Berita

ilustrasi, Senjata Laras Panjang

On The Spot

Dibuang Didekat Bak Sampah Dirakit Jadi Lima Senjata...

Melongok Sekolah Triguna, Tempat Ditemukannya Senjata Laras Panjang
RABU, 06 MARET 2013 | 09:17 WIB

Penemuan senjata api laras panjang di Yayasan Sekolah Triguna, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (4/3), cukup mengagetkan Satpam sekolah. Pasalnya, senjata berbahaya yang terbungkus plastik warna hitam itu, tergeletak di dekat tempat sampah yang tak jauh dari pintu gerbang sekolah.

Di pagi hari sebelum jam masuk sekolah, seperti biasa Ngamadi sibuk mengatur kendaraan yang melewati depan sekolah yang beralamat di Jalan Hang Lehiu III Nomor 17 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Saat itulah, Satpam sekolah ini sekilas melihat bungkusan kantong kresek hitam yang tercecer di luar tempat sampah. Tak lama kemudian, pria berkulit coklat itu mendekat ke tas seukuran bola basket itu dengan wajah geram.

“Saya pikir, kok kurang ajar ada orang buang sampah sembarangan. Akhirnya saya sepak (tendang) kresek itu,” kisah Ngamadi.

Namun, tas kresek itu hanya bergeser sedikit dari tempat semula. “Karena curiga dengan isinya, saya langsung panggil office boy (OB) untuk membantu mengangkat kantong kresek itu,” tuturnya.

Sejurus kemudian, ia dan office boy bernama Abdul Fattah menjinjing kresek hitam itu ke kantor Satpam Triguna, tak jauh dari tempat sampah itu. Penasaran dengan isi kantong kresek itu, Abdul Fattah lantas membukanya pelan-pelan.

Alangkah terkejutnya mereka, ternyata isinya bagian-bagian senjata laras panjang. “Kita kaget pas lihat isinya senjata. Tapi tidak ada pelurunya,” kata Ngamadi.

Ia langsung menghubungi Kepolisian Sektor Kebayoran Baru. Tak sampai satu jam, dua anggota Polsek Kebayoran Baru menyambangi Sekolah Triguna untuk mengecek kebenaran temuan senjata itu.

Dua anggota polisi itu lantas mengamati bagian-bagian senjata yang masih terbungkus rapi di kantong kresek. Setelah tahu bahwa potongan itu adalah senjata, polisi lantas meminta kepada  Satpam dan OB untuk meninggalkan pos jaga berukuran 3x3 meter itu.

Setelah kosong, mereka akhirnya merakit bagian-bagian senjata itu dan berwujud lima senjata laras panjang. Setelah itu, kedua polisi yang mengenakan seragam dinas ini lantas melapor ke markas mereka bertugas di Mapolsek Kebayoran Baru.

Ngamadi tidak mengetahui apakah senjata yang ditemukannya itu asli apa tidak. Namun, ia yakin itu bukan senjata (angin) untuk menembak burung. “Itu bukan tembakan yang buat nembak burung. Kalau senjata angin saya paham bentuknya,” akunya.

Walaupun tidak tahu menahu menahu mengenai asal-asul senjata itu, namun Ia curiga ada mobil yang berhenti di depan sekolah cukup lama pukul 10 malam hari Minggu (3/3). Tapi ia tidak mengetahui dari arah mana mobil itu datang.

Berdasarkan pengamatan Rakyat Merdeka, lingkungan Sekolah Triguna yang berada di tengah-tengah pemukiman elite di Jakarta Selatan itu cukup sepi. Tidak ada aktivitas yang mencolok di sekolah yang bangunannya setinggi empat lantai itu.

Tempat sampah yang menjadi lokasi penemuan senjata, cukup besar dan berbahan beton. Tidak terlihat  police line di tempat  sampah yang menjadi lokasi ditemukan senjata. Penemuan senjata rupanya tidak mengganggu proses belajar-mengajar, semua berjalan seperti biasa.

