Berita

ilustrasi/ist

On The Spot

Mau Pakai Inkubator? Antreannya Panjang

Berkunjung Ke Ruang Rawat Bayi Kritis RSCM
KAMIS, 21 FEBRUARI 2013 | 09:07 WIB

.Seorang perempuan berkerudung krem melepas alas kaki. Ia lalu memasuki lorong di lantai tiga di Gedung Center Medical Unit (CMU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Tujuannya Ruangan Perinatologi.

Setelah melewati pintu ma­suk yang terbuat dari kaca, dia ber­henti di depan wastafel. Keran di­putar, air pun mengocor. Ia mem­basuh tangannya di air yang me­ngalir deras dari ujung keran. De­ngan sabun cair yang dise­dia­kan, ia mencuci tangannya. Sisa-sisa air diseka dengan handuk ke­cil yang digantung di atas wastafel.

“Anak saya dirawat di dalam. Saya hendak melihat kondisinya. Sudah dua minggu di sini,” ujar­nya. “Ada masalah dengan paru-parunya.”

Di Ruang Perinatologi terdapat fasilitas Neonatal Intensive Care Unit (NICU). NICU adalah pera­watan intensif untuk bayi yang baru lahir dalam kondisi kritis hingga bayi berusia dua bulan yang menderita sakit berat. Bayi itu perlu dirawat khusus dengan pe­man­tauan ketat dan butuh alat bantu nafas dan monitoring jan­tung.

Di pintu kaca ruangan itu di­tem­pel lembar pengumuman yang bertuliskan “Harus Cuci Ta­ngan Sebelum Masuk”. Ke­mudian di kertas lainnya tertera daf­tar jam besuk. Pengu­mum­annya itu juga ditempel di pintu kaca.

Pemantauan Rakyat Merdeka, suasana di lantai dasar gedung CMU yang terletak di tengah kom­pleks RSCM itu tampak ramai. Orang lalu lalang. Petugas, perawat dan pasien turun-naik meng­gunakan lift.

Suasana berbeda terlihat di lantai tiga yang menjadi Ruang Perinatologi. Suasananya tampak lengang dan tenang. Beberapa orang keluarga bayi yang dirawat di situ terlihat keluar-masuk. Juga para perawat di fasilitas itu.
Namun tak menimbulkan suara berisik.

Menurut Nining Caswini, Ke­pala Ruangan Perinatologi, hanya pihak keluarga yang diper­ke­nan­kan masuk ke dalam. “Kami bu­kannya melarang, tetapi kami memiliki sejumlah prosedur di sini,” kata Nining yang me­nge­nakan pakaian perawat warna me­rah muda itu kepada Rakyat Merdeka.

Keluarga yang ingin melihat ke dalam juga harus mengikuti pro­sedur yang dibuat pihak pe­ngelola ruang perawatan itu. Mi­salnya, wajib mencuci tangan dan mengenakan pakaian khusus yang sudah disediakan.

Mencoba mengintip ke dalam ruangan itu, terlihat semacam lo­rong. Di sisi kanan dan kiri lo­rong terdapat ruangan-ruangan. Dindingnya ruangan terbuat dari kaca atau plastik bening agar mem­permudah perawat me­mantau kondisi bayi yang sedang dirawat.

Seorang staf RSCM mem­bisikkan Ruangan Perinatologi memiliki 54 inkubator. Se­pu­luhnya di antaranya berada di Ruangan NICU.

Menurut dia, fasilitas NICU yang ada di RSCM paling banyak dibanding di rumah sakit lain di Jakarta.

Di ibu kota hanya tersedia 143 fasilitas NICU, baik yang ada di ru­mah sakit pemerintah maupun swasta. Menurut staf perempuan yang mengenakan kerudung itu, inkubator di Ruang Perinatologi maupun NICU selalu penuh.  “Ta­di pagi ada tiga yang antre sam­pai ada inkubator yang ko­song,” katanya ketika ditemui Rakyat Merdeka, Selasa lalu.

Dera Anggraini, bayi berusia 7 hari akhirnya meninggal dunia setelah ditolak 10 rumah sakit di Jakarta. Salah satu rumah sakit yang menolak adalah RSCM.

Pihak RSCM mengaku tidak memiliki banyak inkubator atau NICU. Hal itu mengakibatkan adanya antrean pasien.

