Ipul berjongkok persis di perÂsimpangan rel ganda atau wesel. Tangannya belepotan oli. MengÂgunakan kunci khusus, dia meÂmutar baut besar pengait wesel dengan rel. Ia agak kesulitan meÂngencangkan baut karena gengÂgamannya licin.
“Kami petugas lapangan PT KAI yang bertugas khusus untuk pengecekan dan perawatan wesel kereta. Daerah tugas kami antara Stasiun Depok Lama hingga StaÂsiun Cilebut ini,†jelasnya sambil memutar kunci besi ke kanan.
Ipul tak bekerja sendiri. Ia berÂsama tiga petugas lainnya yang sudah menggunakan seragam bertuliskan PT KAI. Mereka seÂdang memeriksa wesel di dekat Stasiun Cilebut, Bogor.
Kamis itu (4/10) Ipul dan kaÂwan-kawan bisa melakukan peÂmeriksaan pada siang hari karena tidak ada perjalanan kereta. SeÂmua perjalanan kereta dihentikan setelah commuter line anjlok di Stasiun Cilebut.
Kereta naas itu berangkat dari Stasiun Bogor menuju Jakarta. Memasuki Stasiun Cilebut, beberapa gerbongnya keluar dari rel dan menghantam beberapa fasilitas stasiun. Gerbong pun rusak berat.
Fasilitas stasiun yang rusak di antara loket, peron dan tempat penumpang naik ke kereta. Selain itu, pada beberapa komponen rel kereta juga mengalami kerusakan akibat dihantam gerbong yang bergerak melintang.
Insiden gerbong yang keluar jaÂlur itu diduga akibat ada rel yang gompal. Bersamaan dengan evakuasi gerbong yang anjlok, Ipul dan kawan-kawan dipeÂrinÂtahkan untuk memeriksa rel.
Mereka mulai bekerja 200 meÂter dari Stasiun Cilebut. Di sini terÂhadap wesel yang menÂghuÂbungkan dua rel. Wesel ini berÂfungsi untuk mengarahkan kereta masuk ke peron stasiun.
Ipul menjelaskan, wesel ini memiliki banyak jenis. Ada wesel sederhana, wesel ganda, wesel tikungan, wesel persilangan, weÂsel persilangan ganda. Proses peÂmeriksaannya pun berbeda. “KeÂbetulan yang ini disebut wesel ganda, karena hanya perÂsimÂpaangan dua rel menjadi satu rel saja,†jelasnya.
“Kami ingin pastikan apakah insiden tersebut mengganggu dari fungsi wesel ini. Makanya sekaÂrang kami sedang lakukan pemeÂriksaan. Dan sejauh ini belum ada masalah yang serius,†ujarnya.
Menurut Ipul, pemeriksaan ini bukan hanya dilakukan lantaran ada insiden. Tapi dilakukan rutin dua minggu sekali.
“Wesel ini sangat vital, sama seperti komÂpoÂnen lainnya yang ada di rel. Karena di wesel ini ada sinyal jaringan yang harus berÂhubungan dengan petugas di staÂsiun,†jelasnya.
Bila ada jaringan yang tidak berÂfungsi, persimpangan rel ini tidak bisa dibuka dan dikenÂdaÂlikan secara otomatis dari stasiun. Kereta pun jadi tak bisa diarahkan masuk ke peron mana.
“Masinis itu selaku user atau peÂlaksana saja. Kontrol dan peÂrintah untuk melintas jalur perÂsimpangan rel itu ditentukan piÂhak stasiun. Dan untuk membuka tutup persimpangan rel ini, wesel tentuya dalam keadaan baik atau tidak rusak,†tegasnya.
Selang setengah jam, Ipul berÂteÂriak kepada seseorang pria yang duduk tak jauh dari tempatnya bekerja. “Sudah oke Pak. Tidak ada masalah dan siap untuk diÂpakai,†ujarnya kepada pria yang mengenakan topi warna biru itu.
Pria yang mengenakan seraÂgam biru telor asin PT KAI ini berÂanjak dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah Ipul. “ApaÂkah lidah dan rel lantas sudah diperiksa? Tolong dicek lagi untuk memastikan kondisinya,†pinta pria itu kepada Ipul.
Tanpa banyak bicara, Ipul dan tiga rekannya kembali memeriksa komponen yang dimaksud. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengecekan terhadap komponen.
Setalah yakin komponen berÂfungsi baik, Ipul dan ketiga teman membereskan peralatan berceÂceÂran di pinggir rel. Dengan lap kotor, dia berusaha mengÂhiÂlangÂkan oli yang belepotan di tangannya.
Pria bertopi atasan Ipul itu meÂngatakan, pengecekan dilakukan pada siang hari lebih mudah diÂlakukan bila tak ada perjalanan kereta. Petugas pun bisa lebih leÂluasa melakukan pemeriksaan.
“Kita pun bekerjanya dengan ekstra hati-hati untuk menjaga keÂselamatan diri. Belum lagi kita bekerja dikejar waktu, bila peÂngecekan dilakukan saat jam opeÂrasi,†kata pria yang enggan diÂsebutkan namanya itu.
Menurut pria berkulit sawo matang itu, perawatan dan pengeÂcekan rel di bagi menjadi tiga baÂgian. Pertama, , pemeriksaan terÂhadap wesel seperti yang diÂlaÂkuÂkannya Ipul dan kawan-kawan.
“Selanjutnya ada pemeriksaan trek atau jalur kereta itu. MisalÂnya kondisi rel, bantalan hingga alat penjepit yang biasa disebut patrol atau D- clift. Lantas ada lagi tim yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap LAA (listrik aliran atas)†jelasnya.
Ketiga jenis pemeriksaan itu diÂlakukan secara rutin dan dilaÂkukan oleh tim yang berbeda seÂsuai keahlian masing-masing.
“Pengecekan biasa kami laÂkukan siang atau malam hari dan itu rutin. Jadi salah besar kalau diÂsÂebut rel kereta api itu kurang perÂawatan,†tegasnya.
Rel Gompal, Rangkaian Ke-13 Hantam Stasiun
PT Kereta Api akan melakukan investigasi guna mencari peÂnyebab anjloknya satu rangkaian commuter line di Stasiun Cilebut, Bogor, Kamis lalu.
Kepala Humas PT KA Mateta Rizalulhaq mengatakan dugaan awal kereta anjlok karena ada bagian atas rel yang patah atau gompal. “Kami akan dalami apaÂkah itu terjadi karena pengereman mendadak atau apa,†ujarnya.
Mateta memastikan pada pagi itu juru pemeriksa jalur sudah melaksanakan tugasnya. Penilik jalur melakukan pemeriksaan satu jam sebelum kereta pertama diÂberangkatkan dari Bogor. ComÂmuter line 435 naas itu mÂeÂruÂpakan rangkaian ke-13 yang diÂberangkatkan.
Rel yang gompal berada seÂbelum Stasiun Cilebut. Rel gomÂpal sepanjang satu jengkal deÂngan ke dalaman lebih dari lima centimeter. Potongan di kedua di sisi yang gompal cukup rapih. Tak ada bekas karat di rel gompal. Bisa disimpulkan, kerusakan ini baru terjadi.
Badan rel yang gompal berÂwarna kecoklatan karena karatan. Sementara bagian atas rel tampak aus akibat bergesekan dengan roda kereta. Rel yang gompal langÂsung diganti setelah kejadian.
PT KAI bersama Kementerian Perhubungan akan memeriksa kenapa rel ini bisa gompal. Bisa saja rel terlihat mulus padahal ada retak di dalamnya.
“Penyebabnya itu ada retakan yang tidak terdeteksi dari luar. (Retakan) itu dari dalam. Untuk memeriksanya butuh alat ultraÂsonik,†kata Hermanto, Direktur Keselamatan Perkeretaapian KeÂmenterian Perhubungan.
Sudah Karatan, Puluhan Penjepit Rel Diganti
Bukan hanya wesel, pen roll atau penjepit rel juga ikut diÂperbaiki paska insiden anjlokÂnya commuter line di Stasiun CileÂbut, Bogor, Kamis (4/10). SeÂperÂti apa kegiatannya, yuk kita intip.
Tasno dan keempat rekannya berjalan menyusuri rel kereta yang berjarak 1 km ke arah StaÂsiun Cilebut, Bogor. Ia memÂbawa sebuah karung plastik yang sudah kotor. Sementara dua rekannya membawa palu besi besar yang gagang kayu sepanjang 1 meter.
Secara teliti, Tasno dan ke empat temannya yang memakai seragam warna oranye ini memeriksa satu demi satu pen roll—yang bentuknya miripnya seperti mata rantai dan berÂukuran sebesar pergelangan taÂngan—pada setiap rel yang dilewatinya.
Pen roll bisa dijumpai pada seÂtiap bantalan rel. Baik banÂtalan rel yang terbuat dari balok kayu, maupun bantalan yang terbuat dari beton.
“Pen roll ini fungsinya pengiÂkat antara rel dan bantalan. TanÂpa ada ini, posisi dan bentuk rel bisa berubah. Akibatnya, kereta yang melintas bisa anjlok kareÂna tidak ada pengikat pada rel yang dilintasinya,†jelas Tasno.
Berjalan beberapa langkah, Tasno langsung memanggil dua temannya yang membawa palu. Tasno mengajak memeriksa sebuah pen roll yang berada di sebelah kanan rel.
“Ini sudah tidak layak, harus diganti. Ayo segera copot pen roll-nya, biar kita ganti yang baru,†ujarnya pada dua orang teÂmannya yang memegang palu.
Tanpa banyak bicara, kedua temannya itu mengarahkan mata palunya ke arah pen roll yang dimaksud. Diketuk berapa kali, pen roll itu pun dicopot dari tempatnya.
Tasno memperhatikan pekerÂjaÂan kedua temannya itu. Ia lalu meÂrogoh ke dalam karung plasÂtik yang dibawanya. DiÂkeÂluarÂkannya pen roll pengganti. Kondisi masih baru. Masih muÂlus, tidak ada karat. Dengan menggunakan palu besi pula, pen roll ini dipasang di sisi rel.
“Cara pemasangannya muÂdah, hanya tinggal mengetuk saja. Maka pen roll akan bisa dibuka atau dipasang kembali. Karena hanya dengan mengetuk saja, tak heran kalau pen roll ini rawan di curi,†tegas Tasno yang mengenakan topi biru untuk melindungi wajahnya dari panas sinar matahari.
Selama menjadi petugas peÂmeriksa rel, Tasno kerap meÂneÂmukan penjepit yang hilang dari tempatnya. Ia menduga penjepit itu hilang karena dicuri, bukan karena hilang. Penjepit yang terbuat dari besi ini laku dijual secara kiloan.
Tapi saat melakukan pemeÂrikÂsaan Kamis lalu, dia tak meÂneÂmukan penjepit yang hilang. “Sepanjang pengecekan ini, kami hanya mengganti pen roll yang kondisinya sudah tidak baik dengan yang baru. JumÂlahnya sudah ada puluhan yang kita ganti,†tuturnya.
Jangan Meleng Agar Nggak Tersambar Kereta
Menjadi petugas pemeriksa rel cukup berisiko. Bila tak hati-hati, nyawa bisa melayang akiÂbat tersambar kereta. Mereka perlu sering tengok kanan-kiri untuk mengetahui kereta yang bakal lewat. Jangan meleng.
Juli lalu, Bambang Setiawan seorang petugas pemeriksa rel di daerah Purwakarta, Jawa Barat, ditemukan tewas tertabrak kereta yang lewat.
Bambang yang saat itu seÂdang melakukan memeriksa rel tidak menyadari bila dari arah berÂlaÂwanan ada kereta Argo PaÂrahÂyangan yang melintas. TuÂbuhÂnya pun hancur terhantam kereta yang meluncur dari arah BanÂdung menuju Cikampek.
“Ya seperti itulah, namanya beÂkerja pasti ada risikonya. Saya pun sadar dengan pekerÂjaan saya ini, kalau sewaktu-wakÂtu nyawa bisa melayang bila tidak berhati-hati,†kata TasÂno, petugas peÂmeriksaan trek kereta antara StaÂsiun DeÂpok Lama sampai StaÂsiun CileÂbut, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Tasno, kecelakaan yang pernah menimpa beberapa teman seprofesinya terjadi saat bertugas di jam operasi kereta atau siang hari.
“Saat kita sedang memeriksa, tiba-tiba kereta lewat. Makanya kita harus tetap waspada dan konsentrasi,†ujarnya.
Pemeriksaan rel bisa dilaÂkuÂkan saat jam operasi kereta atau siang hari. Juga setelah jam opeÂrasi. Mulai tengah malam hingga pagi hari.
“Dari segi keselamatan, berÂtugas malam lebih aman keÂtimbang siang hari. Tapi ini kan semua tergantung perintah dan kebutuhan. Kalau siang hari sangat diperlukan petugas lapaÂngan jarus datang ke lokasi tak bisa menolak,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30