Berita

Politik

Terlalu Naif Tuding Kiai Said Mempolitisasi NU

JUMAT, 15 MARET 2013 | 22:53 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Kunjungan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj bersama pimpinan 12 Ormas Islam ke kantor presiden kemarin menuai pro dan kontra.

Bagi pengamat politik Muhammad AS Hikam, terlalu naif menuding Kiai Said, panggilan Said Aqil, mempolitisasi Nahdlatul Ulama (NU) di balik kedatangannya ke Istana Negara itu.

"Hemat saya, kendati kehadiran SAS (Said Aqil Siradj) bersama tokoh-tokoh yang mewakili 13 ormas Islam itu sah-sah saja jika ditafsirkan secara politik, namun tidak tepat jika dicurigai sebagai politisasi NU," kata Hikam.


Sebaliknya, kata dia, keputusan dan langkah Kiai Said menghadiri undangan Presiden SBY harus dimaknai sebagai implementasi khittah NU, yakni komitmen pada prinsip adil dan imbang. Kultur politik yang diikuti NU, menurut menteri Riset dan Teknologi di era Presiden SBY ini, adalah memberikan dukungan kepada kepemimpinan yang legitimate secara legal formal dan moral walaupun bisa saja menyampaikan pandangan-pandangan kritis demi kemaslahatan umum.

"NU tidak pernah mendukung pemberontakan (bughat) karena hanya akan menciptakan fitnah yang lebih besar bagi umat. Demikian juga model oposisi radikal terhadap penguasa. NU hanya menjadi opsi ketika semua upaya telah ditempuh namun diabaikan; sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan yang lebih luas," kata Hikam.

Kiai Said dan NU, menurut Hikam, mendukung kepemimpinan SBY karena belum ada alasan yang nalar dilakukannya pemakzulan sebagaimana jadi tuntutan Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) atau Gerakan Menegakan Kedaulatan Negara (GMKN).

"NU memang bukan organisasi politik, kendati pernah menjadi parpol sebelum kembali ke khittah pada 1984. Tetapi tak berarti NU lantas a-politis. Sebagai organisasi masyarakat sipil, NU tetap peka dan aktif mengikuti semua perkembangan yang terjadi di segala bidang kehiduapan masyarakat, bangsa, dan negara," tulis Hikam dalam akun jejaring sosial miliknya, Jumat (15/3). [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya