Berita

ilustrasi, kekerasan terhadap anak

On The Spot

Putrinya Dimakamkan, Astri Pingsan Di Rumah

Bocah 11 Tahun Meninggal, Diduga Korban Perkosaan
SENIN, 07 JANUARI 2013 | 09:39 WIB

Seorang mahasiswi di India meninggal setelah menjadi korban pemerkosaan. Negara itu pun terguncang. Di tanah air, seorang bocah berusia 11 tahun meninggal kemarin. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencurigai bocah itu korban pemerkosaan.

Sunyoto, 55 tahun, tidak hen­ti-hentinya mengucurkan air mata. Saat turun dari sepeda mo­tor dia harus dipapah dua kera­batnya. Beberapa kali, pria pe­rawakan kurus ini tak kuat berdiri menyaksikan pemakaman anak bungsunya.

Kondisi Astri, istri Nyoto lebih mem­prihatinkan lagi. Wanita berkulit hitam ini bahkan pingsan selama beberapa jam ketika me­ngetahui anaknya meninggal du­nia. Saat jenazah anaknya di­ke­bu­mikan, Astri hanya tergolek lemas di rumahnya.

Nyoto dan Astri adalah orang tua dari RI, anak perempuan ber­usia 11 tahun yang masih duduk di kelas V SD. Ia diduga menjadi kor­ban pemerkosaan.  Sehari-hari, Nyoto dan istrinya jadi pe­mulung berbagai barang bekas di sekitar kediaman mereka di Kampung Rawa Bebek RT 02/01, Kelurahan Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur.

Rumah yang ditinggali keluar­ga Nyoto berada di perbatasan an­tara Jakarta Timur dan Kota Be­kasi. Beberapa langkah dari tempat tinggalnya sudah masuk wilayah Bekasi, Jawa Barat. Pem­batasnya kali kecil yang ping­girannya dipenuhi lapak pe­mulung dan tanah lapang.

Untuk mencapai rumah Nyoto, rumahnya, harus melalui jalan sempit selebar 1 meter dari arah jalan raya Rawa Bebek. Pasangan yang memiliki 6 orang anak ini tinggal di rumah sempit ber­uku­ran 5x5 meter.

Rumah itu tanpa pagar. Di­n­ding­nya terbuat dari batako yang belum diplester semen, apalagi di­cat. Atapnya terbuat dari asbes yang su­dah rusak di beberapa tempat. Se­dangkan lantainya, per­paduan an­tara semen dan ke­ramik putih.

Ruangan di dalam rumah yang menjadi tempat kumpul keluarga dilapisi keramik putih. Sementara teras yang lebarnya tidak sampai 1 meter hanya sebagian yang dilapisi keramik. Sisanya hanya plesteran semen.

Tidak ada barang mewah yang di rumah keluarga Nyoto. Di ruang untuk tamunya, hanya te­r­dapat lemari kayu tanpa pintu de­ngan kondisi yang sudah lapuk dimakan usia. Yang tampak baru hanya lemari plastik yang bisa dibongkar pasang.

Di tengah-tengah ruangan ter­dapat dipan kayu yang dilapisi dengan kain batik warna coklat. Di dipan inilah jenazah RI sempat disemayamkan sebelum akhirnya di makamkan di TPU Aster III, Harapan Baru Bekasi. Tak jauh dari rumah Nyoto.

Menurut Nyoto, putri bungsu­nya anak yang mandiri dan tidak nakal. Hampir setiap hari, dia dan istrinya meninggalkan buah h­a­tinya di rumah untuk memulung.

Saat Nyoto dan istrinya men­cari nafkah, RI diawasi oleh para kakaknya. Terkadang para te­tangga yang tinggalnya ber­dem­petan ikut mengawasi anak itu.

“Kadang main sendirian. Ka­dang-kadang masak-masakan, main dengan teman wanitanya yang seumuran. Dia pun jarang ke­luar jauh,” kata Nyoto.

Nyoto tak pernah tahu sakit yang diderita RI. Sebab, sebelum­nya anakanya itu selalu terlihat ce­ria dan sehat. “Terakhir bilang dia sakit itu sekitar 3 bulan lalu. Saat itu dia muntah-muntah dan hampir tiap malam dan badannya panas. Dia hanya mengeluhkan sakit, tapi tidak bilang penye­bab­nya apa,” kata Nyoto.

