang-orang itu diduga meÂngincar mobil sitaan KPK. KeÂpala Rupbasan Tatang SuÂherÂman mengaku ada seorang yang ditangkap. “Memang ada orang yang masuk dan hendak berniat tidak baik di gudang kita,†ujarnya.
Pelaku sudah ditangkap dan diserahkan ke pihak Kepolisian Sektor Jatinegara. “SelanjutÂnya, biar mereka (polisi) yang menangani,†kata Tatang.
Menurut dia , para pelaku buÂkan mengincar mobil untuk diÂbawa kabur. “Mereka sÂeÂperÂtiÂnya hendak mengambil onÂderÂdil. Hendak mempretelinya, dan mungkin dijual,†ujarnya.
Gudang penyimpanan selalu dijaga petugas. Mereka berjaga berdasarkan shift. “Ada tiga shif, dengan tiga tim yang terÂdiri dari tiga sampai empat orang selalu berjaga beÂrÂganÂtian,†ujarnya.
Shif pertama, mulai pukul 7 pagi sampai 1 siang. Mulai puÂkul 1 siang sampai 7 malam. “Sedangkan yang ketiga dari jam tujuh malam hingga jam tujuh pagi. Dan masing-masing selalu ganti shif tdan laporan,†ujarnya.
Gatot Triyanto, petugas seÂkuriti di rumah dinas KemenÂterian Hukum dan HAM yang bersebelahan dengan tempat penyimpanan Rupbasan meÂngaÂtakan, pelaku yang terÂtangÂkap tampak seperti orang yang tidak waras. “Pas ditanya-tanya, seperti pura-pura stres. Ditanya apa jawabnya apa,†ujarnya.
Kepala Unit Reserse KriÂminal Polsek Jatinegara, Ajun Komisaris Sukisno, mengaku juga kesulitan mengorek informasi pelaku. Sebab, perilaku serta tutur kata yang diucapkan tampak tidak seperti orang yang normal pada umumnya.
“Di tengah-tengah pemeÂrikÂsaan, dia dengan santai ngÂoÂmong, ‘Mbak, sudah saya mau istirahat’. Langsung buka pintu ruangan,†ujar Sukisno.
Sukisno mengatakan, tak ada satu pun identitas yang melekat pada orang yang ditangkap itu. Yang ada hanya satu buah domÂpet hitam yang berisi kartu warÂtawan atas nama Iskandar ZulÂkarnaen serta beberapa identitas lain dengan nama yang sama.
Namun, Sukisno memastikan, foto yang tertera tidak sama deÂngan wajah pria itu. Pria yang ditangkap bernama Wasim berusia 28 tahun.
Penangkapan Wasim berÂmula pada Selasa sore. Saat itu, sebuah Daihatsu Xenia datang ke lokasi. Kepada sekuriti, dua orang di dalam mobil meÂngaÂtakan hendak mengikuti lelang mobil sitaan.
Rupanya, di dalam pelataran, sudah ada tiga orang yang mÂeÂngaku memiliki izin atas mobil tersebut. Sekuriti memerÂgoÂkiÂnya telah masuk ke mobil deÂngan kondisi karet pintu depan tempat sopir telah rusak. Pria itu tak bisa berbuat apa-apa ketika beberapa orang sekuriti meÂngaÂmanÂkanÂnya. Lainnya kabur. [Harian Rakyat Merdeka]