Penistaan terhadap agama terus terjadi di muka bumi. Kasus paling hangat saat ini adalah film "Innocence of Muslims" dan penyebaran kartun Nabi Muhammad SAW. Agar tidak dianggap sepele, mereka yang menjadi pelakunya wajib dihukum seberat mungkin.
Penegasan tersebut dikemukakan Wakil Ketua Alumni Al Azhar Mesir yang juga Gubernur NTB, Zainul Majdi, menanggapi gelombang protes umat Islam terhadap pemutaran film tersebut di situs media sosial YouTube, dan juga pemuatan gambar Nabi di majalah Charlie Hebdo terbitan Prancis.
Secara resmi, Alumni Al Azhar Mesir mengeluarkan pernyataan sikap ditandatangani Ketua Umum Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, Wakil Ketua Umum Dr. Muhammad Zainul Majdi, MA, dan Sekjen Dr. Muchlis M Hanafi, MA.
Gubernur termuda di Indonesia itu mengatakan, tindakan menistakan, melecehkan agama, dan simbol-simbol keagamaan, terjadi dalam bentuk apa pun seperti dalam bentuk pembuatan film. Hal itu dapat melukai perasaan umat beragama dan mengganggu perdamaian masyarakat dunia.
Pernyataan sikap alumni Al Azhar sejalan dengan sikap tegas pemerintah Indonesia. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat berpidato di Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-67 PBB di Markas PBB (Selasa, 25/9), menyuarakan konsensus internasional untuk mencegah permusuhan berlatar agama seperti kasus "Innocence of Muslims" yang menggemparkan dunia. Indonesia mengajukan secara resmi protokol soal penistaan agama.
Ikatan Alumni Al-AzharMesir mendukung penuh sikap Imam Besar dan PemimpinTertinggi Al-Azhar, Syeikh Ahmad Thayyeb, yang mengutuk keras pembuatan film tersebut dan menggolongkannya sebagai tindakan kriminal, serta meminta kepada organisasi internasional PBB untuk membuat konvensi anti penodaan agama.
Alumni Al Azhar di Tanah Air juga menyampaikan, tindak protes terhadap penodaan dan pelecehan simbol-simbol keagamaan merupakan kewajiban umat beragama, Islam khususnya, dan setiap orang yang berakal sehat. Tetapi dalam melakukannya umat Islam perlu menunjukkan sikap bijak dan bisa menahan diri dengan tidak melakukan aksi-aksi kekerasan terhadap orang-orang atau institusi yang tidak berkaitan langsung dengan film tersebut.
"Respon yang berlebihan dan tidak proporsional serta cenderung destruktif, justru akan kontra produktif bagi Islam dan umat Islam sebab Islam adalah agama yang cinta damai dan tidak mengajarkan kekerasan," tegas Zainul Majdi.
Diakui para alumni Al Azhar Mesir, lanjut Zainul Majdi, penodaan terhadap agama Islam dan tokoh sucinya, Nabi Muhammad SAW sering terjadi di masa lalu, dan kemungkinan masih akan terus terjadi. Umat Muslim tidak boleh mendiamkannya.
"Perlu langkah-langkah sistematis di tingkat internasional yang dilakukan oleh negara-negara Islam dan organisasi-organisasi Islam, serta tokoh masyarakat dan profesional, untuk mengupayakan pelarangan menistakan agama dan kepercayaan dalam segala bentuknya," kata Zainul yang juga Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PB NW), organisasi massa Islam terbesar di NTB.
[ald]