“Dia datang ke sini, posisinya alatnya 10 sudah penuh, sedang­kan pasien lainnya sudah ada yang ngantre,” kata Direktur Uta­ma RSCM Akmal Taher kepada situs media online.

Dia menambahkan, saat ayah Dera, Eliyas Setya Nugroho men­daf­tarkan putrinya, Dera Nur Ang­graini, di RSCM berada di urutan terakhir.

Sementara, jum­lah antrean mencapai enam orang. “Ada enam antrean,” ucap Taher.

Setelah sepekan berjuang me­la­wan penyakitnya, seorang bayi bernama Dera mengem­buskan na­pas terakhirnya pada Sabtu lalu. Dera meninggal pada pukul 18.00 WIB.

Dera yang lahir secara pre­ma­tur meninggal akibat meng­alami masalah dengan pernapasan ka­rena ada kelainan pada ke­rongkongannya. Karena di rumah sakit tersebut tidak mempunyai alat memadai, dokter di Rumah Sakit Zahira tempat Dera dila­hirkan menyarankan  agar diru­juk ke rumah sakit lain.

Maret, Sistem Pelayanan RS Online Diluncurkan

Gubernur DKI Joko Widodo akan menerapkan pelayanan ru­mah sakit dengan sistem online. Sistem ini untuk memantau lang­sung rumah sakit yang kosong dan penuh untuk membantu pa­sien yang butuh pengobatan dan ruang rawat inap.

“Kita akan panggil prog­ram­mer. Jadi sistem ini untuk in­for­masi rumah sakit mana yang ko­song, mana yang penuh,” ujar Jo­kowi di Balai Kota Jakarta, kemarin.

Jokowi menegaskan bahwa Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah berjalan baik tetapi dengan sistem pelayanan online itu, pasien akan terbantu mencari ruang rumah sakit yang kosong.

“Misalnya di rumah sakit A ka­marnya hanya ada tiga dan penuh, maka dengan sistem online, pa­sien bisa mendapat informasi ru­mah sakit B masih ada kamar yang kosong dan ada empat ka­mar,” kata bekas Walikota Solo ini.

Menurut Jokowi, saat ini tingkat kesadaran masyarakat sudah tinggi, jadi harus disambut. Harus diakui, fasilitas rumah sakit, daya dukung, ICU-nya masih kurang memadai.

Jokowi berjanji akan mem­ba­ngun sistem online ini dalam wak­tu sebulan. “Ya, beri waktu se­bulan untuk penerapan,” ka­tanya.

Pemerintah Provinsi DKI te­ngah mempersiapkan layanan ter­padu di nomor 119. Melalui no­mor pelayanan itu, warga dapat me­ngetahui rumah sakit mana saja yang kosong dan mencegah upaya saling lempar antar rumah sakit.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi berjanji akan mem­per­ba­nyak fasilitas NICU di rumah sakit. Ia juga akan membangun interkonektivitas RS pemerintah dan swasta yang memiliki fa­silitas itu. Supaya pasien dan ke­luar­ganya bisa langsung melihat ada tempat kosong atau tidak.

“Insya Allah Maret ini di­luncurkan interkonektivitas an­tar­rumah sakit yang mempunyai ICCU Neonatal. Jadi kalau ada pa­sien yang membutuhkan, bisa dicek,” kata Nafsiah.

ASI Nggak Bisa Masuk Ke Perut

Dera Nur Anggraini, bayi yang ditolak sejumlah rumah sakit di Jakarta karena alasan penuh, meninggal dunia, Sabtu 16 Febuari 2013.

Sang ayah, Eliyas Setya Nugroho, menjelaskan Dera lahi­r bersama kembarannya di RS Zahira, Jagakarsa dengan cara operasi pada 11 Februari 2013. Tapi sayang Dera di­nya­takan memiliki kelainan pada kerongkongannya.

Dera tak dapat menerima asupan air susu ibu (ASI). “Ka­rena waktu lahir ada kelainan lang­sung diopname dan diinfus. Karena alat di RS itu kurang, jadi harus dirujuk untuk ope­rasi, kondisinya parah, kalau kata dokter saluran ASI ke lam­bung nggak bisa masuk dan harus dioperasi,” tutur Eliyas.

Eliyas mengatakan, sewaktu hamil, istrinya Lisa Derawati tidak memiliki kelainan. Tapi sang ibu dapat rujukan dari bidan di RS Pasar Minggu, karena kondisi matanya yang minus 7.