Karena itu, Noyot ak pernah cu­riga kalau anaknya diduga men­jadi korban perkosaan. Se­bab, selama ini tidak ada peru­ba­han sikap sang anak.

Namun bila benar anaknya ter­sebut menjadi korban perkosaan, dia berharap ada proses hukum. Pelakunya harus ditangkap dan dijatuhi hukuman berat.  

“Memang sampai saat ini polisi belum memberikan keterangan si­apa pelakunya, polisi hanya bi­lang sedang dalam proses pe­nye­lidikan,” ungkapnya.

Untuk diketahui, sejak 29 De­sember lalu, RI di rawat di ruang intensive care unit (ICU) RS Per­sahabatan. Kemarin pagi, dia me­ninggal. Namun hingga me­ng­hem­buskan nafas terakhir, sakit apa yang diderita RI ini masih be­lum jelas. Pihak RS Persahatan, tempat RI dirawat menduga ke­matian bocah itu karena radang otak yang dideritanya.

Ketika mulai dirawat, pihak rumah sakit menemukan bekas luka di kemaluan dan anus bocah tersebut. Namun pihak rumah sakit tak berakhir menyimpulkan bahwa RI pernah mengalami pemerkosaan.

“Secara klinis, radang otak men­jadi sebab kematiannya. Kami masih tunggu hasil la­boratorium,” kata Dirut RSUPP Priyanti.

Namun Priyanti tidak mau me­mastikan dahulu, apakah radang otak itu memang benar penyakit yang diderita bocah tersebut sehingga akhirnya meninggal du­nia. Karena itu, pihak kepolisian dan keluarga membawa jenazah bo­cah itu ke RS Cipto Mangun­kusumo (RSCM) untuk diotopsi.

RS Persahabatan sendiri, kata Priyanti, sudah melakukan visum yang hasilnya sudah dikirimkan ke Polres Jakarta Timur. Nan­tinya, hasil dari otopsi di RSCM dan RS Persahabatan akan di­jelaskan oleh polisi.

Para tetangga dan rekan-rekan se­kolah RI, hingga kemarin ma­lam terus berdatangan ke ru­mah­nya. Tidak sedikit dari tetangga yang datang berasal dari jauh.

Selain untuk nyelawat, ke­da­tangan tetangga yang didominasi ibu-ibu itu untuk mendengar lang­sung kabar tentang RI yang di­duga diperkosa. Maklum se­lama sepekan terakhir, kabar ter­sebut ramai menjadi pembicaraan banyak kalangan.

Komnas PA Bentuk Tim Investigasi

Komisi Nasional Perlindu­ngan Anak (Komnas PA) mem­bentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab kematian RI. Pihak rumah sakit yang me­rawat bocah enggan mem­be­ri­kan informasi.

Ketua Komnas PA Arist Mer­deka Sirait mengatakan  pihak RS Persahabatan sangat tert­u­tup untuk menjelaskan masalah ini. “Padahal, dengan UU Ke­ter­bukaan Informasi, kon­su­men, dalan hal ini keluarga RI, berhak tahu apa yang terjadi,” ujar Arist.

Pihaknya tak bisa meminta keterangan dari RI karena dia tak sadarkan diri selama men­jalani perawatan sampai ak­hir­nya meninggal.

“Mereka (pihak rumah sakit) pasti bisa menganalisa luka di vagina itu karena apa, sa­yang­nya mereka tidak menjelaskan kondisi RI dengan jelas. Bahkan untuk mengetahui vagina kor­ban rusak saja harus didesak be­berapa kali,” tambahnya.

Permadi, pengacara keluarga kor­ban merasa ada keganjilan penyakit yang diderita RI. Dia menduga RI memang menjadi korban pemerkosaan karena beberapa hal yang cukup me­nguatkan.

“Ada yang ganjil, seperti ada­nya luka terbuka di kemaluan dan anus. Kami masih me­nunggu kesimpulan tim medis untuk itu,” ujarnya.

