ilustrasi/ist
ilustrasi/ist
Tersangka Zulkarnaen DjaÂbar dan Dendy Prasetya dapat teÂman baru. Tersangka baru dalam kasus ini adalah Ahmad Jauhari. Selaku Pejabat Pembuat KoÂmitÂmen (PPK), Jauhari diduga terÂliÂbat kongkalikong dalam kasus ini, sehingga mengakibatkan keÂruÂgian negara sekitar Rp 14 miliar.
Upaya KPK mengusut kasus ini tak berhenti sampai di situ. Hingga akhir pekan, penyidik KPK terus memeriksa tersangka Jauhari.
Kepala Biro Humas KPK JoÂhan Budi Sapto Prabowo meÂnyaÂtaÂkan, rangkaian pemeriksaan diÂtujukan untuk menghimpun data keterlibatan pihak lain.
Artinya, proyeksi KPK menÂinÂdakÂlanjuti perkara masih berÂlangÂsung. Tak tertutup kemungÂkinan, masih ada pihak lain yang bakal menyusul nasib para terÂsangka. Namun, Johan belum mau buru-buru berspekulasi, siÂapa pihak lain yang dibidik KPK.
Menurutnya, upaya KPK meÂngumpulkan keterangan Jauhari yang pernah menjabat Direktur Urusan Agama Islam dan PemÂbinaan Syariah Ditjen Bimas IsÂlam Kemenag, dipicu dugaan adaÂnya aliran dana ke sejumlah piÂhak. Dia menekankan, pemeÂrikÂsaan tak hanya terkait dengan penetapan tersangka baru.
Hasil pemeriksaan Jauhari ini akan diklarifikasi dengan kesakÂsian pihak bank, pihak peÂnyeÂlengÂgara atau panitia proyek dan perantara transaksi suap. “Semua masih perlu dikembangkan. SakÂsi-saksi akan terus dimintai keÂteÂrangan,†katanya.
Dari hasil pengembangan peÂnyelidikan dan penyidikan, KPK menilai Jauhari melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang UnÂdang Nomor 31 tahun 1999, seÂbaÂgaiÂmana diubah dengan UnÂdang UnÂdang Nomor 20 Tahun 2001 tenÂtang Tindak Pidana KoÂrupsi. KÂeÂterlibatannya diduga terÂkait peÂngaÂturan pemenang tender dan anÂgÂgaÂran di lingkungan Kemenag.
Namun, Johan menolak meÂnyeÂbutkan teknis pengaturan peÂmeÂnang tender proyek berikut beÂrapa dana yang diperoleh Jauhari. Dia membenarkan, rangkaian peÂnyidikan terkait peÂnyeÂleÂweÂngan aliran dana proyek, juga diawali dari pengakuan tersangka Dendy.
Kepada penyidik, Dendi meÂnyeÂbut, inisiator dalam proyek terÂsebut adalah Fahd A Rafiq. BahÂkan diakui, untuk kelancaran proyek, Dendy difasilitasi Fahd menemui sejumlah petinggi Kemenag.
Menindaklanjuti ini, KPK pun memeriksa beberapa kolega Dendy, seperti Direktur dan staf PT Perkasa Jaya Abadi (PJA). Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui hubungan PJA deÂngan Kemenag dalam mengerÂjaÂkan proyek-proyek kementerian tersebut. Begitupula perusahaan milik Dendy, PT Karya Sinergi Alam Indonesia (KSAI) yang disebut-sebut turut mengÂgaÂrap proyek.
Proses pemeriksaan lainnya, lanÂjut dia, dilaksanakan agar camÂpur tangan Fahd maupun piÂhak internal Kemenag diketahui. Selebihnya juga dilakukan agar jumlah suap yang diterima terÂsangka diketahui secara pasti.
Yang jelas, penetapan status terÂsangka terhadap Jauhari meÂnunjukkan, pengungkapan kasus ini sudah mengarah ke internal KeÂmenag. Tidak tertutup keÂmungÂkinan, sambungnya, akan ada tersangka lain lagi dari lingÂkungan Kemenag. “Kita lihat haÂsil peÂngemÂbangan peÂnyiÂdiÂkannya.â€
Johan merinci, KPK telah mengÂhitung nilai proyek KemeÂnag. Proyek tahun 2011 seÂbeÂsar Rp 20 miliar dan tahun 2012 sebesar Rp 55 miliar. “Nilai proÂyek kasus Alquran yang baru naik sidik tahun 2011 Rp 20 miliar dan tahun 2012, Rp 55 miliar,†ucapÂnya. Dari situ, penyidik meÂmÂperÂkiÂrakan total kerugian negara menÂcapai Rp 14 miliar. “Dugaan seÂmentara kerugian negaranya Rp 14 miliar.â€
Reka Ulang
Satu Sel Untuk Ayah Dan Anak
Berkas dua tersangka kasus koÂrupsi anggaran pengadaan kiÂtab suci dan pengadaan komÂputer madrasah di Kementerian AgaÂma, Zulkarnaen Djabar dan DenÂdy Prasetya dilimpahkan ke PeÂngadilan Tipikor Jakarta.
“Saya dapat konfirmasi dari peÂnuntutan, ada dua berkas perÂkara yang dikirim. Berkas peÂrÂkaÂra ZD dan DP,†kata Wakil KeÂtua KPK Bambang WidjoÂjanto pada Kamis (17/1).
Dia menuturkan, daÂlam dua pekan ke depan, dua terÂsangka itu akan disidang di PeÂngadilan Tipikor.
Kata Bambang, jaksa KPK akan menyerahkan berkasnya ke pengadilan. “Kami sedang meÂÂnunggu jaksa yang sedang daÂlam perjalanan,†ujarnya saat itu.
Zulkarnaen Djabar, anggota KoÂmisi VIII DPR dan putranya Dendy Prasetya, Direktur UtaÂma PT KSAI, diduga menerima suap Rp 10 miliar terkait peÂnguÂrusan anggaran proyek KemeÂnag tahun anggaran 2011-2012.
Keduanya diduga mengarahÂkan perusahaan tertentu sebagai peÂmeÂnang tender proyek peÂngaÂÂdaan kiÂtab suci dan laboÂratorium komputer untuk maÂdÂrasah di KeÂmenag.
Ayah dan anak itu sama-sama ditahan di Rutan KPK caÂbang Guntur, JakarÂta Selatan seÂjak 4 Januari lalu.
Tersangka Dendy ditahan satu sel dengan ayahnya agar mudah mendapatkan bantuan orang lain. Sebab, tulang kakiÂnya masih paÂtah akibat keceÂlakaan yang dialaÂminya.
“Saya ikuti penahanan ini supaya semuanya bisa cepat seÂleÂsai,†kata Dendy yang dipaÂpah petugas KPK.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa NugÂraha mengatakan, demi keÂpentingan penyidikan, Dendy yang juga Sekjen Gema MuÂsyaÂwarah Kekeluargaan dan GoÂtong Royong (MKGR) akan diÂtaÂhan selama 20 hari.
Sejauh ini, KPK telah meneÂtapÂkan tiga tersangka kasus koÂrupsi pengadaan Alquran, yaitu anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Golkar Zulkarnaen DjaÂbar, putra kandungnya Dendy PraÂsetya dan Pejabat Pembuat KoÂmitÂmen (PPK) A Jauhari.
Dendy menyusul ayahnya, jadi penghuni sel Rutan PomÂdam Jaya, Guntur, Jakarta SeÂlaÂtan. BaÂpak dan anak itu diÂtaÂhan dalam satu sel. Setelah menjalani peÂmeÂrikÂsaan enam jam, tersangka kaÂsus suap peÂngurusan anggaran proÂyek kitab suci dan laboÂraÂtoÂrium tsanaÂwiyah pada KeÂmenÂteÂrian AgaÂma itu, digelandang meÂnuju Rutan Guntur.
Dendy ditetapkan sebagai taÂhaÂnÂan setelah pelimpahan berÂkas perkara ke tahap penuntutan dari tahap penyidikan. Padahal seÂbeÂlumnya, dia tidak ditahan lanÂtaran mengaku kakinya sakit.
Dendy mengaku menderita paÂtah tulang kaki akibat kecelaÂkaÂan. SeÂdangÂkan bapaknya sudah leÂbih dahulu ditahan.
Keterangan penahanan DenÂdy antara lain disampaikan peÂnasihat huÂkumnya, Erman Umar. MeÂnuÂrut Erman, Dendy ditahan satu sel dengan ayahÂnya, anggota Komisi VIII DPR Zulkarnaen Djabar yang juga tersangka kasus ini. “Iya, ditaÂhan satu sel bersama ayaÂhnya,†kata Erman.