Penemuan senjata laras panjang itu, nampaknya tidak diketahui oleh semua Satpam Sekolah Tiguna, selain Ngamadi dan OB Abdul Fattah.

Senin siang, Slamet yang mendapat giliran jaga mengaku tidak melihat langsung senjata itu. Namun, ia mengetahui informasi adanya penemuan senjata setelah dikirim foto oleh Ngamadi.

“Saya datang jam sembilan, kaget juga diceritain temen-temen,” katanya.

Sedangkan Aris, tukang parkir yang sehari-hari mangkal tak jauh dari lokasi Sekolah Triguna, mengaku tidak habis pikir kok bisa ditemukan lima senjata laras panjang di tempat dia bekerja selama 15 tahun. Namun, kabar soal penemuan senjata itu tak membuatnya takut untuk bekerja.

“Denger dari temen doang, katanya ada senjata,” tutur Aris.

Ia memastikan, senjata itu tidak ada hubungannya dengan pihak sekolah. Menurutnya, pihak sekolah maupun siswa di Triguna tidak ada yang bersinggungan dengan hukum.

“Tawuran aja kagak pernah. Paling berantem antar siswa aja, itu juga jarang. Apalagi urusan senjata,” kata Aris.

Sutiyi, sopir pribadi salah satu murid di Sekolah Triguna itu tidak khawatir dengan penemuan senjata tersebut.

“Nggak takut kok, biasa-biasa saja,” tegas Sutiyi, sambil melirik mobil Avanza yang diparkir di depan tempat sampah itu.

Senjata Replika Tidak Perlu Impor

Pengamat intelejen dari Universitas Indonesia (UI) Wawan Purwanto menyatakan, untuk memperoleh senjata replika, tidak harus impor atau diselundupkan dari luar negeri. Pasalnya, beberapa daerah di Indonesia sudah bisa membuat replika senjata dari laras pendek hingga laras panjang.

“Misalnya di Bandung dan Yogyakarta, para pengrajin kita banyak yang bisa buat replika senjata. Mirip-mirip lagi, jadi nggak perlu beli dari luar negeri,” paparnya.

Ia mengatakan, kepemilikan replika senjata api adalah legal, karena secara regulasi, tidak ada yang mengatur terkait kepemilikan replika tersebut.

Wawan tidak menampik penyalahgunaan replika senjata kerap terjadi, namun nominalnya kecil. “Tidak ada larangan untuk itu (pemilik senjata replika). Pabriknya saja,  sampai saat ini belum ada aturannya,” katanya.

Menurutnya, pelaku tindak kejahatan jarang menggunakan senjata replika dalam beraksi. Sekalipun kemiripannya mencapai 25 persen, terlalu berisiko bagi pelaku tindak kejahatan menggunakan senjata replika.

Biasanya, lanjut Wawan, pelaku kejahatan yang menggunakan senjata api cenderung menggunakan senjata laras pendek yang berasal dari selundupan atau senjata rakitan, yang menggunakan laras bekas. “Senjata replika buat nakut-nakutin doing, jarang. Pasti langsung dicurigai,” katanya.

Wawan curiga, perederan (penyelundupan) senjata api secara ilegal di Jakarta masih terjadi. Namun, senjata yang diselundupkan itu berjenis laras pendek. Harganya di pasar gelap sekitar Rp 40 juta per pucuk. “Kalau partai kecil, mahal. Paling murah 40 juta untuk laras pendek. Tapi kalau partai besar, senjata jenis AK-47 bisa 500 dolar (5 juta) per pucuk,” jelasnya.

“Di Jakarta, senjata biasa ada (laras pendek), tapi nggak partai besar, biasanya (pelaku) main rapi,” tambah Wawan tanpa merinci siapa yang diduga menjadi pelaku penyelundupan senjata.

Mengenai ditemukannya lima senjata di depan Sekolah Triguna, menurut Wawan, tidak perlu digembar-gemborkan lantaran yang ditemukan hanya replika senjata.

Cuma Pajangan Dan Buat Syuting Film....

Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Baru, berhasil mengidentifikasi lima senjata laras panjang, yang ditemukan di Sekolah Triguna. Hasilnya, lima senjata itu dipastikan hanya replika dan tidak dapat digunakan.

Kepala Polsek Kebayoran Baru Adex Yudiswan mengatakan, biasanya senjata itu dipakai untuk pajangan atau pembuatan film. “Setelah uji balistik (senjata) ini replika. Biasanya dipakai untuk pajangan atau  syuting film,” ujar Adex.

Meski hanya replika, lanjutnya, kepemilikan atas senjata itu tak boleh sembarangan dan dilarang diperjualbelikan secara bebas. Pasalnya, replika senjata itu memiliki kemiripan sekitar 90 persen dari senjata aslinya. Kelima senjata itu teridentifikasi replika dari jenis senjata Thomson 1921, M 16, AK-47, MP. UZI, dan M.11.

Ia tidak menampik, bila senjata replika itu rawan disalahgunakan oleh pemiliknya untuk melakukan tindak kejahatan.

Dikatakan, apabila ada warga yang memiliki replika itu secara ilegal, dapat dijerat Undang-Undang (UU) Darurat Nomor 12 tahun 1951 Tentang Senjata Tajam dengan ancaman hukuman 15 tahun bui.

“Peredaran senjata replika ini harus ada izinnya. Jika ada masyarakat yang memiliki secara ilegal dapat dijerat Undang-Undang Darurat,” ancam Adex.

Ia menegaskan, kepolisian akan melakukan penyelidikan terkait penemuan replika senjata itu. Diduga, pemiliknya membuang benda itu lantaran takut dirazia.

“Sekarang kan banyak kejadian menggunakan senjata api. Mungkin pemilik takut kena razia,” tegasnya.

Kepala Unit Reskrim Polsek Metro Kebayoran Andre Librian mengungkapkan, replika senjata ini dibuat secara manual. “Komponen senjata yang rusak dikumpulkan terus dirakit. Karena itu, terlihat seperti senjata asli,” katanya.

Resahkan Warga, Mesti Dilarang


Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, ditemukannya lima replika senjata laras panjang oleh pihak Polsek Kebayoran Baru, menunjukkan, minat masyarakat untuk memiliki senjata api masih tinggi.

Untuk itu, Neta mengimbau agar Polri melakukan dua langkah antisipasi. Pertama, melakukan sosialisasi bahwa pemegang senjata ilegal bisa terkena Undang-Undang Darurat dengan ancaman 15 tahun penjara.

Kedua, polisi perlu agresif melakukan operasi pemberantasan senjata api, baik yang asli, rakitan maupun replika yang tingkat kemiripannya dengan senjata asli mencapai 25 persen.

Neta menjelaskan, kepemilikan senjata api, meskipun hanya replika, rentan disalahgunakan oleh pelaku tindak kejahatan. Menurutnya, masyarakat awam tidak tahu jika ada penjahat yang menodongkan senjata apakah itu replika atau asli.

“Polri harus serius menanganinya (meski replika). Sebab, bagi masyarakat awam, senjata replika atau bukan, begitu ada penjahat yang menggunakan senjata, mereka pasti langsung terteror dan ciut nyali,” jelasnya.

Ia meminta regulasi tentang kepemilikan replika senjata api diperketat. Jika tidak, lanjutnya, dapat meningkatkan potensi kriminalitas yang meresahkan warga. “Senjata replika dan senjata mainan yang tingkat kemiripannya di atas 25 persen harus dilarang,” tegasnya.

Sebab, senjata-senjata itu sangat rawan disalahgunakan, terutama oleh pelaku criminal.

Selain itu, kata Neta, kepolisian bisa melakukan kerja sama antar departemen untuk meredam kepemilikan senjata api ataupun replika senjata di tengah masyarakat.

“Harus ada koordinasi yang kuat antara Kementerian Perdagangan, Bea Cukai dan Polri agar senjata-senjata replika yang tingkat kemiripannya mendekati aslinya tidak bebas masuk ke Indonesia,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya