Ahmad, warga RT 01 RW 03 Jalan Tanah Abang II, Jakarta PuÂsat hanya bisa pasrah listriknya di rumahnya masih padam. HingÂga kemarin, wilayah tempat tingÂgalnya sudah mengalami peÂmaÂdaÂman listrik selama enam hari. Untuk penerangan di malam hari, keluarganya menggunakan lamÂpu minyak dan lilin.
“Mau gimana lagi Mas. Semua ruÂmah di sini mati lampu dan tiÂdak ada yang punya genset. Mau beli, duit dari mana? Kalau ada duit pun, mending untuk keÂbuÂtuÂhan lain,†kata bapak dua anak ini.
Meskipun tidak punya peÂraÂlatan elektronik mewah di ruÂmahnya, pemadaman listrik yang berlangsung lama ini benar-benar merepotkan keluarganya. ApaÂlagi, dia memiliki bayi yang beÂlum genap berusia sebulan.
“Saya kasihan, bentar-bentar naÂngis terus karena kepanasan. Mau dibawa keluar, selain masih bayi, cuacanya juga tidak meÂnÂdukung. Takut kehujanan di jaÂlan,†katanya merana.
Kerepotan juga dialami Hesti, yang tinggal masih satu RT dengan Ahmad. Sebagai karÂyaÂwan swasta, dia harus kembali kerja setelah banjir di Jakarta suÂrut. Lantaran listrik padam, dia pun sulit memperoleh air bersih.
Selama ini, dia memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Karena listrik padam, pomÂpa air di rumahnya pun tak bisa diÂnyalakan. “Mau mandi dan buang air repot. Masak harus numÂÂpang terus di pom besin di seÂberang jalan sana karena krisis air,†katanya kesal.
Ia bisa memahami bila gardu listrik PLN belum bisa dinyaÂlaÂkan setelah tergenang air. Namun dia berharap ada perhatian terÂhaÂdap warga yang kesulitan akibat pemadaman listrik yang sudah berlangsung lama.
“Bila gardu belum bisa diÂnyaÂlain, bantu dong masyarakat kecil kayak kita. Misalnya disediakan genset atau beri pasokan air buat kebutuhan sehari-hari,†ujarnya.
Hingga kemarin, sebanyak 196 gardu distribusi listrik PLN yang masih padam. Gardu itu belum diÂnyalakan karena masih terenÂdam banjir. Ada wilayah yang suÂdah surut, namun listriknya masih padam. Sebab, gardunya masih diÂbersihkan dari sisa-sisa banjir.
Sihombing tak tahan listrik di rumahnya terus menerus padam. Ia pun pergi ke Plaza Kenari Mas, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat untuk mencari genset. Di tempat ini banyak toko yang menjual genÂÂset. Genset ini hendak diÂguÂnaÂkanÂnya untuk memasok listrik di ruÂmahnya di Cideng, Jakarta Pusat.
Ia terlihat memperhatikan deÂngan cermat ketika karyawan toko memperagakan menyalakan genset. Beberapa kali pria berÂpaÂkaian necis itu bertanya meÂngeÂnakan cara kerja mesin menghasil listrik berbahan bakar bensin itu.
“Bensinnya tadi sudah sekalian saya isi. Nanti, di rumah Bapak tinggal langsung starter aja. KaÂlau genset sudah nyala, choke diÂtuÂrunkan. Lalu kabel yang ada diÂhubungkan pada stop kontak di rumah, genset langsung bisa berÂfungsi,†jelas karyawan toko.
Merasa genset ini bisa memeÂnuhi kebutuhan listrik di ruÂmahÂnya, Sihombing masuk ke dalam toko menemui bagian kasir. Ia mengeluarkan kartu kredit dari dompet dan diserahkan kepada karyawan bagian kasir.
“Sudah lima hari listrik di ruÂmah padam. Padahal kesehaÂrian, kita tidak bisa jauh dari listrik. KaÂsihan juga sama anak-anak, makaÂnya saya beli genset ini, takut lisÂtrik masih lama nyaÂlanya,†kata SiÂhombing usai bertransaksi.
Karyawan swasta di Jakarta ini sempat mendengar kabar bahwa pemadaman listrik berlangsung sampai perkan depan. Hingga memutuskan membeli genset, dia belum melihat upaya dari PLN untuk mengatasi persoalan warga yang tidak mendapat aliran listrik.
Tak mau lama-lama kehidupan keluarga terganggu akibat listrik padam, dia pun merogoh kocek agar penerangan di rumahnya bisa menyala. Caranya dengan memÂbeli genset ini.
“Listrik itu kebutuhan pokok orang, baik miskin atau kaya. Kacau kalau sampai listrik tidak nyala-nyala,†katanya.
