RMOL. Nama besar politisi dan senioritas dalam dunia politik bukan jaminan mulus meraih kursi empuk DPRD Provinsi, Kota/Kabupaten dan DPR RI peridoe 2014-2019. Karena itu DPP Partai Gerindra meminta seluruh kader bekerja keras dan optimis untuk meraih simpati rakyat.
"Agung Laksono namanya kurang besar apa, tapi gagal mendapatkan kursi di 2009. Itu bukti nama besar bukan jaminan," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.
Fadli mengakui ada sejumlah nama-nama besar yang kemungkinan besar kembali mencalonkan diri duduk di kursi DPR RI, khususnya dari daerah pemilihan di Provinsi DKI Jakarta. Sebut saja nama Marzuki Alie, Effendi Simbolon, Hayono Isman dan sejumlah elit politik yang berhasil menduduki kursi DPR dari daerah provinsi DKI Jakarta pada pemilu lalu. Namun ia menilai adanya keinginan perubahan dari masyarakat DKI dan daerah secara keseluruhan, bisa merubah peta politik pemilihan calon legislatif di tingkat DPR RI pada tahun 2014. Dia semakin optimis peta pilihan masyarakat akan berbuah mengingat ada sejumlah kasus hukum di tubuh partai-partai besar saat ini.
"Keinginan adanya perubahan sudah terlihat, walau di daerah masih perlahan-lahan. Tapi kami optimis bisa meraih suara minimal 20 persen. Untuk DKI kita targetkan 6 kursi di DPR," ujar Fadli di sela sela Pelatihan Nasional Kominfo Tunas Indonesia Raya (Tidar), di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, kemarin.
Ia menjelaskan saat ini DPP Gerindra sedang melakukan seleksi calon wakil rakyat di DPR RI dari 2780 yang mendaftar, menjadi 560.Sejumlah calon dinilai berkualitas meski diakui ada beberapa kendala yang dihadapi para calon salah satunya yakni penguasaan dapil. Untuk mengejar suara tersebut, Fadli mengimbau seluruh mesin politik Gerindra untuk turun ke masyarakat dan melakukan sosiasilisasi dengan maksimal.
Ketua Umum Tidar, Aryo Djojohadikusumo, meminta seluruh calon kepala daerah dari parta Gerindra untuk tidak lagi mengunakan konsep kotak kotak Jokowi Basuki. Kekalahan cagub gubernur yang didukung Gerindra seperti di Sumut dan Jabar membuktikan "pengocopian" kotak kotak tidak berhasil.
"Caleg, calon kepala daerah tingkat provinsi, kota/ kabupaten, harus punya kreasi sendiri dan baru. Jangan tiru gaya kotak-kotak, kegagalan Sumut dan Jabar bukti itu tidak berhasil," ujarnya.
Aryo meminta semua kader Gerindra untuk meningkatkan sosialisasi kegiatan positif yang selama ini sudha dikerjakan, namun kurang dipublikasikan. Sosialisasi Tidar dan Gerindra tidak melulu harus dengan kegiatan sosial dan menyantuni panti asuhan. Tapi harus sudah menjangkau semua fasilitas teknologi informasi dunia maya.
"Banyak organisasi saya partai lain kegiatannya tidak jelas, tapi sosialisasinya luar biasa, sementara Tidar dan Gerindra kegiatannya jelas tapi kurang publikasi. Ini harus kita balik selama 13 bulan mendatang," tegasnya.
[dem]