. Warisan kekerasan akan terus berlanjut antara TNI-Polri. Sebab, banyak hal yang menyebabkan dua intansi negara itu tidak menemukan titik temu.
Begitu dikatakan Sosiolog dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola dalam diskusi "Cerita Lama Polisi dan Tentara" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (9/3).
"Saya kira dalam waktu singkat tidak akan berakhir karena permasalahannya mendalam. Khususnya TNI AD dan Brimob, karena mereka pasukan tempur, mereka juga merasa paling jago," ujar Tamrin.
Jelas dia, di tengah-tengah masyarakat, terlihat masing-masing instansi, dalam hal ini TNI-Polri memperlihatkan kebanggaannya yang terus menerus.
"Apalagi masyarakat dan komunitas kita adalah komunitas maco yang dominan, dengan kekerasan dan bahasa laki-laki, kalau perempuan, ini akan santun lembut," ungkapnya.
Ia menambahkan, ada beberapa hal yang sampai saat ini menyebabkan kesenggangan TNI dan Polri. Yaitu masalah lahan ekonomi lahan lokal antara TNI-Polri, selanjutnya secara kelembagaan belum tugas kewenangan antara TNI dan Polri, seperti kemanan dalam negeri.
"Selanjutnya pendidikan di TNI-Polri, mata kuliah HAM udah ada itu baik. Tapi kurangnya perempuan di dua instansi itu, dimana mayoritas paling tinggi hanya bintang I. Ini berguna alam, sehingga tidak terlali maco, tapi harus ada seperti budaya menumbuh kembangkan," tutupnya.