Berita

Rizal Ramli Bekerja dalam Senyap

MINGGU, 23 SEPTEMBER 2012 | 10:38 WIB | OLEH: EDY MULYADI

SEBAGIAN orang mungkin baru mengenal DR. Rizal Ramli secara luas beberapa tahun terakhir. Tokoh nasional penggerak perubahan ini memang sebelumnya lebih banyak bekerja dalam senyap.

Padahal, prestasinya selama menduduki jabatan strategis dan penting di pemerintahan jauh melampaui kinerja para menteri lain pada umumnya.  Tidak ada hingar-bingar liputan, apalagi pencitraan yang kini menjadi mantra andalan para pejabat.

Meminjam pepatah Jawa, mantan Menteri Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid ini bekerja dengan prinsip “sepi ing pamrih, rame ing gawe.” Dalam periode yang amat singkat (2000-2001), ketika menjabat Rizal Ramli sudah banyak berbuat untuk negara ini.

Aksi jitunya antara lain menyelamatkan Bank Indonesia Internasional (BII) yang hampir kolaps karena di-rush. Seperti biasa, International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia menyarankan likuidasi atau rekapitalisasi. Yang sudah-sudah, para Menko Perekonomian akan mengamini saran itu, walau harus  menggelontorkan duit triliunan rupiah. Namun dia menyelamatkan BII tanpa suntikan dana serupiah pun.

Rizal Ramli juga menyelamatkan PLN dari kebangkrutan karena modalnya sudah minus Rp9 triliun. Dengan tanpa serupiah pun suntikan dana, modal PLN disulap menjadi lebih dari Rp119,4 triliun. Dari situ PLN bisa mencari dana lagi (menerbitkan obligasi, dll) sehingga batal bangkrut.

Bukan itu saja, langkah terobosan juga dilakukannya dalam renegosiasi listrik swasta yang sarat korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Harga beli tarif listrik PLN dapat diturunkan dari US$7-9 cent/kwh menjadi hanya sekitar US$4 cent/kwh. Buah dari kebijakan terobosan ini, PLN dapat menghemat miliaran dolar dan menurunkan beban utang sebesar US$35 miliar.

Berpihak kepada yang kecil
Sebagai Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), Rizal Ramli melakukan restrukturisasi utang dalam dan luar negeri ratusan perusahaan yang dikelola Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Pada Oktober 2000, KKSK mulai merestrukturisasi utang 14.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki nilai pinjaman di bawah Rp5 miliar. Dia memutuskan, UMKM bisa memperoleh potongan pokok dan bunga atas pinjamannya hingga 50% jika mereka mau melunasi pinjamannya sekaligus.

Sejumlah menteri dan pejabat eselon I menentang terobosan ini. Alasannya, akan menimbulkan moral hazard dan jadi preseden bagi para debitor lain. Namun tokoh kelahiran 10 Desember 1953 ini berkilah, sudah saatnya pemerintah menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada UMKM. “Kalau untuk para konglomerat yang utangnya ratusan miliar bahkan belasan triliun kita bisa kasih bermacam kemudahan, kenapa untuk rakyat kecil tidak?” tukasnya.

Pada Mei 2001, sebagai Menko Perekonomian, laki-laki yang juga mantan dosen ekonomi Program Magister Manajemen Fakultas Pasca Sarjana UI ini mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dan PT Indosat.

Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operators. Banyak kalangan, baik domestik maupun internasional, menilai kebijakan yang ditempuh tokoh yang telah menjadi yatim-piatu sejak sangat belia itu sebagai langkah yang tepat dan kredibel. Lewat terobosannya tersebut, negara berhasil memperoleh tambahan penerimaan Rp4,2 trilliun. Hebatnya lagi, duit sebesar itu diraup tanpa harus menjual selembar pun saham Telkom atau Indosat.

Benahi rekening liar
Waktu Rizal Ramli jadi Kabulog, dia juga merampingkan 119 rekening pejabat (liar) menjadi hanya 19 rekening. Semuanya jadi akuntabel dan transparan. Padahal, sebelumnya ke-119 rekening itu menjadi tempat penampungan pungli, upeti, dan dana2 off bujet lain yang hanya dinikmati para petinggi Bulog.

Dia juga memangkas biaya perjalanan dinas lebih dari 40%. Bukan hanya itu, dalam kepemimpinannya yang juga singkat, dia meninggalkan saldo Rp 5 triliun lebih di kas Bulog. Sayangnya duit itulah yang kemudian dijadikan foya-foya penggantinya hingga masuk penjara dan membeli pesawat sukhoi yang kontroversial itu.

Masih soal Bulog, hampir semua Kepala Bulog akhirnya masuk penjara karena korupsi. Cuma Rizal Ramli dan Jusuf Kalla yang tidak. Ini lagi-lagi menjadi bukti, bahwa Rizal Ramli adalah pemimpin yang amanah, tidak korup, dan yang paling penting, punya kapasitas di atas rata-rata. Kebijakan-kebijakannya penuh dengan terobosan dan terbukti jadi solusi jitu atas masalah yang terjadi.

Waktu menjadi Menko Perekonomian, dia memangkas banyak substansi dalam Letter of Intent (LoI) yang selama ini didiktekan oleh IMF. Lewat LoI itulah IMF menjajah indonesia, memperbudak para pejabatnya, dan mengambil allih banyak aset dengan amat murah. Dia juga pergi berunding Paris dalam rangka sidang Consultative Group on Indonesia (CGI) tanpa Widjojo cs yang selama ini dianggap sebagai arsitek pembangunan ekonomi indonesia.

Peristiwa ini cukup menggemparkan. Pasalnya, mitos yang dihembuskan menyebutkan Widjojo adalah tokoh yang sangat disegani di kalangan dunia internasional. Tokoh ini juga digambarkan memiliki jaringan dan lobi yang kuat di kalangan negara kredior. Saat berunding di Paris, media mainstream nasional dibanjiri artikel dan berita yang mengutip pendapat dan prediksi ekonom kaki tangan neolib, bahwa tidak melibatkan Widjojo dalam perundingan, sudah pasti akan membuahkan kegagalan yang memalukan.

Akhirnya waktu juga yang membuktikan, bahwa prediksi dan serangan itu terlalu mengada-ada. Rizal Ramli bukan saja berhasil memperoleh pinjaman lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tapi juga mengantongi hibah dalam jumlah yang sangat signifikan.

Dengan demikian, semua mitos tentang kehebatan Widjojo adalah omong kosong belaka. Faktanya, Widjojo cs dan Mafia Barkeley-nya itu tidk lebih dari komparador IMF/Bank Dunia. Pembangunan ekonomi mereka selama 32 tahun terbukti keropos dan hancur lebur saat diterjang krisis. Ketika negara lain (Thailand, Korsel, dan lainnya) sudah bangkit dari krisis, Indonesia masih saja terbenam. Inilah buah pembangunan ekonomi yang bermazhab neolib yang dianut Widjojo cs selama lebih dari 30 tahun.

Prestasi Rizal Ramli juga terekam dengan amat baik ketika menjadi Preskom PT Semen Gresik (Persero). Dia menggabungkan/mengkonsolidasi pabrik-pabrik semen di bawah Gresik (Padang dan Tonasa), menghapus kompetisi pasar yang tidak sehat dan merugikan, serta menekan inefesiensi. Hasilnya, nilai Semen Gresik melampaui Tiga Roda dan Holchim. Bahkan di tangannya sebagai Preskom, Semen Gresik disulap menjadi satu dari tujuh BUMN yang paling mentungkan.

Nasehat demi nasehat
Sejatinya masih banyak lagi prestasi Rizal Ramli, baik ketika maupun setelah menjabat. Setelah menjabatmisalnya, Rizal Ramli, tetap dan terus memberi nasehat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang banyak hal, khususnya menyangkut kebijakan di bidang ekonomi. Salah satunya agar Blok Cepu tidak diserakan kepada Exxon (asal tahu saja, Bush menekan SBY agar menyerahkan Cepu kepada Exxon). Rizal ke Istana untuk memenuhi panggilan  SBY yang membutuhkan saran dan nasehatnya.