“Sebelum kelahiran memang istri saya sempat demam tinggi . Kalau ada tempat yang bisa di­operasi, mungkin tidak seperti ini. Kita sudah nyari tempat tapi ti­dak dapat,” ujar warga Kom­plek Jati Padang Baru, RT 14/6, Pasar Minggu, Jakarta Se­latan ini.

Eliyas lalu membawa Dera ke RSCM, tapi ditolak dengan ala­san penuh. Lalu ia ke RS Ha­rap­an Kita di Slipi. Tapi lagi-la­gi ditolak dengan alasan penuh.

Ia lalu ke rumah sakit di Pasar Rebo. Tapi sebelum bayi men­dapat perawatan, keluarga harus menyerahkan uang muka se­besar minimal Rp 10 juta. “Ka­ta­nya kalau mau dirawat inap harus DP dulu,” kata Eliyas.

Tidak putus asa, dia menda­tangi RS Asri di Duren Tiga, dan RS Tria Dipa. Menurut Eli­yas, sebenarnya Tria Dipa me­miliki kamar kosong tapi tidak memiliki fasilitas NICU. Eliyas kemudian ke RS Budi Asih Cawang dan terakhir ke RS Pertamina.

Eliyas menjelaskan, ada ber­bagai macam alasan yang di­berikan rumah sakit untuk me­nolak dirinya. Mulai dari penuh, tidak ada bidan, hingga tidak ada Kartu Jakarta Sehat. “Kita memang hanya menggunakan KTP DKI dan KK (kartu keluarga). Kartu Sehat kita be­lum ada,” tuturnya.

“Sepuluh rumah sakit me­no­lak,” katanya.

Pernah Tangani Bayi Lahir Berat 650 Gram

Perinatologi merupakan salah satu divisi di bawah De­par­temen IImu Kesehatan Anak Fa­kultas Kedokteran UI-RSCM. Divisi memberikan pe­layanan kesehatan bagi semua bayi baru lahir (usia 0-28 hari) terutama dengan risiko tinggi.

Fasilitas yang ada divisi ini adalah Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan Special Care Unit (SCN), Total Parenteral Nutrition, laboratorium, USG, ekokardiografi, dan alat bantu pernafasan seperti ventilator, bubble CPAP dan High Fre­quency Oscillator (HFO).

Ruangan perawatan sesuai standar internal dengan jumlah 34 tempat tidur di SCN untuk bayi risiko sedang atau pasca pera­watan NICU yang sudah sta­bil. Kemudian NICU seba­nyak 18 tempat dan ruang iso­lasi sebanyak 2 tempat tidur.  Juga ada ruang menyusui yang bersih dan nyaman.

Pelayanannya meliputi sub spe­sialistik untuk neonatus (bayi baru lahir) dengan risiko ting­gi. Lalu sub spesialistik mul­­tidisiplin (anak, jantung, mata, bedah, THT, rehabilitasi me­dik) termasuk tindakan ope­rasi. Perawatan metode ka­nguru (PMK) atau Kangaroo Mo­ther Care. Juga pelayanan skri­ning dan penanganan reti­no­pati pada bayi yang lahir pre­ma­tur.

Divisi ini juga menjadi sarana pendidikan bagi peserta didik yang belum memiliki sertifikat kom­petensi (pre service), pe­serta didik dari rumah sakit luar (in service) dan mahasiswa ke­dok­teran, dokter umum, spe­sialis anak dan perawat.  Divisi ini juga melakukan penelitian di bidang di bidang neonatologi

Kondisi bayi yang pernah ditangani Perinatologi FKUI-RSCM yakni lahir dengan risiko tinggi. Mulai dari gawat napas, bayi prematur dan berat la­hir amat sangat rendah, in­feksi berat, kelainan bawaan (jantung dan sebagainya). Ter­masuk bayi yang memerlukan tindakan pembedahan.

Mereka yang bertugas di Perinatologi terdiri dari dokter spesialis anak I neonatolog (ahli bayi baru lahir), perawat, tenaga pe­nunjang medis, dan staf ad­ministrasi. Divisi ini pernah menangani bayi yang lahir dengan berat hanya 650 gram pada 2009 lalu dengan tingkat komplikasi minimal. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya