Langkah memajukan Joko Widodo di Pilgub DKI bernuansa primordialisme, seperti halnya pada pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Namun, berbeda pada majunya politisi muda dari kalangan keturunan Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa dengan Ahok.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai promotor utama Ahok, dinilai ingin mendapatkan kesan pro minoritas, pro etnis Tionghoa. Dia juga ingin menghilangkan isu bahwa dirinya terlibat dalam Tragedi 98, yang banyak menelan warga keturunan.
"Dia ingin testing the water. Apakah isu peristiwa 98 sudah dilupakan orang? Dan nampaknya tes yang dilakukannya berhasil, masyarakat sudah tidak mempedulikan isu itu, utamanya masyarakat keturunan Tionghoa. Pada akhirnya, memilih Ahok karena etnisnya dan sama sekali tidak melihat orang yang berada di belakangnya," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah, dalam penjelasan tertulisnya kepada wartawan (Senin, 10/9).
Prabowo sudah menyadari dirinya sebagai salah satu calon kuat untuk maju dalam pilpres 2014 nanti. Dari beberapa hasil survei, didapat kesimpulan bahwa orang sudah melupakan peristiwa 1998 dan tidak lagi memikirkan masa lalu.
"Berbagai survei yang menempatkan Prabowo sebagai calon kuat pun nampaknya tidak dipercaya oleh Prabowo, dan dia tetap ingin bukti dan pembuktian bisa dilakukan dalam pilkada DKI," katanya.
Iberamsjah melihat Prabowo sebagai sosok lebih realistis dan tidak percaya begitu saja dengan hasil survei, karena survei apapun bisa dipesan. Dia mau membuktikan hal itu sebelum dirinya maju, dan ingin membuktikan apakah dukungannya terhadap Ahok bisa memberikan kemenangan.
Analisa itu, menurutnya, didukung oleh fakta ketika Ahok yang bukan kader ataupun pengurus Partai Gerindra tiba-tiba saja dipilih untuk menjadi calon wakil gubernur. Untung saja Gerindra masih partai yang sangat tergantung pada tokohnya sehingga apapun perintah Prabowo harus ditaati oleh seluruh kader.
"Kalau Gerindra partai terbuka dan demokratis, hal ini pasti akan menimbulkan gejolak dan kader Gerindra akan merasa terhina. Mereka yang selama ini bekerja untuk partai dan menjadi kader tidak ditunjuk oleh Prabowo untuk maju dalam pilkada. Malah orang luar yang selama ini tidak ada kontribusinya tiba-tiba bisa dijadikan cawagub," katanya.
"Mungkin Prabowo menjelaskan bahwa jika Ahok menang, maka kemenangannya menjadi kontribusi terbesar untuk memenangkannya di 2014," ucapnya.
Ahok juga seperti sudah melupakan isu terlibatnya Prabowo dan melupakan para korban peristiwa itu.
"Kayaknya memang Ahok orang yang ambisius mengejar jabatan. Bukan hanya meninggalkan jabatan bupati yang baru 1,5 tahun diembannya di Babel, untuk menjadi gubernur Sumut dan Sumsel, dan juga mau meninggalkan jabatan sebagai anggota DPR untuk menjadi gubernur," kata Iberamsjah.
[ald]