Bungkus plastik itu berbentuk bulat transparan. Di dalamnya ada beberapa kotak untuk meÂnemÂpatkan makanan. Ada kotak untuk meletakkan nasi. Lainnya unÂtuk lauk-pauk, sambal dan buah penutup makan.
Lantaran plastiknya transparan, bisa terlihat makanan yang dimaÂsukkan ke situ. Nasi dengan lauk ikan tongkol yang dibumbui caÂbai merah. Kemudian sayur kol dan sepotong tahu kuning goreng.
Uap air menempel di bagian atas plastik pembungkus maÂkaÂnan yang sudah dirapatkan itu. Tampaknya makanan yang diÂmaÂsukÂkan dalam kemasan itu masih dalam keadaan panas. Baru diÂmaÂsak atau hanya sekaÂdar dihangatkan.
Makanan yang sudah dikemas itu lalu dibawa ke luar gedung KPK. Di luar sudah menunggu mobil Avanza hitam B 1910 UFR. Makanan itu lalu dimasukkan ke bagasi mobil. Makanan itu tidak ditumpuk, tapi dijejerkan. MungÂkin agar tidak tumpah.
Mau dibawa ke mana? “Mau kami ke Rutan Guntur di MangÂgarai sana. Ini jatah makan siang unÂtuk tiga tahanan KPK yang diÂtahan di sana,†jelas petugas tadi.
Setelah memuat makanan, moÂbil itu segera meninggalkan geÂdung KPK di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Mobil melaju melewati jalan beÂlakang yang bisa tembus ke Jalan Guntur. Di jalan ini terdapat MarÂkas Polisi Daerah Militer (PomÂdam) Jaya.
Pomdam Jaya dilengkapi ruÂmah tahanan (rutan). Karena MarÂkas Pomdam terletak di Jalan Guntur, maka rutannya sering disebut Rutan Guntur.
KPK diperkenankan untuk menggunakan rutan ini menjadi tempat penahanan para tersangka kasus korupsi. Setelah direnoÂvasi, rutan ini dianggap layak unÂtuk digunakan.
Akhir November lalu, KPK “menitipkan†dua tersangka di rutan ini. Keduanya yakni ZulÂkarnaen Djabar, anggota DPR yang jadi tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan dan penÂceÂtaÂkan Al-Quran; dan Heru KiÂsÂbanÂdono, hakim adhoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pontianak. Ia ditetapkan sebagai teÂrsangka kasus suap.
Senin lalu (3/12), KPK meÂniÂtipkan satu tersangka lagi. Dia adaÂlah Inspektur Jenderal (Irjen) Djoko Susilo, bekas kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri. Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan simulator SIM di Korlantas.
Djoko ditahan usai menjalani peÂmeriksaan selama delapan jam. Dengan mobil tahanan, jenderal bintang dua itu dibawa ke Rutan Guntur untuk menjalani masa peÂnahanan pertama selama 20 hari.
Di Rutan Guntur, Djoko meÂnemÂpati sel berukuran 5,2 meter. Tak barang mewah yang bisa meÂnemaninya melewati hari-hari di dalam jeruji besi. Di kamar itu haÂnya disediakan kasus pegas (spÂring bed), lemari untuk menyimpan pakaian dan sebuah meja.
Tak ada pendingin udara (air conditioner/AC) untuk mengusir hawa panas di sel. Di langit-langit kaÂmar sel dipasang kipas (exÂhaust) untuk sirkulasi udara.
Sel dilengkapi kamar mandi. Di dalamnya ada closet duduk dan satu shower yang dipasang di tembok untuk mandi. Pintu sel dari besi dicat hijau. Di pintu ada terali yang juga dari besi untuk melihat kondisi di luar. Ada tiga slot untuk mengunci pintu sel.
Bagaimana keadaan Djoko setelah beberapa hari mendekam di rutan guntur? “Dia berada daÂlam kondisi yang sehat wal afiat. Tidak ada yang berubah dari diÂriÂnya, baik secara fisik dan menÂtal. Tetap segar dan gagah seperti hari-hari biasa,†ungkap Juniver GirÂsang, kuasa hukum Djoko.
Menurut Juniver, kliennya tak mendekam di tahanan. Sebagai perÂwira, Djoko, kata Juniver, suÂdah digembleng untuk bisa mengÂÂhadapi semua situasi. Ini yang membuat Djoko tak kehilaÂngan selera makan ketika di tahaÂnan. Semua makanan yang diÂseÂdiaÂkan KPK, disantapnya.
Kamis lalu (6/12) keluarga Djoko menjenguk di tahanan. KeÂluarga membawakan makanan. “Pak Djoko itu bukan orang yang memilih-milih makanan. Apa yang ada di hadapannya, selama sehat dan bergizi, akan disanÂtapÂnya. Toh jadi perwira sudah terÂbiasa dengan itu,†kata Juniver.
Apa saja yang dilakukan Djoko di tahanan? Menurut Juniver, klienÂnya menghabiskan waktu dengan membaca buku.
“Dia itu hobi membaca. Sehari-harinya, dia membaca buku. KeÂbetulan keluarga sudah memÂbaÂwaÂkan berbagai buku yang dia peÂsan,†katanya.
“Kami pun kuasa hukum juga menyerahkan buku hukum dan perundang-undangan. Biar Pak Djoko bisa baca-baca dan meÂmiÂliki referensi banyak soal hukum dan perundang-undangan,†tamÂbah Juniver.
Meskipun kondisi kliennya di taÂhanan sangat baik, Juniver berÂtarap masa penahanannya tak terÂlalu lama. Ia meminta KPK memÂpercepat perkara Djoko ke peÂnunÂtutan dan dilimpahkan ke PeÂngaÂdiÂlan Tipikor untuk disidangkan.
“Dalam proses pengadilan itu akan kami ungkap secara transÂparan tentang segala tuduhan yang diarahkan pada klien saya itu. Biar kasus ini semakin jelas dan status dari Pak Djoko juga jeÂlas,†tegasnya.
Menunya Sesuai Anjuran Dokter
Menu makanan yang disediaÂkan Komisi Pemberantasan KoÂrupÂsi (KPK) untuk para taÂhanan meÂngikuti standar yang ditetapÂkan Kementerian HÂuÂkum dan HAM.
“KPK telah menunjuk jasa catering untuk rutan KPK di C1 dan Rutan Guntur tiga kali tiap haÂrinya. Standarnya sesuai deÂngan yang ditentukan oleh KeÂmenÂkumham,†kata Bambang Widjojantor, Wakil Ketua KPK.
Bambang mengatakan semua tahanan di KPK memperoleh jatah dan jenis makanan yang sama. Jatah makanan bagi tahaÂnan, sama seperti yang diterima petugas jaga rutan. Itu dilakukan agar para petugas tidak keluar unÂtuk membeli makanan.
Bambang menampik tudingan makanan yang disediakan di rutan KPK tidak sesuai standar kesehatan. Menurutnya, semua terÂsangka yang akan ditahan seÂbelumnya dicek kesehatannya oleh dokter dan bekerjasama deÂngan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). “Dokter akan memeriksa dan memberikan rekomendasi keÂpada KPK,†ujar Bambang.
Dari pemeriksaan dokter ini bisa diketahui makanan yang boÂleh atau pantang disediakan untuk tahanan yang bersangkutan. KPK, kata Bambang, tidak pernah melarang pihak keluarga untuk membawa maÂkanan untuk para tahanan.
KPK tidak menyediakan fasiliÂtas-fasilitas seperti kulkas dan micÂrowave untuk mengÂhanÂgatÂkan makanan tahanannya.
“Itu bukan di kamar tahanan, tapi berada di ruang tugas jaga. SeÂdÂÂang kulkas dan microwave yang sempat dimanfaatkan oleh keluarÂga itu bukan milik tahanan tapi untuk petugas jaga. Ini yang ingin ditegakkan aturannya,†jelasnya.
Sebelumnya terdakwa kasus suap Bupati Buol yang ditahan di rutan KPK, Siti Hartati Murdaya mengeluhkan kondisi makanan yang disediakan untuknya. HarÂtati menganggap, makanan yang disediakan KPK bisa menjadi racun bagi tubuhnya.
“Kalau dipaksa harus makan catering dari rutan, pagi-pagi diÂbeÂrikan kue basah, gula santan itu sama dengan racun buat saya. Soal makanan saya perlu sekali gizi untuk persidangan-persiÂdÂaÂngan ini,†kata Hartati di PeÂngaÂdilan Tipikor, Jakarta.
Selain soal makanan, Hartati juga mengeluhkan masalah fasiÂlitas rutan di KPK. Seperti televisi dan penghangat makanan di rutan KPK yang kini dimatikan.
“Ini menurut kami yang di rutan seÂperti berduka cita,†kata bekas angÂgota Dewan pembina Partai DeÂmokrat itu.
Polri Tunggu Putusan Pengadilan
Sidang Etik Irjen Djoko Susilo
Terjerat kasus korupsi dan menjalani penahanan tak memÂbuat Irjen Djoko Susilo keÂhiÂlangan hak-haknya sebagai perÂwira tinggi Polri. Ia tetap meÂneÂrima gaji setiap bulannya.
