Berita

demo buruh/ist

Niat Baik Buruh Jangan Sampai Mematikan Produksi

SABTU, 13 OKTOBER 2012 | 14:27 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Unjukrasa buruh yang menuntut penghapusan outsourcing membuat puluhan pabrik di kawasan Cikarang, Bekasi, berhenti operasi. Padahal, pihak pabrik tetap berkewajiban membayar para pekerjanya dan mengirim hasil produksi kepada para pemesan.

Dalam sebuah diskusi terbatas bersama lembaga kajian Indosolution (Sabtu, 13/10), salah seorang Direksi Pabrik di kawasan Cikarang, Hilman Risan, mengaku bahwa pabriknya sudah berhenti beroperasi selama dua pekan.

"Bagaimana menghasilkan jika berproduksi saja tidak? Bagaimana jika ini tidak pasti dan lama? Padahal, selain karyawan yang harus tetap dibayar, konsumen juga menunggu barang kami," ungkapnya.


Hilman tegaskan juga bahwa pabriknya tidak memperkerjakan buruh outsourcing. Namun, beberapa suplier pabriknya memang masih menggunakan tenaga oursourcing. Nah, imbas tuntutan serikat pekerja  memaksa produksi pabriknya stop total.

Menurut dia, pihak pabrik akan patuh terhadap UU  yang mengatur soal hubungan industrial, dan proses yang saat ini tengah dijalani. Namun Hilman memohon pada para pekerja agar tidak menghambat proses pengiriman barang yang sudah menjadi kewajiban pabrik kepada konsumen atau pelanggan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indosolution, Agus Muldya, memahami aspirasi  para buruh. Para pekerja memang harus sejahtera. Namun, dalam aksi penyampaian  aspirasi jangan sampai mengganggu proses produksi, apalagi dengan merusak alat-alat produksi.

"Jangan sampai aksi yang berniat baik meningkatkan kesejahteraan buruh, justru sebaliknya akan mematikan industri tempat para buruh bekerja" pintanya.

Agus Muldya prihatin jika akibat aksi pengepungan pabrik justru menyusahkan banyak orang lain. Contoh kasus yang dia temukan, ada pekerja wanita mengalami keguguran kandungan karena stres terkurung di dalam pabrik saat aksi berlangsung.

Menurut Agus, tuntutan untuk menghapus outsourcing juga jangan sampai menurunkan  produktivitas karyawan. Saat ini lebih dari 50 pabrik besar terganggu produksinya dan berencana merelokasi pabrik mereka. Kebanyakan perusahaan yang berasal Jepang dan Korea, serta afiliasinya. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya