Berita

ilustrasi

Bisnis

Waspada, Ekonomi Ambruk Akibat Defisit Perdagangan dan Ambruknya Perbankan

SABTU, 08 DESEMBER 2012 | 17:49 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Defisit perdagangan Indonesia kian parah. Pemerintahan SBY-Boediono gagal dalam mengelola ekonomi karena telah menjadikan negaranya sendiri menjadi sasaran impor negara lain.

Kebijakan perdagangan bebas yang ditandantangani rezim ini, seperti AFTA, ACFTA, IJEPA, CEPA, dan perjanjian liberalisasi perdagangan bilateral lainnya, telah menyeret Indonesia ke persaingan yang mematikan.

Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng, menjelaskan bahwa pada Oktober 2012 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,55 miliar. Defisit perdagangan Indonesia telah terjadi sejak April-Mei-Juni dan berlanjut hingga Oktober 2012. Nilai impor Indonesia periode Oktober 2012 mencapai US$17,21 miliar atau naik sebesar 12,16 persen jika dibanding September 2012.


Dalam bulan-bulan mendatang, defisit perdagangan diperkirakannya semakin parah. Keadaan ini akan menimbulkan efek domino terhadap bankrutnya industri nasional, PHK, pengangguran, pemiskinan petani. Tumpuan perekonomian tidak bertumpu pada produksi dan produktivitas nasional, tetapi menggantungkan diri pada impor.

"Sementara, daya beli masyarakat tidak lagi ditopang oleh upah dan pendapatan, tetapi ditopang oleh kredit konsumsi. Saat ini angka kredit perumahan, properti, kredit kendaraan bermotor, kartu kredit, telah berada pada posisi yang membahayakan," kata Salamuddin, Sabtu (8/12).
 
Meski Bank Indonesia akan mengatur kebijakan uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebagai strategi menahan laju peningkatan kredit, namun hal itu tampaknya sia-sia. Demam kredit untuk membeli barang impor ini akan sangat membahayakan perbankan nasional.

Selain itu, tingginya utang bank-bank nasional pada bank asing akan semakin meningkatkan kerentanan sektor perbankan pada krisis global. Perbankan nasional akan jatuh seiring peningkatan eskalasi krisis global pada bulan-bulan mendatang, dan potensi kredit macet di dalam negeri.

"Rezim SBY menjerumuskan rakyat dalam utang untuk membeli barang impor," tegas dia dalam rilisnya. [ald]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya