KRL Mania, komunitas pengÂguna KRL Jabodetabek mengÂgalang aksi tanda tangan dari para penumpang untuk menolak keÂnaikan tarif itu. Seperti apa aksiÂnya? Rini berdiri di depan pintu maÂsuk menuju Stasiun Sudirman. Pandangannya tertuju kepada orang-orang yang akan masuk ke daÂÂlam stasiun yang terletak di jaÂlan protokol ini. Sebuah pulpen warna biru diselipkannya di atas tumÂpukan kertas yang selalu diÂpegang dengan tangan kanannya.
Selain Rini, masih ada belasan orang lagi yang melakukan kegiaÂtan serupa. Semuanya tergabung dalam komunitas KRL Mania. Sama seperti Rini, belasan orang tersebut juga membawa berkas di tangannya.
Namun berkas yang mereka peÂgang tidak semuanya sama. BerÂkas pertama berupa pernyaÂtaÂan sikap dan imbauan dari KRL Mania terkait rencana kenaikan tarif kereta. Kedua, berupa kolom tandatangan yang rencananya akan diberikan kepada setiap orang yang lewat untuk diisi.
Dengan sigap, Rini mengÂhamÂpiri dua pria yang hendak masuk ke dalam stasiun. Sambil terÂseÂnyum, wanita berkacamata ini meÂngajukan berkas yang diÂbawanya kepada dua pria yang dihentikannya.
“Mohon dukungannya. Kami sedang menggalang tanda tangan seÂbagai bentuk penolakan terÂhaÂdap rencana kenaikan tarif comÂmuÂter line pada 1 Oktober nanti. Bila berkenan, silakan tandaÂtaÂngan di sini sebagai bentuk peÂnoÂlaÂkan,†kata dengan suara mantap.
Melihat pria yang dihamÂpiriÂnya tampak bingung, Rini segera meÂmanggil rekannya yang berada tiÂdak jauh darinya. Seorang wÂaÂnita berkulit putih langsung meÂngerti maksud Rini memÂangÂgilÂnya. TanÂpa banyak bicara, dia langsung meÂngambil selembar kertas dari tumÂpukan berkas yang dibawanya.
“Kami dari KRL Mania. Ini statement yang kami buat berÂsama tentang rencana kenaikan tarif kereta. Kalau Mas setuju, silakan tandatangan di sini. Kami tidak memaksa kok, ini suka rela saja,†jelas Rini.
Setelah membaca sejenak seÂlebaran yang diterimanya, pria yang memakai kemeja panjang berwarna biru langsung meÂnganggukan kepalanya tak setuju aks ini. Diambilnya pulpen yang diÂsodorkan Rini dan langsung meÂngisi kolom kosong pada kerÂtas yang disediakan.
“Kalau ini sih, kami pasti seÂtuju. Masak pelayanan masih buÂruk sudah mau naik lagi. Kalau perlu dukungan tandatangan, saya akan kasih tahu teman-teÂman kantor yang biasa naik kereÂta untuk ke sini,†kata pria terÂseÂbut usai membubuhkan tandÂaÂtaÂngannya. Rini pun mengapresiasi tawaran yang disampaikan pria itu.
Juru Bicara KRL Mania Aryo Nugroho yang juga hadir dalam aksi ini mengatakan aksi mengÂgalang dukungan untuk menolak rencana kenaikan tarif KRL ini dilakukan setiap pukul 5 sore di Stasiun Sudirman.
Kenapa sore hari? “Mayoritas yang tergabung dalam KRL MaÂnia ini adalah para karyawan yang bekerja dari berbagai kantor yang berbeda. Pagi sampai sore tentunya kami masih bekerja. MaÂkanya kami lakukan aksi ini sore hari bertepatan dengan wakÂtu pulang kerja,†kata Aryo samÂbil menyerahkan berkas pada tiga orang wanita yang lewat.
Sebenarnya, sambung Aryo, pihaknya ingin melakukan aksi teÂrsebut di dalam stasiun. Tapi kaÂrena tidak diizinkan oleh peÂngeÂlola stasiun, akhirnya aksi meÂngumÂpulkan dukungan ini dilaÂkukan di luar stasiun..
Dalam menggalang dukungan ini, pihaknya tidak menggunakan menggunakan atribut atau ideÂnÂtitas tertentu seperti spanduk. Ia mengakui aksi dengan menggelar spanduk bakal mudah menarik perhatian. Tapi komunitas ini ingin berkomunikasi langsung dengan para penumpang.
“Kami bukan ormas bukan pula LSM. Ini hanya kumpulan dari orang-orang yang diÂperÂteÂmuÂkan setiap hari saat menggunakan kereta. Jadi tidak ada atribut yang kami pakai dan kami juga bukan sedang demonstrasi,†tegasnya.
Menurut Aryo, aksi yang dilaÂkuÂkannya tersebut merupakan tindak lanjut dari petisi yang suÂdah di-publish di dunia maya. Kata dia, melalui petisi yang berÂjudul penolakan terhadap keÂnaikan tarif kereta pada 1 Oktober nanti ternyata mendapat respons yang besar.
“Sampai Rabu siang saja, suÂdah ada 20.020 orang yang menÂdukung aksi kami ini. Mayoritas meÂreka yang mendukung meÂnyaÂtakan keberatannya terhadap renÂcana PT KAI terkait rencana keÂnaikan tarif,†ungkapnya.
Biar lebih meyakinkan lagi, lanjut Aryo, komunitasnya lantas melakukan aksi penggalangan tanda tangan dukungan di depan Stasiun Sudirman ini. Kata dia, biar PT KAI dan pemerintah meÂliÂhat kalau penolakan yang meÂreka lakukan tidak lah main-main dan didukung para pengguna keÂreta lainnya.
Kenapa di Stasiun Sudirman? MeÂÂnurut Aryo, dibanding tempat lainnya, Stasiun Sudirman ini cuÂkup efektif untuk mensukseskan keÂgiatan yang dilakukannya. KaÂrena selain letaknya yang straÂtegis, calon penumpang yang daÂtang ke stasiun mayoritas adalah pekerja.
“Kalau stasiun besar misalnya Stasiun Manggarai, suasanya terÂlalu crowded. Apalagi, banyak peÂnumpang di sana adalah peÂnumpang yang transit dan ceÂnÂderung terburu-buru. Sedangkan aksi kami ini, bisanya dilakukan di luar stasiun,†jelasnya.
Lantas mau diapain nanti tanda tangan ini? Kata Aryo, sebelum tanggal 1 Oktober nanti, pihÂakÂnya akan menyampaikan kuÂmÂpuÂlan tandatangan yang dipÂreÂdikÂsi ribuan pengguna KRL ini keÂpada PT KAI dan instansi peÂmerintah terkait. Misalnya KeÂmenterian Perhubungan dan KeÂmenterian BUMN.
“Harapan kami, dengan diÂkirimÂnya kumpulan tandataÂngan dari para penumpang kereta, peÂmerintah dan PT KAI berpikir ulang untuk menaikan tarif keÂreta,†ujarnya.
Bagaimana dengan petisi? Kata Aryo, petisi yang dibuatnya sudah di-setting terhubung langÂsung ke website atau email milik kementerian dan PT KAI. “Jadi, bila ada yang meng-klik website tersebut, otomotis langsung terÂkirim ke pemerintah dan PT KAI,†jelasnya.
Kalau tak digubris bagaimana? “Intinya kami sudah mÂeÂnyamÂpaiÂkan aspirasi mewakili mayoritas penumpang kereta. Kalau ditolak, itu hak pemerintah. Nantinya biar rakyat saja yang menilai,†teÂgasnya.
Duh, Hasil Riset UI Jadi Tameng Buat Naikin Tarif
PT KAI ngotot akan menaikkan harga tarif commuter line seÂbesar Rp 2000 pada 1 Oktober menÂdaÂÂtang. Alasannya, kebijakan terÂÂseÂbut diambil setelah PT KCJ meÂÂlaÂkukan kajian ilmiah dengan mengÂgandeng Universitas Indonesia.
“Kami tidak sembarangan beÂgitu saja menaikkan harga, tenÂtuÂnya dengan melakukan kajian yang cukup dalam. Sejak bebÂeÂraÂpa bulan lalu kami bekerja sama deÂngan lembaga riset UI,†ujar DiÂrekÂtur Keuangan KCJ Tri Handoyo.
Tri mengatakan salah satu pertimbangan untuk menaikkan harga sebesar Rp 2.000 itu adalah dengan melihat hasil riset lemÂbaga penelitian UI mengenai keÂseÂdiaan konsumen membayar berÂdasarkan persepsi kualitas dan pelayanan yang diterima.
Menurutnya, dari hasil riset terÂsebut, rata-rata konsumen untuk Bogor-Jakarta menyatakan rela membayar sebesar Rp8.724. SeÂhingga cukup mendekati dari tarif yang akan dipatok Rp 9.000. KeÂmudian untuk rute Depok-Jakarta survei tersebut mencatat masyaÂrakat mampu membeli tiket seÂharÂga Rp 8.929. Padahal tarif akan jadi Rp 8.000.
“Untuk Depok-Jakarta bahkan mampu membayar lebih Rp 8 ribu, ini mungkin karena tingkat pendapatan warga antar wilayah tersebut lebih tinggi,†katanya.
Sedangkan untuk rute Bekasi-Jakarta, menurut survei tersebut, warÂgÂa sanggup membayar Rp 8.132 dari usulan tarif Rp 8.500. SeÂdangÂkan untuk Parungpanjang-JaÂkarta Rp 7.841 dibandingkan usuÂlan tarif baru menjadi Rp 8.000. Dan Tangerang-Jakarta Rp 7.120 di bawah usulan tarif Rp 7.500.
Dalam survei tersebut, pihak UI menyarankan setiap rute dilaÂkuÂkan penyesuaian dengan meÂnaiÂkkan tarif sebesar 20 persen. “UI menyarankan untuk naik 20 persen. Jadi itu persepsinya, dan kami mengambil langkah di baÂwah itu, dengan meratakan semua kenaikan sebesar Rp 2.000 di setiap rute,†ujar Tri.
Selain itu, survei juga dilakuÂkan dengan melakukan jajak pendapat para penumpang KRL Commuter Line dilihat dari segi keselamatan penumpang kereta. Dari skor 1-10, Commuter Line diÂberi skor 4. Sedangkan untuk ruang tunggu hanya diberi nilai 3,76 dari skor maksimal 10.
“Jadi kalau sampai skor 6 saja itu sudah cukup bagus. Kami perÂcaya pelayanan belum jauh dari sempurna, tapi ini faktanya,†tamÂbahnya.
Beli Mesin E-Ticketing Tapi Nggak Dipakai Dan Nggak Berfungsi...
Perbaiki Dulu Pelayanan
Standar pelayanan miniÂmum (SPM) yang masih belum layak membuat komunitas peÂnumpang kereta Jabodetabek yang tergabung dalam KRL MaÂnia menolak rencana keÂnaikan tarif commuter line pada 1 OkÂtoÂber mendatang.
Jubir KRL Mania Aryo NugÂroÂho mengatakan, selama ini PT KAI tidak pernah mendengar keÂluhan yang disampaikan para penumpang. Padahal, keluhan penumpang itu terkait SPM yang merupakan hak pengguna kereta.
“Kami sudah sering sampaiÂkan, tolong PT KAI perhatikan laÂyanan terhadap penumpang. MiÂsalnya, nomor urut kereta, peÂlÂayanan loket, lampu peneÂrangan, toilet, fasilitas keÂseÂhaÂtan, fasilitas kemudahan bagi peÂnyandang cacat, wanita haÂmil, balita, orang sakit dan orang lanjut usia,†ujarnya.
Keluhan-keluhan tersebut, lanÂjut Aryo, bukanlah tanpa daÂsarnya disampaikan pihaknya kepada PT KAI. Sebab, poin-poin tersebut tertuang dalam Permen Nomor 9 Tahun. 2011 tentang SPM telah disahkan 1,5 tahun lalu.
“Keluhan itu pun lebih bersifat manusiawi serta mudah dilaksanakan tanpa biaya yang mahal. Tapi pihak operator selalu menghindar terhadap keluhan yang kami sampaikan itu,†katanya.
Menurut Aryo, PT KAI/KCJ (Kereta Commuter line JaboÂdeÂtabek) hanya melihat pada sisi aset saja. Misalnya, penamÂbaÂhan 160 KRL, memperpanjang peron ataupun pemasangan LCD dan sebagainya. Padahal di balik aset itu ada manusianya yang penting, bagaimana petuÂgas dan manajemen KAI itu leÂbih berorientasi melayani.
Tak hanya itu, lanjut Aryo, pihak PT KAI/KCJ juga sudah berjanji bahwa tarif KRL tidak pernah naik selama tiga tahun terÂakhir. Faktanya, pada tahun 2011, ketika commuter line muÂlai dioperasikan sudah ada keÂnaikan tarif. “Bahkan baru seÂkitar setahun pun, akan ada lagi kenaikan tarif sebesar Rp 2000 pada 1 Oktober nanti,†tegasnya.
Masih menurut Aryo, bila PT KCJ mengklaim ada kerugian, sebenarnya itu akibat ulah meÂreka sendiri. Misalnya, keÂboÂcoÂran pemasukan dari karcis. MaÂsih sering terjadi oknum-oknum tertentu yang tidak diperiksa karÂcisnya. “Seharusnya ini diÂseÂlesaikan dulu daripada menÂcari solusi instan yang meÂngorÂbankan penumpang.â€
Selain itu, PT KCJ juga sudah meÂlakukan pemborosan angÂgaÂran saat pengadaan sistem comÂmet. Mesin-mesin e-ticketing yang sudah dibeli terbengkalai dan tidak belum berfungsi, bahÂkan ada yang sudah rusak. “LanÂtas, apakah inefisiensi dan pemÂborosan ini harus ditangÂgung oleh penumpang KRL?†kata dia.
Aryo khawatir bila PT KAI masih ngotot menaikkan tarif akan bila menimbulkan ketidakÂpercayaan terhadap angkutan massal. Selama KRL dianggap angkutan yang terjangkau tarifÂnya, dan bebas macet. Kalau tarif dinaikkan, bisa saja peÂnumÂpang balik menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.
“Selisih antara harga yang diharapkan operator (KAI/KCJ) dengan tarif karcis saat ini seÂmestinya bisa ditutup dari angÂgaran pemerintah/DPR,†ujarnya.
Semua Jurusan Naik Rp 2000
Berikut besaran kenaikan tarif Rp 2.000 di enam rute commuter line yang mulai diberlakukan pada 1 Oktober 2012:
1. Bogor-Jakarta Kota/Jatinegara dari Rp 7.000 jadi Rp 9.000
2. Bogor-Depok dari Rp 6.000 naik menjadi Rp 8.000
3. Depok-Jakarta Kota/Jatinegara dari Rp 6.000 jadi Rp 8.000
4. Bekasi-Jakarta Kota dari Rp 6.500 jadi Rp 8.500
5. Tangerang-Duri dari Rp 5.500 jadi Rp 7.500
6. Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang dari Rp 6.000 jadi Rp 8.000. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30