Beberapa saran Rizal Ramli itu adalah, 1. Pemerintah RI bisa menuntut Exxon karena menerima/menadah barang curian. Kronologinya, Cepu itu awalnya milik Pertamina. Saat Presiden Soerharto berkuasa, dengan KKN Cepu menjadi milik Tommy Soeharto. Ketika bapaknya terguling, Tommy ketakutan dan menjual ke perusahaan Australia seharga US$100 juta. Selanjutnya perusahaan itu menjual ke Exxon senilai US$1 miliar. Jadi, Exxon telah menerima barang curian.

Saran kedua, Blok Cepu dilelang saja. Undang perusahaan-perusahaan  minyak dari negara-negara lain; Jepang, Cina, Spanyol, Malaysia, dan lainya. Lewat  lelalng, pasti harganya akan jauh lebih baik ketimbang yang ditawarkan Exxon. Dalam hitung-hitungannya, sedikitnya Indonesia akan memperoleh US$20 miliar lagi tambahan dibandingkan harga yang ditawarkan Exxon. Cepu itu, kata Rizal Ramli, nilainya kini tidak kurang dari US$200 miliar.

SBY sangat senang dengan saran lelang tadi.  Dia pun mencatat pointer-pointer penting dari saran itu. Tapi, lagi-lagi, sayang saran-saran bagus ini sama sekali tidak dituruti SBY. Dia lebih suka menyenangkan, tunduk, dan patuh kepada majikan asingnya.

Sampai akhir 2007, walau tidak menjabat lagi, sebetulnya Rizal Ramli masih sering memberi masukan kepada SBY. Hal itu dilakukan secara tertutup, jauh dari hingar-bingar liputan media massa SBY. Kebanyakan saran-saran itu disampaikan karena SBY memang minta nasehat dan mengundang Rizal Ramli ke Istana. Biasanya, SBY manggut-manggut dan mencatat kritik/nasehat yang dia anggap bagus. SBY juga berjanji akan melaksanakannya (spt pada kasus Cepu tadi, dia setuju dan berjanji akan melaksanakan saran melelang Cepu, walaupun faktanya SBY akirnya tetap menyerahkan kepada majikan Amerikanya).

Kalau publik tidak tahu semua prestasi cemerlang Rizal Ramli di masa silam (baik ketika maupun setelah menjabat) itu, ya wajar saja. Rizal Ramli bukanlah tipe pejabat gila pencitraan. Dia bekerja dalam senyap, jauh dari publikasi wartawan. Padahal, kalau saja dia mau menggunakan wartawan, itu juga sangat sah dan dibenarkan (dalam ilmu public relations/PR itu malah "wajib"). Pasalnya, rekam jejaknya jauh melampaui kinerja para menteri pada umumnya. Rizal Ramli tidak seperti SBY yang sibuk bercitra ria padahal kinerjanya di bawah banderol seorang presiden.

Namun prestasi kinclong Rizal Ramli selama menjabat yang amat singkat, bisa dibaca pada buku berjudul "Rizal Ramli, Lokomotif Perubahan; Kebijakan terobosan 2000-2001". Buku ini terbit sekitar tahun 2008an. Publik bisa membaca dengan pikiran terbuka dan hati jernih, jauh dari prasangka. [***]

Edy Mulyadi adalah Direktur Program Center for Economic and Democracy Studies (CEDeS)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Larangan Reklame Produk Tembakau Mengancam Industri Periklanan

Minggu, 07 Desember 2025 | 08:05

Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

Minggu, 07 Desember 2025 | 08:03

Nasihat Ma’ruf Amin soal Kisruh PBNU

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:48

Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:35

China Primadona Global

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:01

UUD 1945 Amandemen Masih Jauh dari Cita-cita Demokrasi Pancasila

Minggu, 07 Desember 2025 | 06:37

Pekerja Pengolahan Tuna di Jakarta, Bali dan Sulut Masih Memprihatinkan

Minggu, 07 Desember 2025 | 06:12

Bakamla dan Indian Coast Guard Gelar Latihan Bareng di Laut Jawa

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:55

Program Edukasi YSPN Cetak Regenerasi Petani Muda

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:37

Saatnya Rakyat jadi Algojo

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:09

Selengkapnya