Berita

DPR RI

On The Spot

Asisten Disuruh Jaga Ruang Kerja Di DPR

Pindah Partai, Politisi Mundur Dari Senayan
RABU, 20 FEBRUARI 2013 | 09:21 WIB

Setahun menjelang Pemilu 2014, sejumlah anggota DPR memutuskan meletakkan jabatannya. Sebagian besar mundur dari Senayan karena sudah meninggalkan parpol yang dulu mengusung jadi anggota legislatif.

Sepanjang hari kemarin tak banyak aktivitas yang dilakukan Agung Isra. Ia mengisi waktu dengan ngobrol bersama teman-temannya. Mereka “diundang” Agung untuk datang ke ruangan bernomor 1217.

Matahari sudah bergeser ke barat. Satu per satunya pergi. Agung masih bertahan di ruangan terletak di lantai 12 gedung Nusantara I DPR itu. “Nunggu perintah saja. Kalau disuruh pulang, ya pulang,” katanya.

Nunggu perintah siapa? Ia lalu menyebut nama bosnya Mamat Rahayu Abdullah. Setahun terakhir, Agung menjadi asisten pribadi (aspri) Mamat di DPR.

Pada 29 Januari lalu, Mamat memutuskan mundur dari DPR. Sehari kemudian dia memutuskan keluar dari Golkar, partai yang telah mengusungnya jadi anggota legislatif.

Pemilu 2009 lalu Golkar mencalonkan Mamat di Daerah Pemilihan (Dapil) Banten I yang meliputi Lebak dan Pandeglang. Mamat berhasil melenggang ke Senayan.

Keluar dari Golkar, Mamat bergabung ke Partai Nasdem. Partai yang dipimpin Surya Paloh itu merupakan kontestan baru Pemilu 2014.

Menurut Agung setelah memutuskan mundur dari DPR, Mamat tak pernah nongol lagi di DPR. Selama jadi anggota Dewan, Mamat dibantu tiga orang staf.

Namun Agung yang diminta menunggu bekas ruangan kerja Mamat di DPR setelah dia mundur. Agung baru setahun terakhir diminta menjadi asisten pribadi.

Menurut Agung, bosnya meminta dirinya tetap ngantor seperti biasa. Ia pun datang ke DPR jam delapan pagi. Pulang jam empat sore. Sebelum pulang, dia meminta izin dulu ke Mamat.

Walaupun ngantor tiap hari, tak banyak yang dikerjakan Agung. Tugasnya hanya menjawab telepon yang masuk dan menyerahkan dokumen-dokumen jika diminta Fraksi Partai Golkar.

Sebelum mundur, Mamat ditunjuk menjadi Ketua Kelompok Fraksi (Poksi) Partai Golkar di Komisi IX. Komisi itu membidang masalah kesehatan, kependudukan, ketenagakerjaan dan transmigrasi itu.

“Masih ada surat-surat penting di sini. Makanya perlu dijagain,” kata Agung yang mengenakan kaca mata itu. Sebelum Ruang kerja Mamat terletak ada di lorong sebelah kiri. Letaknya di pojok dengan dinding kaca sebagai penandanya. Di depan ruangan itu tak lagi terpampang papan nama Mamat. Hanya tersisa nomor ruangan “1217” di pintu dari kaca. Kaca itu tak tembus dipandang dari luar.

Membuka pintu kaca itu terlihat ruang staf berukuran 2x3 meter persegi. Di situ tersedia tiga meja kerja lengkap dengan bangkunya.

Salah satu meja masih memiliki peralatan kerja lengkap. Yaitu, satu set komputer dengan monitor layar datar berukuran 16 inci model lebar, printer, dan telepon. Di belakangnya, ada dispenser dan lemari besar setinggi satu setengah meter.

Dua meja lainnya kosong. Ruang kerja Mamat berada di balik ruang kerja staf. Untuk masuk ke dalam melewati pintu yang sejajar dengan pintu masuk ke ruangan ini dari lorong.

Ruang di dalam berukuran 3x4 meter. Lantainya dilapisi karpet berwarna cokelat serupa dengan di ruangan staf.
 
Furnitur di ruangan ini masih lengkap.  Seperti meja kerja lengkap dengan kursinya. Sebuah sofa tamu dengan mejanya, lemari kecil setinggi satu meter, dan lemari panjang setinggi setengah meter berada di sebelah kanan pintu. Lemari dikosongkan dari berbagai berkas dan buku-buku pribadi Mamat.

 Ditembok ruangan kerja yang bercat krem itu tersisa seekor burung Garuda mencengkram selempang “Bhineka Tunggal Ika”.

Menurut Agung, barang-barang pribadi Mamat sudah dibawa pulang. Rumah dinas di Kalibata juga dikosongkan. Barang-barang pribadi sudah diangkut ke rumah Mamat di Serang, Banten.

Sampai kapan akan menunggui ruangan ini? Menurut Agung, sampai ada surat perintah dari Fraksi Partai Golkar untuk mengosongkan ruangann ini.

“Surat perintah mengosongkan belum ada. Saya masih kerja di sini. Meski Bapak tidak ke sini tapi tetap memerintah lewat telepon,” katanya.

Ia berharap tenaga masih bisa dipakai walaupun Mamat sudah tak lagi jadi anggota Dewan. Ia merasa betah jadi asisten pribadi Mamat. “Enak kerjanya. Bapak nggak pernah marah-marah. Gajinya juga lancar,” bisiknya.

Papan Nama Akbar Faizal Masih Terpasang Di Pintu

Akbar Faizal juga memutuskan mundur dari DPR. Ia keluar dari Partai Hanura untuk bergabung dengan Partai Nasdem.

Akbar menyisakan satu tahun jabatannya di parlemen. Dia terpilih jadi anggota Dewan dari Dapil Sulawesi Selatan II. Dapil itu meliputi Kabupaten Sinjai, Bone, Maros, Bulukumba, Pangkajene Kepulauan, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Pare Pare.

Di DPR, Akbar mendapat ruang kerja di lantai 16 gedung Nusantara I.  Meski sudah mundur dari DPR, papan namanya yang bertuliskan “Drs Akbar Faizal MSi” masih melekat di pintu berbahan kayu dengan cat berwarna cokelat.

Di dalamnya, ada ruangan staf berukran 2x3 meter. Meski tak ada orang di situ, terlihat ada bekas aktivitas. Berkas-berkas terlihat menumpuk di atas meja staf. “Biasanya ada Mbak Riri,” kata Sugiatno, staf Fraksi Hanura.

Pantauan Rakyat Merdeka, ada tiga meja kerja  staf lengkap bangkunya  di ruangan itu. Satu meja berbentuk letter L. Di atas meja diletakkan telepon yang juga bisa berfungsi sebagai faksimile. Selain itu, rak berwarna hitam penuh berkas dan peralatan tulis kantor tersedia di meja itu.

Di dua meja lainnya terdapat seperangkat komputer dengan layar berbeda. Satu layar datar. Satu lagi masih model tabung. Ukuran sama, 14 inci.

Di temboknya yang berwarna krem, terdapat papan tulis yang belum terhapus. Tiga kertas pun terlihat menempel di dinding, setia menemani jam dinding yang cukup jauh menempel di atasnya.

Di dalam ruang staf, ada pintu yang menghubungkan ruang pribadi Akbar Faizal. Pintu itu tak terkunci. Di atas meja kerja bekas anggota DPR itu terdapat tumpukan map berisi berkas-berkas. Di sebelahnya ada kalender meja dan telepon. Di sebelah meja kerja berwarna hitam itu  terdapat sofa tamu berwarna merah menyala. Lengkap dengan jejeran air mineral yang tersusun rapih di atas meja tamu itu.

Dari Alasan Jenuh, Survei Jeblok Sampai Ingin Ngurus Partai

Setahun menjelang pemilu, politisi ramai-ramai mundur dari DPR. Alasannya beragam. Mulai dari ingin fokus mengurus partai sampai alasan sudah jenuh di parlemen.

Anis Matta dan Edhie Baskoro Yudhoyono beralasan mundur dari DPR karena ingin fokus mengurus partai menjelang Pemilu 2014.

Anis ditunjuk menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang ditahan KPK karena kasus suap impor sapi.

Sebelum mundur, Edhie Baskoro yang akrab dipanggil Ibas ramai dibicarakan gara-gara paraf absen rapat paripurna yang diantar ke ruangannya.

Tak lama setelah hal mencuat, Ibas memutuskan mundur dari DPR. Namun dia membantah persoalan absen ini yang jadi penyebabnya. Ia beralasan mundur karena ingin mengurus partai. Saat ini, Ibas menjabat Sekjen Partai Demokrat.

“Saya mengundurkan diri sebagai anggota DPR. Saya akan fokus menjalankan tugas sekjen,” ujar Ibas dalam keterangannya di ruang Fraksi Partai Demokrat, Senayan (14/2).