“Tetap diberikan sampai ada keÂputusan yang tetap,†kata KeÂpala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Agus Rianto.
Keputusan tetap yang diÂmaksud Agus adalah keputusan pengadilan yang sudah meÂmiÂliÂki kekuatan hukum tetap dan mengikat.
“Kita tetap mengedepankan pre sumption of innocent atau praduga tak bersalah. Karena ini kan masih proses hukum,†ujarÂnya. Mabes Polri, kata dia, juga beÂlum berencana mengÂgelar siÂdang kode etik untuk Djoko Susilo.
Menurut Agus, sesuai PeraÂturan Kapolri nomor 14 tahun 2010 tentang Kode Etik anggota kepolisian, untuk proses penÂjatuhan sanksi kode etik terÂhaÂdap anggota Polri yang terkait kasus pidana dilaksanakan seÂteÂlah proses selesai dan sudah ada putusan hukum yang tetap.
“Jadi kita lihat perkemÂbaÂngan karena masih berjalan. TeÂtap kita kedepankan asas praÂduga tidak bersalah sampai ada putusan hakim yang tetap atas hal itu,†terang Agus. “Ini kan maÂsih berjalan.â€
Sementara itu, Kepala Biro PeÂnerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Boy Rafli Amar meÂnegaskan institusinya akan tetap memberikan penÂdamÂÂpiÂngan hukum untuk Djoko. MeÂngingat, hingga saat ini DjoÂko masih perwira tinggi aktif.
“Bantuan hukum tetap berÂjalan, termasuk tim pengacara yang dibentuk Divkum (Divisi Hukum) Polri. Akan terus berÂjalan hingga proses hukum seÂlesai,†ujar Boy.
Keluar Sel, Djoko Wajib Kenakan Seragam Tahanan
KPK memperlakukan sama terÂhadap semua tahanannya. Tidak ada yang istimewakan lantaran latar belakangnya.
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, menegaskan selaÂma berada di tahanan tidak ada perlakukan istimewa terhadap IrÂjen Djoko Susilo. Menurut dia, walaupun dia jenderal aktif DjoÂko sama seperti tahanan lainnya.
“Pasti tidak ada diskriminasi dan memang tidak boleh ada diskriminasi. Semua tahanan diperlakukan sama,†tegas Bambang.
Johan Budi SP, Kepala HuÂmas KPK menambahkan, setiap tahanan memiliki hak dan keÂwajiban. Salah satu kewajiban tahanan KPK adalah meÂngeÂnaÂkan seragam saat dibawa ke luar tahanan. Baik untuk menjalani pemeriksaan lanjutan maupun persidangan. KPK menyediaÂkan seragam untuk tahanannya. Di seragam itu dicantumkan tuliÂsan “Tahanan KPKâ€.
Makanan yang disediakan untuk tahanan juga sama. Djoko mendapat menu makanan yang sama seperti tahanan lainnya. KeÂpada tahanannya, KPK meÂnyediakan makanan pagi, maÂkan siang dan malam hari.
“Sama saja dengan tahanan lain. Semua tahanan KPK baik yang di Rutan KPK maupun di Guntur mendapat makan ringan di pagi hari dan makan berat di siang dan malam hari. Menunya juga sama, tidak dibedakan,†ujar Johan.
Untuk jam besuk tahanan pun tidak dibedakan. Johan bilang, waktu maupun prosedur memÂbesuk tahanan tetap diÂperÂlaÂkuÂkan sama. Untuk tahanan di RuÂtan Guntur, setiap keluarga mauÂpun teman yang hendak membesuk wajib mengantongi surat izin dari KPK.
“Sesuai jam besuk yang suÂdah kami sediakan dan harus mendapat izin dari KPK. Jika tiÂdak, aparat jaga tidak akan memÂperbolehkan masuk,†tegasnya.
Apa pertimbangan Djoko diÂtaÂhan di Rutan Guntur? MeÂnuÂrut Johan tidak ada alasan khuÂsus. Ia juga meminta ini tidak dikait-kaitkan dengan huÂbuÂngan KPK dan Polri, yang semÂpat memanas.
“Jangan memÂperÂkeruh suaÂsaÂna. KPK mencoba membangun komunikasi dengan Polri, beÂgitu juga sebaliknya,†pintanya.
Johan menambahkan, alasan KPK memilih menempatkan Djoko di Rutan Guntur sederÂhana saja. Rutan di KPK belum siap. Sel yang masih kosong terÂnyata bocor. Perlu diperÂbaiki. MaÂÂlah dua tahanan samÂpai diÂpinÂdahkan ke Rutan Guntur. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22