Berita

leopard/ist

TNI Tidak Jadi Beli Tank Bekas Belanda, Ganti Tank Baru dari Jerman

JUMAT, 24 AGUSTUS 2012 | 12:05 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Beberapa bulan lalu, media massa ramai oleh pro kontra seputar rencana TNI membeli 100 tank jenis Leopard (50 tipe 2A4 dan 50 tipe 2A6) bekas Belanda.

Ada empat hal yang dikritisi sebagian anggota DPR dan kalangan pengamat pertahanan saat itu. Pertama adalah tonase Main Battle Tank itu yang 63 ton, dianggap tak cocok dengan geografi di Indonesia. Kedua, harganya yang mahal, padahal cuma tank bekas (2,5 juta euro per unit). Ketiga, tidak ada transfer of technology (TOT) dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) Indonesia. Keempat, tak sesuai dengan Renstra yang ada .

"Lalu dalam rapat Komisi I pada 16 Agustus lalu, Komisi I mendapat penjelasan dari tim kecil Kemenhan yang ditunjuk mempelajari masalah MBT Leopard , dalam rapat itu diinformasikan empat hal," kata pimpinan Komisi I DPR, Mayjen (Purn) TB Hasanuddin, kepada Rakyat Merdeka Online, Jumat (24/8).


Empat hal itu, pertama, TNI tidak jadi membeli tank bekas dari Belanda (2,5 juta euro per unit), tapi akan membeli tank baru dari Jerman seharga kisaran 700.000 sampai 1,5 juta euor ( tergantung Sista yang dipasangnya).

Kedua, pembelian murni G to G dan tak melibatkan makelar alias rekanan atau pihak ketiga .  Ketiga, kabarnya, tonase dipilih yang berbobot 40 ton saja alias Medium Tank (sesuai Renstra TNI).

Keempat, karena langsung dari pabrik maka melibatkan BUMNIP seperti PT Pindad dan lainnya dalam TOT-nya.

"Dengan informasi seperti itu maka Komisi I menganggap sudah tak ada masalah lagi dengan rencana pembelian tank Leopard tersebut, tapi memang perlu dikonfirmasi langsung lagi dengan Kemenhan dan TNI, dan akan kita klarifikasi pada kesempatan pertama ASAP," tandasnya. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya