Pameran ini dibagi menjadi beÂberapa stand. Setiap stand meÂwakili kesatuan yang di TNI AD. Yakni Arteri Pertahanan Udara (Arhanud), stand Infanteri BriÂgÂrif, stand Komando Pasukan KhuÂsus (Kopassus), stand PeÂnerbangan Angkatan Darat (PeÂnerbad) sampai pada stand KeÂsehatan TNI AD.
Reza, 27 tahun, warga CemÂpaÂka Putih, Jakarta Pusat memasuki gerbang stand Arhanud TNI AD. Matanya tidak berkedip melihat puluhan meriam dan rudal yang dipamerkan di stand ini.
Langkahnya berhenti dekat meÂriam 20 mm Rheinmetal. PeÂgawai swasta ini berulang kali berÂdecak kagum melihat senjata buatan Jerman tahun 1980 itu.
Dua laras berukuran besar yang ada di bagian depan senjata ini dielusnya dengan lembut. Sambil melirik ke arah kekasihnya, Reza dengan mantap menaiki senjata yang besarnya seperti kendaraan roda empat itu.
“Aku mau foto di sini, ambil yang bagus ya,†pinta Reza keÂpada keÂkasihnya sambil memÂberikan kaÂmera digital dengan tangan kirinya.
Reza pun langsung berpose layaknya tentara yang sedang mengendalikan meriam tersebut. “Jujur saya tidak menyangka bisa melihat senjata yang sangat saya kagumi ini. Bahkan kini saya bisa duduk dan berfoto langsung. Padahal ini senjata sungguhan, bukan sekadar dummy (contoh),†jelasnya.
Marjoto, Sersan Kepala yang berÂtugas di Batalyon Arhanudri 2 Kostrad Malang tersenyum meliÂhat tingkah Reza. Melihat Reza dan kekasihnya sudah berÂhenti berfoto, pria yang memakai seraÂgam loreng ini berjalan mendekat.
“Ini merupakan senjata cangÂgih yang kami miliki. Saat ini haÂnya tinggal 9 saja senjata jenis ini. Adanya pun hanya di Malang dan dibawa ke Monas ,†kata Marjoto berusaha menjelaskan meriam ini.
Meskipun termasuk senjata lawas, meriam ini cukup efektif unÂtuk menghancurkan pesawat muÂsuh yang terbang rendah. “Peluru yang dikeluarkan senjata ini bisa di-setting. Dalam satu menit, bisa antara 880 sampai 1.000 peluru bisa langsung diÂtembakkan,†jelas Marjoto yang direspons Reza dengan mengangÂgukkan kepala.
Risya, warga Pasar Baru, JaÂkarÂta Pusat sengaja mengajak Kevin, anak laki-lakinya yang berÂusia lima tahun untuk melihat pameran ini.
“Saya diberitahu suami, kataÂnya di Monas dari kemarin ramai senjata-senjata milik TNI. Lalu saya tanya ama teman, ternyata benar. Warga boleh masuk dan melihat-lihat sambil foto-foto deÂngan senjata tempur milik TNI,†katanya sambil mengikuti anakÂnya yang berlari ke arah Rudal Provet.
Tanpa diperintahkan ibunya, sang anak langsung naik ke senÂjata pelontar rudal. Empat ruÂdalÂnya diarahkan ke atas. “Mama, aku senang yang ini. Mirip di game yang ada di laptop Papa,†kata Kelvin sambil tertawa.
Agung Prabowo, Sersan Satu di Batalyon Arhanudse 10 BinÂtaro mengatakan, ada 22 macam senjata mulai dari mesin berat sampai mesin kendali yang dipaÂmerkan di stand ini. Arhanud sendiri, kata dia, merupakan saÂtuan pertahanan TNI AD dari seÂrangan udara.
Di stand Arhanud dipamerkan senÂjata yang sudah lawas alias lama sampai keluaran terbaru yang dimiliki kesatuan ini. SenÂjata paling lama yakni meriam 57 mm S60 buatan Rusia. Meriam ini belum dilengkapi dengan alat kendali tembak (AKT).
“Senjata ini bisa menembak saÂsaran pesawat udara musuh yang terbang setinggi 12 km dari perÂmuÂkaan darat. Karena senjata lama, hanya mampu meÂngeÂluarkan peluru sekitar 70 butir per menit,†kata Agung sambil meÂnunjukkan cara kerja meriam ini.
Walaupun sudah berusia puÂluÂhan tahun, senjata ini masih berÂfungsi dengan baik. Menurut Agung, TNI AD rutin melakukan perawatan persenjataan yang diÂmilikinya, baik yang lama maÂuÂpun baru. “Ratusan meriam jenis ini masih bisa berfungsi dengan baik hingga saat ini,†jelasnya.
Persenjataan terbaru yang diÂmiliki kesatuan ini adalah rudal Mistral buatan Perancis. “Ini baru saja dikirim ke kami dan langÂsung kami pamerkan disini,†kata Agung.
Keunggulan senjata adalah keakuratannya mengenai sasaran. Penembakan dikendalikan deÂngan remote. Meriam ini bisa langÂsung mendeteksi dan meÂngunci sasaran di udara dan meÂnembaknya.
“Rudal yang ditembak, tidak perlu kami kendalikan lagi, kaÂrena dia sudah otomatis akan teÂrus mengikuti sasaran kemana pun perginya. Makanya, 99 perÂsen rudal yang ditembakkan meÂngenai sasaran,†jelasnya.
Kapan Lagi Bisa Foto Di Helikopter Militer
TNI AD juga memamerkan empat helikopter yang memÂperkuat skuadnya. Mulai dari helikopter MI-17 dan MI-35 buatan Rusia hingga Bell 105 dan Bell 205 buatan Amerika.
Helikopter menjadi perÂsenÂjataan yang ramai diliat peÂngunjung pameran. Pengunjung antre untuk sekadar mengambil gambar hingga menaikinya.
Desi, mahasiswi salah satu kampus swasta di Jakarta, terÂlihat berpose di dekat helikopter Bell 205. Ia meminta temannya untuk mengambil gambar diÂrinya deÂngan latar belakang heÂlikopter ini.
“Biasanya kita melihat heÂlikopter itu hanya di televisi atau saat terbang di udara. Tapi sekarang, benar-benar ada di hadapan kami. Tentu kami tidak menyangka saja,†katanya usai mengambil gambar temannya.
Wanita berkerudung ini seÂnang dengan TNI AD yang meÂmamerkan persenjataan yang diÂmilikinya. Dengan begitu, maÂsyarakat bisa mengetahui keÂhebatan alat tempur yang diÂmiliki TNI AD.
“Biasanya kan kalau ulang taÂhun (TNI), paling warga hanya meÂlihat pertunjukan pesawat di udara saja. Tapi kali ini, kita bisa langsung mendekat dan berÂfoto tanpa dipungut biaya lagi. Kapan lagi bisa begini,†katanya aji mumpung.
Tak hanya itu, Desi juga meÂrasa senang bisa langsung berÂkomunikasi dengan tentara seÂcara langsung. “Ternyata peÂrÂwira TNI itu baik dan ramah-raÂmah, tidak sesangar yang saya kira selama ini. Kalau kita berÂtanya, dengan senang hati mÂeÂreÂka langsung menjelaskan pada kita,†tuturnya sambil tertawa.
Jaya, pilot Helikopter Bell 205 terus memperhatikan para pengunjung yang datang. Dia berdiri tidak jauh dari helikopter yang biasa diterbangkannya. Bila ada pengunjung yang ingin bertanya, perwira asal SeÂmaÂrang ini dengan ramah menÂjelaskannya.
“Bell 205 ini merupakan salah satu helikopter tertua yang dimiliki TNI AD. Dia dibuat taÂhun 1971 dan masih bisa beÂrÂfungsi serta tetap digunakan hingÂga saat ini,†kata Jaya, menÂjelaskan helikoper ini.
Helikopter ini, lanjut dia, terÂlibat dalam operasi yang diÂlaÂkuÂkan TNI AD. Yakni operasi di Timor Timur, Aceh dan Papua.
“Selain dilengkapi dengan persenjataan untuk bertempur, helikopter ini juga biasa dipakai mengangkat kebutuhan logistik saat perang. Jadi sudah banyak juga jasanya buat negara,†terangnya.
Pria berhidung mancung ini menjelaskan , Bell 205 bisa meÂnempuh jarak sampai 350 km selama 2 jam. Tapi ini teÂrÂganÂtung persedian bahan bakarnya. Helikopter ini menggunakan baÂhan bakar avtur. [Harian Rakyay Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30