Ibas mengaku tidak maksimal menjalankan tugas sebagai anggota Komisi I DPR sekaligus sebagai Sekjen Partai Demokrat. Ia pun memilih fokus jadi sekjen partai saja.

“Kalau saya masih menjadi anggota DPR, maka tugas saya sebagai anggota tidak berjalan dengan baik untuk kepentingan rakyat, dan mengkritisi kebijakan pemerintah,” tandasnya.

Sementara Akbar Faizal beralasan mundur dari DPR karena sudah merasa jenuh. Ia juga menyatakan keluar dari Partai Hanura yang telah mengusung jadi anggota legislatif pada Pemilu 2009.

Akbar lalu bergabung dengan Partai Nasdem. Ia mengatakan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar. “Saya mengambil sikap untuk meninggalkan comfort zone, saya mencoba meninggalkan itu. Sebelum saya dikuasai oleh hal-hal yang ada di sini, penyakit-penyakit post power syndrome,” katanya.

Akbar juga mengungkapkan kekecewaannya atas menurunnya pamor Partai Hanura. “Saya mengeluhkan survei Hanura dengan pencapaian yang rendah,” kata Akbar.

Menurut Akbar, seharusnya saat ini pamor Partai Hanura berada di posisi tertinggi. Sebab dalam sejumlah survei, partai ini dianggap paling bersih.

“Saya memang bingung, sedih, sebuah partai yang sampai hari ini dinilai bersih, tapi kok tidak mendapatkan respek dari masyarakat yang tercermin dari survei yang ada. Kalau memang rakyat menginginkan partai yang bersih, harusnya Hanura mendapat survei paling tinggi,” ujar dia.

Meski begitu, Akbar menegaskan bahwa keluarnya dia dari Hanura, tak ada kaitannya dengan elektabilitas partai yang stagnan. “Tidak ada hubungannya dengan elektabilitas, saya yakin Hanura punya tingkat lebih, elektabilitas tinggi dari hasil survei-survei itu,” tuturnya.

Di Partai NasDem, Akbar ditempatkan sebagai Ketua Bidang Politik dan Pemerintahan.

Lebih menarik, perjalanan politik Maiyasak Johan. Anggota DPR dari PPP itu kini bergabung dengan Partai Golkar. Padahal ia sempat menyatakan diri bergabung dengan Partai NasDem.

Sekjen Partai Nasdem Rio Capella sempat heran dengan sikap Maiyasyak yang tiba-tiba hengkang lagi. “Dia sudah menyatakan bergabung dan konpers bergabung,” katanya.

Maiyasyak, kata Rio, tak menjelaskan alasannya batal bergabung dengan partainya.

“Baru declare dan menyatakan bergabung terus katanya sudah bergabung dengan Golkar,” tuturnya. Namun Rio tidak mempermasalahkan keputusan Maiyasyak itu. “Ya itu terserah dia lah,” tukasnya.

Pada 30 Januari lalu, Maiyasak pamit mundur sebagai anggota DPR dari Fraksi PPP. Kala itu, Maiyasak mengaku belum memilih partai untuk pencalonan legislatif di pemilu 2014.

“Saya mohon maaf kalau ada yang kurang pada tempatnya. Hari ini secara resmi sudah memasukan surat pengunduran diri sebagai anggota PPP 2009-2014,” papar Maiyasyak dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Kompleks Parlemen, Jakarta. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Realisasi Belanja Produk Dalam Negeri Masih 41,7 Persen, Ini PR Buat Kemenperin

Rabu, 09 Oktober 2024 | 12:01

Gibran Puji Makan Bergizi Gratis di Jakarta Paling Mewah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:56

Netanyahu: Israel Sukses Bunuh Dua Calon Penerus Hizbullah

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:50

Gibran Ngaku Ikut Nyusun Kabinet: Hampir 100 Persen Rampung

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:47

Jokowi Dipastikan Hadiri Acara Pisah Sambut di Istana

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:39

Mampu Merawat Kerukunan, Warga Kota Bekasi Puas dengan Kerja Tri Adhianto

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Turki Kenakan Tarif Tambahan 40 Persen untuk Kendaraan Tiongkok, Beijing Ngadu ke WTO

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:33

Dasco Kasih Bocoran Maman Abdurrahman Calon Menteri UMKM

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:31

Maroko Dianugerahi World Book Capital UNESCO 2026

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:27

Heru Budi Bareng Gibran Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SMAN 70

Rabu, 09 Oktober 2024 | 11:20

Selengkapnya