.Seorang perempuan berkerudung krem melepas alas kaki. Ia lalu memasuki lorong di lantai tiga di Gedung Center Medical Unit (CMU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Tujuannya Ruangan Perinatologi.
Setelah melewati pintu maÂsuk yang terbuat dari kaca, dia berÂhenti di depan wastafel. Keran diÂputar, air pun mengocor. Ia memÂbasuh tangannya di air yang meÂngalir deras dari ujung keran. DeÂngan sabun cair yang diseÂdiaÂkan, ia mencuci tangannya. Sisa-sisa air diseka dengan handuk keÂcil yang digantung di atas wastafel.
“Anak saya dirawat di dalam. Saya hendak melihat kondisinya. Sudah dua minggu di sini,†ujarÂnya. “Ada masalah dengan paru-parunya.â€
Di Ruang Perinatologi terdapat fasilitas Neonatal Intensive Care Unit (NICU). NICU adalah peraÂwatan intensif untuk bayi yang baru lahir dalam kondisi kritis hingga bayi berusia dua bulan yang menderita sakit berat. Bayi itu perlu dirawat khusus dengan peÂmanÂtauan ketat dan butuh alat bantu nafas dan monitoring janÂtung.
Di pintu kaca ruangan itu diÂtemÂpel lembar pengumuman yang bertuliskan “Harus Cuci TaÂngan Sebelum Masukâ€. KeÂmudian di kertas lainnya tertera dafÂtar jam besuk. PenguÂmumÂannya itu juga ditempel di pintu kaca.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, suasana di lantai dasar gedung CMU yang terletak di tengah komÂpleks RSCM itu tampak ramai. Orang lalu lalang. Petugas, perawat dan pasien turun-naik mengÂgunakan lift.
Suasana berbeda terlihat di lantai tiga yang menjadi Ruang Perinatologi. Suasananya tampak lengang dan tenang. Beberapa orang keluarga bayi yang dirawat di situ terlihat keluar-masuk. Juga para perawat di fasilitas itu.
Namun tak menimbulkan suara berisik.
Menurut Nining Caswini, KeÂpala Ruangan Perinatologi, hanya pihak keluarga yang diperÂkeÂnanÂkan masuk ke dalam. “Kami buÂkannya melarang, tetapi kami memiliki sejumlah prosedur di sini,†kata Nining yang meÂngeÂnakan pakaian perawat warna meÂrah muda itu kepada
Rakyat Merdeka.
Keluarga yang ingin melihat ke dalam juga harus mengikuti proÂsedur yang dibuat pihak peÂngelola ruang perawatan itu. MiÂsalnya, wajib mencuci tangan dan mengenakan pakaian khusus yang sudah disediakan.
Mencoba mengintip ke dalam ruangan itu, terlihat semacam loÂrong. Di sisi kanan dan kiri loÂrong terdapat ruangan-ruangan. Dindingnya ruangan terbuat dari kaca atau plastik bening agar memÂpermudah perawat meÂmantau kondisi bayi yang sedang dirawat.
Seorang staf RSCM memÂbisikkan Ruangan Perinatologi memiliki 54 inkubator. SeÂpuÂluhnya di antaranya berada di Ruangan NICU.
Menurut dia, fasilitas NICU yang ada di RSCM paling banyak dibanding di rumah sakit lain di Jakarta.
Di ibu kota hanya tersedia 143 fasilitas NICU, baik yang ada di ruÂmah sakit pemerintah maupun swasta. Menurut staf perempuan yang mengenakan kerudung itu, inkubator di Ruang Perinatologi maupun NICU selalu penuh. “TaÂdi pagi ada tiga yang antre samÂpai ada inkubator yang koÂsong,†katanya ketika ditemui
Rakyat Merdeka, Selasa lalu.
Dera Anggraini, bayi berusia 7 hari akhirnya meninggal dunia setelah ditolak 10 rumah sakit di Jakarta. Salah satu rumah sakit yang menolak adalah RSCM.
Pihak RSCM mengaku tidak memiliki banyak inkubator atau NICU. Hal itu mengakibatkan adanya antrean pasien.
“Dia datang ke sini, posisinya alatnya 10 sudah penuh, sedangÂkan pasien lainnya sudah ada yang ngantre,†kata Direktur UtaÂma RSCM Akmal Taher kepada situs media online.
