Pengamat pasar modal menilai ada maksud terselubung di balik tuduhan penyimpangan dana atas PT Bumi Resources (BUMI). Meski tak masuk akal, tuduhan itu jadi pemicu utama kerontokan harga sahamnya.
Pada sesi pertama perdagangan, Selasa (25/9), saham PT Bumi Resources (BUMI.JK) ditransaksikan melemah 10 poin (1,47 persen) ke angka Rp 670 dengan intraday tertinggi Rp 680 dan terendah Rp 590.
"Perusahaan Tbk adalah terbuka, siapa pun bisa melakukan audit. Melihat dari kasus Bumi Plc mau mengaudit atau investigasi ke dalam silakan saja, selama perusahaan Tbk tersebut tidak masalah," kata pengamat pasar modal, Willy Sanjaya, dalam siaran pers (Selasa, 25/9).
Tidak masuk akal, menurut Willy, menuduh adanya penyelewengan dana. Isu itu dihembuskan untuk 'menghancurkan' harganya. Sebab, setiap perusahan Tbk, bila mau menggunakan dananya, harus lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Willy mempertanyakan, mengapa saat RUPS para pemegang saham menyetujuinya.
"Dan andaikata ada kecurigaan, kenapa mereka tidak meminta diadakan RUPS Luar Biasa (RUPSLB). Tujuannya, untuk meminta pertanggungjawaban dan bukannya menyanyikannya di media massa," tutur Willy.
Tentang auditor, lanjut dia, tentunya mereka telah menelaah dengan kemampuan regulasi-nya. "Juga, kenapa saham Bumi plc sudah jatuh sehari (Jumat) sebelum press release tentang investigasi pada Senin (24/9)?" kata dia mempertanyakan.
Menurutnya, Vallar plc, banker dan pengacara, telah melakukan due dilligence menyeluruh saat mau aksi korporasi reverse take over PT Bumi Resources Tbk.
"Kenapa baru dipermasalahkan sekarang?" timpal dia.
Willy menengarai adanya tujuan terselubung di balik upaya menghancurkan harga dan menghembuskan isu.
"Untuk mendapatkan harga murah, wahai investor cerdiklah. Masalah seperti ini sudah sering terjadi di bursa kita," tandas dia
Dia mencontohkan, saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS.JK) yang harganya rontok tapi isunya tidak terbukti dan pada akhirnya PGAS pun rebound balik.
Begitu juga dengan BUMI. Menurut dia, isu ini tidak akan mempengaruhi kinerja maupun produktivitas perusahaan.
"Dan, masalah yang di-
blow up sekarang adalah masalah tahun berapa?" katanya lagi.
Sebelumnya, Direktur Bumi Plc, Ari Hudaya, mengundurkan diri dari jabatannya menyusul adanya tuduhan penyimpangan dana di PT Bumi Resources (BUMI). Ari sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO Bumi Plc sampai Maret lalu.
"Bapak Ari Hudaya sudah mengundurkan diri dari jabatan direktur non eksekutifnya di Bumi Plc, efektif 24 September 2012," kata Direktur dan Sekretaris Korporasi BUMI, Dileep Srivastava.
Menurut Dileep, Ari sengaja melepas jabatan tersebut untuk lebih fokus membangun bisnis di BUMI, perusahaan tambang grup Bakrie. Saat ini, Ari masih menjabat sebagai Presiden Direktur BUMI, perusahaan yang 29 persen sahamnya dikuasi Bumi Plc.
[ald]