Permintaan warga terhadap genset meningkat sejak Jakarta dilanda banjir Kamis pekan lalu. Bersamaan dengan itu, PLN meÂlaÂkukan pemadaman listrik di wiÂlayah-wilayah yang terendam air. Wilayah yang tidak kebanjiran juga mengalami pemadaman lisÂtrik jika ada gardu listrik yang teÂrendam air.
Jo, pemilik Toko Budi Teknik di Kenari Mas Plaza ini meÂngungÂkapkan, warga ramai-ramai mencari genset pada Sabtu dan Minggu. Pada akhir pekan lalu itu, hampir semua toko di pusat perbelanjaan ini didatangi warga yang ingin mencari mesin pengÂhasil setrum.
“Toko saya sampai hari ini (keÂmarin—red) bisa menjual lebih dari 20 genset,†aku pria bertubuh besar ini. “Ini jauh di atas target penjualan pada hari-hari biasa. Bahkan sudah melampaui target penjualan selama sebulan.â€
Ia mengungkapkan, sebelum banjir jarang warga yang datang ke tokonya untuk mencari genset. Dalam sebulan, dia hanya bisa menÂjual genset paling banyak lima unit. “Maklum, genset itu kan bukan barang yang dipakai sehari-hari. Makanya jarang warÂga yang beli. Nah, saat mati lamÂpu berkepanjangan seperti sekaÂrang, genset menjadi kebutuhan penting,†katanya.
Selain jarang dipakai, harga genÂset juga tak murah. Menurut Jo, harga genset tergantung meÂrek dan kemampuannya meÂngÂhaÂsilÂkan daya listrik. Semakin besar daya listrik yang bisa dihasilkan, makin mahal harganya. Harga genset paling murah sudah di atas Rp 1 juta termahal bisa mencapai belaÂsan juta rupiah.
Pembangkit Listrik Di Muara Karang Mulai Beroperasi
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara KaÂrang, Jakarta Utara turut teÂrenÂdam banjir sejak Jumat lalu. Lantaran tak beroperasi, pasoÂkan listrik di beberapa wilayah ibu kota pun terputus.
Menurut Manajer Senior KoÂmunikasi Korporat PLN BaÂmÂbang Dwiyanto, PLTGU Muara Karang mulai dioperasikan secara bertahap. Senin malam, satu unit PLTGU berkapasitas 240 megawatt sudah dinyaÂlaÂkan. Menyusul satu unit lagi pada kemarin siang. Unit itu bisa memasok listrik 240 MW.
“Dengan demikian pasokan lisÂtrik ke gardu induk Budi KeÂmuÂliaan dan Gardu Induk KeÂbon Sirih normal kembali,†katanya.
Selama ini, kedua gardu inÂduk tersebut mengalirkan listrik ke sejumlah daerah seperti Abdul Muis, Tanah Abang, Bank Indonesia, Merdeka BaÂrat, Thamrin, Kebon Kacang, PeÂtojo, Pasar Raya Sarinah, MoÂÂnas, Jati Baru, Wahid HaÂsyim, dan Agus Salim, Kebon Sirih, Menteng Raya, Cikini, Kramat Raya, Fakultas KedokÂteran UniÂversitas Indonesia, Kwitang, PaÂsar Senen dan sekitarnya.
Bambang mengungkapkan, sebelumnya, kedua gardu induk itu dipadamkan karena PLTGU yang menjadu sumber utama pemasok listrik terendam banÂjir. Saat Gardu Induk Budi KÂeÂmuÂliaan dan Kebon Sirih dipaÂdamkan, wilayah yang selama ini mendapat aliran listrik dari kedua gardu induk itu dipasok dari gardu lain. Namun tak seÂmua wilayah bisa mendapat paÂsokan listrik secara penuh.
Meskipun PLTGU Muara Karang sudah kembali diÂopeÂraÂsikan, Bambang berharap maÂsyarakat bisa bijak dalam mengÂgunakan listrik. Maklum, paÂsoÂkan listrik dari kedua gardu inÂduk tersebut belum normal.
Satu unit Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Muara Karang maÂsih dalam proses pemulihan seÂbelum dioperasikan kembali. Pembangkit itu terendam air leÂbih dalam dan lebih lama. SeÂhingga perlu waktu lama untuk pembersihan, pengeringan dan pÂeÂngecekan sebelum dinyalakan.
Menurut Bambang, PLN beÂlum bisa menyalakan aliran lisÂtrik di beberapa wilayah yang maÂsih terendam banjir. Ini demi keamanan dan keselamatan maÂsyarakat. Walaupun banjirnya sudah surut, listriknya belum bisa dinyalakan. Sebab, pihakÂnya perlu waktu untuk meÂngeÂcek kondisi gardu listrik di wiÂlaÂyah itu. Bila gardunya turut teÂrendam, perlu dilakukan pemÂbeÂrsihan dan pengecekan. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22