Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengomentari kabar mengenai demonstrasi besar-besaran dengan agenda kudeta. Entah dimaksudkan kepada siapa status di Twitter tersebut, namun dia banyak berkicau mengenai kaitannya dengan isu kudeta pada hari ini.
"Wahai #kudeta, utamakan urus kekerasan, termasuk di Sleman," tulis Anas di akun Twitternya, @anasurbaningrum
Senin (25/3).
Pada timeline di Twitter setidaknya ada sebelas kicauan Anas mengenai isu kudeta. Berikut kicauan Anas di TWitter soal isu kudeta:
Pada timeline di Twitter setidaknya ada sebelas kicauan Anas mengenai isu kudeta. Berikut kicauan Anas di TWitter soal isu kudeta:
Wahai #kudeta, lemparkan senyum kepada hati yg sunyi.
Wahai #kudeta, kirimlah canda kepada jiwa yg sepi.
Wahai #kudeta, kirimlah berani kepada rasa takut.
Wahai #kudeta, undanglah tenang pada jiwa yg galau.
Wahai #kudeta, hadirkan sinar pengusir kegelapan.
Wahai #kudeta, jangan ceraikan pikiran dari pernyataan.
Wahai #kudeta, tegakkan kemampuan di dalam kewenangan.
Wahai #kudeta, kirimlah jawaban, jangan hanya pertanyaan.
Wahai #kudeta, bangunlah demarkasi antara simpati dengan belas kasihan.
Wahai #kudeta, utamakan urus kekerasan, termasuk di Sleman.
Wahai #kudeta, kembalilah ke alamat dari mana muasal awal.
Seperti diketahui, Presiden SBY banyak mengadakan pertemuan tertutup dengan sejumlah kalangan. Dua pekan lalu dia mengadakan pertemuan dengan Prabowo Subianto, dan dua hari setelahnya, menggelar pertemuan dengan tujuh purnawirawan jenderal TNI. Ketujuh jenderal itu adalah Jenderal TNI (purn) Luhut Panjaitan, Jenderal TNI (purn) Subagyo HS, Jenderal TNI (purn) Fahrul Rozi, Letjen TNI (purn) Agus Wijoyo, Letjen (purn) Johny Josephus Lumintang, Letjen TNI (purn) Sumardi, dan Letjen TNI (purn) Suaidi Marasabessy.
Usai pertemuan, Luhut Panjaitan mewakili para pensiunan jenderal menjelaskan, sudah mendengar isu akan ada yang menjatuhkan SBY dari jabatan Presiden di tengah jalan. Menurut dia, menjatuhkan SBY sebelum masa tugasnya berakhir tahun 2014 adalah inkonstitusional.
Pertemuan SBY dengan Prabowo disambung kedatangan tujuh Jenderal ke Istana Negara tidak lepas dari pernyataan SBY awal Maret lalu, tepatnya sesaat sebelum bertolak ke Jerman dan Hongaria bahwa ada kelompok yang ingin negara gonjang ganjing.
[dem]