Dia menambahkan, saat ayah Dera, Eliyas Setya Nugroho menÂdafÂtarkan putrinya, Dera Nur AngÂgraini, di RSCM berada di urutan terakhir.
Sementara, jumÂlah antrean mencapai enam orang. “Ada enam antrean,†ucap Taher.
Setelah sepekan berjuang meÂlaÂwan penyakitnya, seorang bayi bernama Dera mengemÂbuskan naÂpas terakhirnya pada Sabtu lalu. Dera meninggal pada pukul 18.00 WIB.
Dera yang lahir secara preÂmaÂtur meninggal akibat mengÂalami masalah dengan pernapasan kaÂrena ada kelainan pada keÂrongkongannya. Karena di rumah sakit tersebut tidak mempunyai alat memadai, dokter di Rumah Sakit Zahira tempat Dera dilaÂhirkan menyarankan agar diruÂjuk ke rumah sakit lain.
Maret, Sistem Pelayanan RS Online DiluncurkanGubernur DKI Joko Widodo akan menerapkan pelayanan ruÂmah sakit dengan sistem online. Sistem ini untuk memantau langÂsung rumah sakit yang kosong dan penuh untuk membantu paÂsien yang butuh pengobatan dan ruang rawat inap.
“Kita akan panggil progÂramÂmer. Jadi sistem ini untuk inÂforÂmasi rumah sakit mana yang koÂsong, mana yang penuh,†ujar JoÂkowi di Balai Kota Jakarta, kemarin.
Jokowi menegaskan bahwa Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah berjalan baik tetapi dengan sistem pelayanan online itu, pasien akan terbantu mencari ruang rumah sakit yang kosong.
“Misalnya di rumah sakit A kaÂmarnya hanya ada tiga dan penuh, maka dengan sistem online, paÂsien bisa mendapat informasi ruÂmah sakit B masih ada kamar yang kosong dan ada empat kaÂmar,†kata bekas Walikota Solo ini.
Menurut Jokowi, saat ini tingkat kesadaran masyarakat sudah tinggi, jadi harus disambut. Harus diakui, fasilitas rumah sakit, daya dukung, ICU-nya masih kurang memadai.
Jokowi berjanji akan memÂbaÂngun sistem online ini dalam wakÂtu sebulan. “Ya, beri waktu seÂbulan untuk penerapan,†kaÂtanya.
Pemerintah Provinsi DKI teÂngah mempersiapkan layanan terÂpadu di nomor 119. Melalui noÂmor pelayanan itu, warga dapat meÂngetahui rumah sakit mana saja yang kosong dan mencegah upaya saling lempar antar rumah sakit.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi berjanji akan memÂperÂbaÂnyak fasilitas NICU di rumah sakit. Ia juga akan membangun interkonektivitas RS pemerintah dan swasta yang memiliki faÂsilitas itu. Supaya pasien dan keÂluarÂganya bisa langsung melihat ada tempat kosong atau tidak.
“Insya Allah Maret ini diÂluncurkan interkonektivitas anÂtarÂrumah sakit yang mempunyai ICCU Neonatal. Jadi kalau ada paÂsien yang membutuhkan, bisa dicek,†kata Nafsiah.
ASI Nggak Bisa Masuk Ke PerutDera Nur Anggraini, bayi yang ditolak sejumlah rumah sakit di Jakarta karena alasan penuh, meninggal dunia, Sabtu 16 Febuari 2013.
Sang ayah, Eliyas Setya Nugroho, menjelaskan Dera lahiÂr bersama kembarannya di RS Zahira, Jagakarsa dengan cara operasi pada 11 Februari 2013. Tapi sayang Dera diÂnyaÂtakan memiliki kelainan pada kerongkongannya.
Dera tak dapat menerima asupan air susu ibu (ASI). “KaÂrena waktu lahir ada kelainan langÂsung diopname dan diinfus. Karena alat di RS itu kurang, jadi harus dirujuk untuk opeÂrasi, kondisinya parah, kalau kata dokter saluran ASI ke lamÂbung nggak bisa masuk dan harus dioperasi,†tutur Eliyas.
Eliyas mengatakan, sewaktu hamil, istrinya Lisa Derawati tidak memiliki kelainan. Tapi sang ibu dapat rujukan dari bidan di RS Pasar Minggu, karena kondisi matanya yang minus 7.
“Sebelum kelahiran memang istri saya sempat demam tinggi . Kalau ada tempat yang bisa diÂoperasi, mungkin tidak seperti ini. Kita sudah nyari tempat tapi tiÂdak dapat,†ujar warga KomÂplek Jati Padang Baru, RT 14/6, Pasar Minggu, Jakarta SeÂlatan ini.
Eliyas lalu membawa Dera ke RSCM, tapi ditolak dengan alaÂsan penuh. Lalu ia ke RS HaÂrapÂan Kita di Slipi. Tapi lagi-laÂgi ditolak dengan alasan penuh.
Ia lalu ke rumah sakit di Pasar Rebo. Tapi sebelum bayi menÂdapat perawatan, keluarga harus menyerahkan uang muka seÂbesar minimal Rp 10 juta. “KaÂtaÂnya kalau mau dirawat inap harus DP dulu,†kata Eliyas.
Tidak putus asa, dia mendaÂtangi RS Asri di Duren Tiga, dan RS Tria Dipa. Menurut EliÂyas, sebenarnya Tria Dipa meÂmiliki kamar kosong tapi tidak memiliki fasilitas NICU. Eliyas kemudian ke RS Budi Asih Cawang dan terakhir ke RS Pertamina.
Eliyas menjelaskan, ada berÂbagai macam alasan yang diÂberikan rumah sakit untuk meÂnolak dirinya. Mulai dari penuh, tidak ada bidan, hingga tidak ada Kartu Jakarta Sehat. “Kita memang hanya menggunakan KTP DKI dan KK (kartu keluarga). Kartu Sehat kita beÂlum ada,†tuturnya.
“Sepuluh rumah sakit meÂnoÂlak,†katanya.
Pernah Tangani Bayi Lahir Berat 650 GramPerinatologi merupakan salah satu divisi di bawah DeÂparÂtemen IImu Kesehatan Anak FaÂkultas Kedokteran UI-RSCM. Divisi memberikan peÂlayanan kesehatan bagi semua bayi baru lahir (usia 0-28 hari) terutama dengan risiko tinggi.
Fasilitas yang ada divisi ini adalah Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan Special Care Unit (SCN), Total Parenteral Nutrition, laboratorium, USG, ekokardiografi, dan alat bantu pernafasan seperti ventilator, bubble CPAP dan High FreÂquency Oscillator (HFO).
Ruangan perawatan sesuai standar internal dengan jumlah 34 tempat tidur di SCN untuk bayi risiko sedang atau pasca peraÂwatan NICU yang sudah staÂbil. Kemudian NICU sebaÂnyak 18 tempat dan ruang isoÂlasi sebanyak 2 tempat tidur. Juga ada ruang menyusui yang bersih dan nyaman.
Pelayanannya meliputi sub speÂsialistik untuk neonatus (bayi baru lahir) dengan risiko tingÂgi. Lalu sub spesialistik mulÂÂtidisiplin (anak, jantung, mata, bedah, THT, rehabilitasi meÂdik) termasuk tindakan opeÂrasi. Perawatan metode kaÂnguru (PMK) atau
Kangaroo MoÂther Care. Juga pelayanan skriÂning dan penanganan retiÂnoÂpati pada bayi yang lahir preÂmaÂtur.
Divisi ini juga menjadi sarana pendidikan bagi peserta didik yang belum memiliki sertifikat komÂpetensi (
pre service), peÂserta didik dari rumah sakit luar (in service) dan mahasiswa keÂdokÂteran, dokter umum, speÂsialis anak dan perawat. Divisi ini juga melakukan penelitian di bidang di bidang neonatologi
Kondisi bayi yang pernah ditangani Perinatologi FKUI-RSCM yakni lahir dengan risiko tinggi. Mulai dari gawat napas, bayi prematur dan berat laÂhir amat sangat rendah, inÂfeksi berat, kelainan bawaan (jantung dan sebagainya). TerÂmasuk bayi yang memerlukan tindakan pembedahan.
Mereka yang bertugas di Perinatologi terdiri dari dokter spesialis anak I neonatolog (ahli bayi baru lahir), perawat, tenaga peÂnunjang medis, dan staf adÂministrasi. Divisi ini pernah menangani bayi yang lahir dengan berat hanya 650 gram pada 2009 lalu dengan tingkat komplikasi minimal. [Harian Rakyat Merdeka]