Menurut Erman, penahanan Dendy dilaksanakan menyusul diÂtolaknya permohonan agar yang bersangkutan tidak ditaÂhan. PerÂtimbangan KPK meÂnaÂhan Dendy satu sel dengan ayahÂnya, kata Erman, dilatari kondisi terÂsangka yang masih sakit.
“Dia saÂkit dan masih perlu menjalani peÂngobatan. Dia memerlukan banÂtuan orang lain,†ucapnya.
Sebelum resmi ditahan, DenÂdy mendatangi KPK untuk meÂnanÂdatangani berkas perkara yang maÂsuk tahap penuntutan. Dendy datang lebih dulu dari baÂÂpaknya. “BeÂrkas perkara suÂdah lengkap atau P-21. Sudah diÂtandataÂngaÂni,†ucapnya.
Selain berkas perkara Dendy, berÂkas perkara yang juga dinyaÂtaÂkan lengkap adalah berkas perÂÂkara atas nama Zulkarnaen DjaÂbar. Untuk kepentingan meÂlengÂkapi berkas perkara, ZulÂkarnaen pun nongol di KPK. Dia datang 10 menit setelah Dendy.
Menurut Kabag Pemberitaan dan Media Massa KPK PriÂharsa Nugraha, kedatangan ZulÂkarÂnaen sama seperti DenÂdy untuk meÂnanÂdaÂtangi berkas perkara. “KeÂdua terÂsangka waÂjib hadir,†katanya.
Priharsa menolak menyeÂbutÂkan materi berkas perkara kedua tersangka. Yang jelas, perkara keduanya sama. Yaitu, dugaan menerima suap proyek pengadaan kitab suci dan laÂboÂratorium komputer tsaÂnaÂwiyah pada Kementerian Agama.
Mesti Diusut KPK Sampai Ke Akar-akarnya
Marsudhi Hanafi, Purnawirawan Polri
Bekas Kepala Biro PerenÂcaÂnaÂan dan Administrasi BaresÂkrim Polri Marsudhi Hanafi meÂÂneÂkanÂkan, pengusutan kasus dugaan korupsi pengadaan kiÂtab suci mesti tuntas hingga akar-akarnya. Penindakan yang seÂtengah-seÂteÂngah dikhaÂwaÂtirÂkan justru meÂnimÂbulkan keÂgaÂduhan hukum. “Usut sampai tuntas ke akar-akarÂnya. Jangan ada peÂngeÂcualian di sini,†katanya.
Dia melihat, perkara dugaan korupsi ini sangat sistematis. Ada pihak luar yang berperan menjaÂlankan proyek, ada pihak internal yang membuat keÂbiÂjaÂkan serta ada kalangan DPR yang diduga berperan mengÂgiÂring proyek.
Jadi dengan kata lain, kejaÂhaÂtan di sini sangat kompleks. Dia mengingatkan, kejahatan korupsi senantiasa dilakukan secara korporasi. “Melibatkan beÂberapa kelompok intelektual. Sehingga pergerakannya terÂorÂgaÂnisir,†jelasnya.
Oleh sebab itu, kasus-kasus koÂrupsi digolongkan dalam keÂjahaÂtan luar biasa atau extra orÂdinary crime. Penangannya pun harus dilaksanakan secara eksÂtra. Tidak bisa setengah-seÂteÂngah. DikataÂkan, pengusutan perkara ini perlu didorong berÂbagai elemen.
Hal itu supaya hakim, jaksa dan penyidik perkara ini, meÂmiÂliki kekuatan ekstra dalam meÂnindak semua pihak yang diÂduga terlibat. Dia memaparkan, keterÂliÂbatan elit DPR dan poÂliÂtisi di sini menunjukkan leÂmahÂnya peÂngawasan.
Dia berharap, setelah pelimÂpaÂhan berkas perkara ke peÂngaÂdilan serta penetapan tersangka baru, kasus ini tidak berhenti. MakÂsudÂnya, para pihak yang beÂlum diÂmintai pertangÂgungÂjÂaÂwaÂban huÂkum, hendaknya diÂtinÂdak secara tegas. “Tidak boÂleh ada pengeÂcuaÂlian,†taÂnÂdasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59