Berita

Ratu Inggris-Presiden RI/ist

Mahasiswa: Presiden SBY Lebih Mirip Londo Ireng Daripada Bapak Demokrasi

SELASA, 06 NOVEMBER 2012 | 20:39 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Bagi pemuda yang paham sejarah dunia, penghargaan dari sebuah negara imperialis kuno semacam Kerajaan Inggris, yang pernah mengeksploitasi negeri-negeri "selatan" di abad 19 hingga pertengahan abad 20, adalah penghinaan besar.

Demikian penegasan Ketua Umum  Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, Lamen Hendra Saputra, yang menyebut penghargaan dari Ratu Inggris kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai penghinaan besar bagi rakyat Indonesia.

"Melihat kelakuan SBY, kami seperti de javu melihat adegan di masa lalu. Di awal abad 19 diceritakan raja Jawa berkapitulasi di bawah kaki Kerajaan Inggris dengan Gubernur Jenderal Sir Stanford Raffles sebagai perwakilannya di Indonesia," ujar Lamen dalam pernyataan resmi LMND, Selasa (6/11).


Kini, sosok Raffles di abad 19 digantikan oleh konglomerat yang juga bangsawan Inggris bernama Sir Henry Keswick, yang faktanya adalah orang terkaya di Indonesia karena berhasil membukukan pendapatan senilai US$ 15,8 miliar atau setara Rp 157,7 triliun di tahun 2012 melalui perusahaan Astra Internasional/Jardine miliknya.

"Jujur kami merasa malu memiliki Presiden yang lebih mirip dengan londo ireng daripada seorang Bapak Demokrasi, seperti yang belum lama ini dianugerahkan KNPI kepada SBY," tegasnya.

LMND menilai, SBY tidak layak dikatakan demokratis karena penyerahan ladang gas Tangguh ke Inggris adalah kebijakan yang terang-terangan melanggar pasal konstitusi tentang demokrasi ekonomi (Pasal 33 UUD 1945).

Seperti Blok Mahakam yang tidak boleh diserahkan ke Total Perancis, lanjut Lamen, ladang gas Blok Tangguh juga tidak boleh diserahkan ke British Petroleum Inggris dan AS. Apalagi, Blok Tangguh yang terletak di Papua yang mengandung cadangan gas 14,4 triliun kaki kubik (terbesar di Indonesia) adalah salah satu blok terkaya di dunia. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya