.Senyum lebar menghiasi wajah Enggartiasto Lukito ketika memasuki pintu masuk Gedung Jakarta Convention Centre, Jumat (25/1). Beberapa kali dia disalami orang-orang yang mengenakan jaket warna yang sama: biru gelap.
Sempat celingak-celinguk di ruang masuk, anggota DPR itu lalu menuju bangku jajaran paling depan. Di situ duduk Surya Palloh, Rio Capella, Endriartono Sutarto, Ferry Mursidan Baldan. Mereka adalah petinggi Partai Nasdem. Enggar pun menyalami satu per satu.
Pukul tujuh malam, Kongres Nasional Partai Nasdem pun diÂmulai. Enggar memilih duduk berÂdampingan dengan bekas waÂkil presiden Jusuf Kalla.
Ini adalah kegiatan pertama yang diikuti Enggar setelah meÂmuÂtuskan bergabung dengan ParÂtai Nasdem. Ia meninggalkan ParÂtai Golkar yang telah dua meÂnganÂtarkan jadi anggota DPR. Ia meÂmutuskan mundur dari Senayan.
“Saya terakhir ke DPR hari Rabu kemarin (23/1) untuk meÂnyerahkan surat pengunduran diri sekaligus berpamitan dengan koÂlega di DPR. Kalau hari ini (Jumat), saya tidak ke DPR lagi,†katanya.
Pada 2009 lalu, Enggar dicaÂlonÂkan Partai Golkar di Daerah PeÂmilihan Jawa Barat VII. LanÂtaÂran sudah tak lagi di partai beÂringin, Ia pun merasa sudah tak pantas lagi duduk di DPR.
Setelah memutuskan mundur dari DPR, dia pun merasa sudah tidak berhak menikmati fasilitas sebagai wakil rakyat. Ruang kerÂjaÂnya di lantai 14 gedung NuÂsanÂtara I DPR sudah diserahkan penggunaannya kepada pimpinan Fraksi Partai Golkar.
Bagaimana dengan barang-baÂrang pribadi di dalamnya? “KeÂbetulan saya tidak punya banyak barang-barang pribadi yang ditaÂruh di ruang kerja pribadi. PinÂdahan pun yang urus staf pribadi saya pada hari di mana saya mengundurkan diri,†terangnya.
Enggar mengaku tidak ingin berlama-lama menganggur dari dunia politik. Begitu keluar dari Golkar, ia pun langsung aktif daÂlam kegiatan Partai Nasdem.
“Makanya saya langsung ikut acara Rakernas Nasdem ini. Saya sudah tidak sabar ingin bekerja bersama-sama di Nasdem dalam membawa perubahan,†tegasnya.
Buru-buru pindah mau jadi caÂleg? Dengan tegas Enggar memÂbantah pindah partai karena ingin jadi caleg dari Nasdem. “Sudah 30 tahun saya mengenal Pak SurÂya (Paloh). Tidak bijak kalau saya biarkan Surya jalan sendirian melakukan perubahan di negeri ini,†tegasnya.
Dia menegaskan, tidak akan jadi caleg di Pemilu 2014. Ia bergabung dengan partai besutan Surya Paloh karena kesamaan visi dengan partai besutan Surya Paloh ini. “Sudah tiga kali jadi caleg, saya tidak akan maju lagi,†tegasnya.
Menjelang Pemilu 2014, seÂjumÂlah orang pindah partai. SeÂlain Enggar, OC Kaligis juga lonÂcat ke Partai Nasdem. Pengacara papan atas itu selama ini tercatat sebagai kader Partai Golkar. Di partai yang baru dia mendapat posisi sebagai Dewan Penasehat Badan Advokasi Hukum.
Pria yang pernah mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan KPK namun gagal ini mengundurkan diri dari Golkar sejak 26 DeÂsemÂber lalu. “Saya tidak akan maju seÂbagai caleg Nasdem. Saya suÂdah senang di posisi saya sebagai pengacara dan akademisi. Di sini mungkin tenaga saya dibutuhÂkan,†kata Kaligis.
Loncat partai juga dilakoni RamÂson Siagian. Bekas anggota DPR dari PDIP itu kini bergaÂbung dengan Partai Gerindra. Kabarnya, dia akan menjadi caleg dari partai yang dikomandoi Prabowo Subianto itu.
Menjelang Pemilu 2009 lalu, Ramson memutuskan mundur dari pencalegan karena tak diseÂtujui untuk menjadi caleg nomor urut satu oleh Taufik Kiemas, suaÂmi Ketua Umum PDIP MeÂgawati Soekarnoputri.
Saat itu, Ramson mengatakan tak menyesal mundur dari penÂcaÂlegan. Ia merasa sudah cukup menÂjadi anggota DPR. “Karena DPR sedang menjadi sorotan,†katanya. Ia pun menegaskan tidak akan loncat partai.
Fenomena kutu loncat marak menjelang proses pencalegan. Mereka yang gagal menjadi caleg nomor satu, hengkang ke partai lain agar bisa mendapat nomor urut atas. Namun saat ini tak baÂnyak orang yang mengumumkan pindah partai.
Enggartiasto mengungkapkan, selain dirinya akan banyak kader Golkar yang juga pindah ke ParÂtai Nasdem. Itu baru akan ketaÂhuan ketika KPU sudah meÂneÂtapkÂan daftar calon tetap Pemilu 2014.
Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan fenomena kutu loncat marak menjelang proses pencalegan. Ia membeberkan ada sembilan anggota DPR dari lain partai yang berniat bergabung dengan partai yang mendapat urut empat di Pemilu 2014.
Mereka mencoba mendekati PDIP agar bisa menjadi caleg.
“Dari partai lain ada yang menÂdaftar dan kita lagi menyaring,†kata Tjahjo.
Siapa saja mereka? Bekas keÂtua Fraksi PDIP itu enggan memÂbeberkannya.
“Tidak etislah kalau saya seÂbutÂkan. Nanti saja kalau sudah pasÂti. Tapi yang pasti mereka seÂrius, kita lagi mencermati, laku nggak diÂjual di dapilnya,†jelasnya.
Hanya Tjahjo mengingatkan, bila 9 orang tersebut memang seÂrius untuk maju sebagai caleg dari PDIP, mereka ditunggu sampai Oktober. Syaratnya, dengan meÂngambil Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP dan meninggalkan parÂtai asalnya.
Tak Puas Jadi Wakil Daerah, Incar Kursi Wakil Rakyat
Bukan cuma politisi DPR yang pindah haluan partai untuk bisa duduk lagi di Senayan. KaÂlangan senator pun berbondong-bondong masuk partai. TuÂjuanÂnya sama: jadi anggota DPR.
Informasi yang diterima
RakÂyat Merdeka, ada belasan angÂgota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang akan bertarung dari jalur partai politik untuk bisa berÂtahan di Senayan. Salah satuÂnya anggota DPD asal Sulawesi Barat Asri Annas. Ia akan jadi caleg dari Partai Demokrat.
Lalu anggota DPD dari SumÂsel Abdul Azis. Ia bergabung deÂngan Partai NasDem. Anggota DPD dari Gorontalo, Budi Doku memilih bergabung deÂngan Partai Golkar.
Anggota DPD dari Kaltim Awang Ferdian bergabung berÂsama PDIP. Sofwat Hadi, angÂgota DPD dari Kalsel akan maju dari PPP. Anggota NTB Muhyi Abidin dan anggota DPD asal Gorontalo Elnino Mohi akan masuk Gerindra.
Anggota DPD tersebut tidak membantah kabar bahwa meÂreka akan bertarung di Pemilu 2014 dari jalur partai politik. PeÂngakuan blak-blakan meluncur dari mulut Sofwat Hadi. “Tapi status saya di PPP sampai saat ini masih sebatas sebagai orang yang melamar. Masalah diteÂriÂma atau tidak, itu tergantung dari para petinggi di PPP. Yang penÂting saya sudah ajukan diri,†katanya kepada Rakyat Merdeka.
Bila lamarannya diterima, Sofwat berencana maju sebagai caleg PPP dari dapil yang sama saat dirinya menjadi anggota DPD Kalimantan Selatan.
Selain karena putra daerah, konÂstituennya yang dulu pernah memilihnya, menurutnya berÂjanÂji akan setia meski sudah pinÂdah haluan. “Jadi anggota DPD itu memÂbutuhkan suara yang lebih besar daripada menjadi anggota DPR. Saya yakin moÂdal saya sebagai DPD, bisa meÂmuluskan perjalanan baru saya nanti,†katanya.
Anggota DPD asal GoronÂtalo Elnino Mohi juga tidak meÂÂnamÂpik kabar dirinya akan maÂsuk parpol. Alasannya, seÂbaÂgai angÂgota DPD dia merasa kuÂrang makÂÂsimal dalam memÂperÂjuangÂkan aspirasi masyaÂraÂkat di daerahnya.
Keterbatasan kewenangan yang dimiliki DPD, menurut dia, membuat upayanya memÂperÂjuangkan daerahnya berÂujung tanpa hasil. “Malu saja sama konstituen, punya jabatan di DPD tapi kurang maksimal untuk melahirkan kebijakan yang pro-umat,†ungkapnya.
Hal senada juga dikemukan anggota DPD asal Kalimantan Timur Awang Ferdian Hidayat. Dia mengatakan, kepindahan diÂrinya dari calon perseorangan menjadi calon dari partai karena peran DPD kurang maksimal.
“Saya ingin lebih berbuat baÂnyak bagi bangsa dan negara ini, sementara kewenangan DPD saat ini masih sangat terÂbatas,†keluh Awan yang akan maju dari PDI Perjuangan ini. [Harian Rakyat Merdeka]