Permadi menambahkan, me­nurut keterangan keluarga pada awal Desember bocah itu lebih sering mencuci celana dalam. Hal itu tidak biasa dia lakukan dan dianggap sebagai keganjilan.

“Bila itu benar terjadi. Pas­tilah pelaku itu selain asusila, juga menularkan penyakit ke­lamin,” kata Permadi.

Sebelumnya, Kepala Humas Polda Metro Jaya Kombes Rik­wanto menyatakan bahwa bo­cah perempuan kelas 5 SD yang terbaring koma di RS Per­sa­ha­batan bukan merupakan korban kekerasan seksual. Dari hasil pemeriksaan dokter, si bocah me­ngalami infeksi di ke­maluannya.

“Menurut keterangan ke­luarga, yang bersangkutan tidak pernah mengalami kekerasan seksual. Dan berdasar ke­te­ra­ngan dokter, luka pada ke­ma­luan­nya itu karena infeksi,” je­las Rikwanto di Mapolda Metro Jaya (4/1).

Rikwanto bilang, pihaknya te­lah menginterogasi keluarga kor­ban. Berdasar keterangan ayah korban, Sunyoto, korban sudah menderita sakit selama 3 bulan.

“Korban mengeluh sakit pada bagian ketiak. Kemudian diba­wa ke Puskesmas Harapan Baru dan diduga sakit kelenjar getah bening,” kata Rikwanto.

Setelah itu, dua bulan ke­mudian, korban kembali me­ngeluh sakit. Keluarga ke­mu­dian membawanya ke dokter Wawan di daerah Harapan Baru, Bekasi.

Karena tidak kunjung sem­buh, korban kemudian dibawa ke dokter spesialis di Regency. Dokter spesialis setempat me­nyatakan bahwa korban me­n­derita sakit typus.

Hingga akhirnya pada tang­gal 29 Desember korban tidak sadarkan diri. Korban ke­mu­dian dibawa ke RS Pe­r­sa­ha­ba­tan dan dirawati di Ruang ICU Cempaka Lantai 2.

Pelakunya Orang-orang Dekat

2012, Kasus Kekerasan Terhadap Anak Meningkat

Kekerasan yang menimpa anak-anak di bawah umur tiap tahun sangat memprihatinkan. Sepanjang tahun 2012, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat ada peningkatan dari 2.508 di tahun 2011menjadi 2.637 kasus.

Ketua Komnas Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, sebanyak 48 persen atau 1.075 di antaranya adalah kasus ke­ke­rasan seksual. Kekerasan sek­sual ada yang dilakukan dalam bentuk sodomi, pemer­kosaan, penca­bulan, serta incest (hu­bu­ngan seks dengan keluarga sedarah).

Kekerasan fisik berada di uru­tan berikutnya. Komnas Anak mencatat 819 kasus keke­rasan yang melibatkan anggota tubuh. Lalu posisi selanjutnya ditempati oleh kekerasan psikis sebanyak 743 kasus.

Jika dilihat dari ling­ku­ngan­nya, kata Arist, sekitar 82 per­sen kasus kekerasan menimpa anak-anak dari kelompok eko­nomi menengah ke bawah. Si­sa­nya terjadi di kalangan eko­nomi menengah ke atas.

“Kekurangan ekonomi se­akan dimanfaatkan untuk meng­halalkan tindak kekerasan terhadap anak-anak,”     ucap dia.

Lebih memprihatinkan lagi, kasus kekerasan justru terjadi di lingkungan terdekat anak, se­perti di lingkungan rumah tang­ga, sekolah, lembaga pe­n­di­di­kan, dan lingkungan sosial anak. Pelakunya pun meru­pa­kan orang-orang terdekat anak.

“Mulai dari orang tua, ayah atau ibu tiri, maupun guru,” ka­ta­nya. Dengan banyaknya jum­lah kasus ini, Komnas Anak mendesak keluarga agar men­ciptakan lingkungan yang ra­mah anak di sekitar rumah mau­pun di dalam keluarga.

Selain itu, Komnas Anak men­dorong agar kepolisian me­ningkatkan status Unit Pe­la­yanan Perempuan dan Anak yang saat ini melekat di Satuan Reserse Kriminal menjadi satuan tersen­diri yakni Satuan Perlindungan Perempuan dan Anak. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya