Berita

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Olahraga

Tragedi Bulutangkis

Rudy Hartono: Ini Kesalahan Pembinaan & Regenerasi
SABTU, 04 AGUSTUS 2012 | 08:43 WIB

Lengkap sudah penderitaan tim bulutangkis Indonesia di Olimpiade London 2012. Setelah gagal mempertahankan tradisi medali emas, pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal membawa perunggu.

Tontowi/Liliyana berangkat ke London dengan “status” sebagai yang paling diunggulkan meraih medali emas. Tapi, ja­ngankan emas, perunggu pun tak bi­sa mereka genggam. Di pere­butan medali perunggu, kemarin, mereka kalah dari pasangan Den­mark, Joachim Fischer/Christinna Pe­der­sen 12-21 dan 12-21.

Ke­ka­lahan ini menyem­pur­nakan  kesedihan publik Indo­nes­ia setelah sebe­lumnya Ton­towi/Liliyana kandas di semi­final saat menghadapi ganda kedua China, Chen Xu/Jin Ma.

Kegagalan ini menjadi ben­cana terburuk bagi kontingen bulu­tang­kis Indonesia selama Olim­piade. Karena, pasukan Merah Putih bukan cuma gagal mem­pertahankan tradisi emas yang sudah dimulai sejak Olim­piade Barcelona 1992, tetapi ha­rus pulang dengan tangan hampa.

“Hari ini kami sudah berusaha mendapatkan perunggu, tetapi me­mang sulit. Kekalahan ke­ma­rin (di semifinal) memang mmebuat kami sedikit down, kami berusaha untuk bang­kit dan fokus, tetapi malah underper­formed dan banyak me­lakukan kesalahan, sehingga lawan ba­nyak medapatkan poin dengan mu­dah” kata Liliyana yang dite­mui setelah pertandingan.

Tertinggal jauh 4-11 pada gim per­tama, Tontowi/Lilyana ber­main tidak pada penampilan terbaiknya, mereka tak dapat ke­luar dari tekanan yang diberikan pasangan Denmark. Keduanya seringkali gagal melakukan pengembalian bola dengan baik, beberapa kali Nielsen/Pedersen menghantam bola tanggung dari Tontowi/Liliyana.

“Buat saya pribadi, tekan­an­nya memang besar sekali. Apa­lagi ini pertandingan terakhir dan bulutangkis belum me­nyum­bangkan medali apa pun,” timpal  Tontowi.

 Sejak Olimpiade Bar­celona 1992 hingga Olim­piade Beijing 2008, bulu tangkis terus menyumbangkan medali untuk In­donesia, termasuk medali emas. Inilah tragedi buat Indonesia.

Legenda bulutangkis Indo­ne­sia, Rudy Hartono mengatakan, ke­gagalan tim bulutangkis In­donesia dan cabang olah­raga lain, karena kesalahan pem­binaan dan regenerasi.

“Siklusnya (yang benar) itu, setiap lima ta­hun sekali muncul pengganti. Kalau Indonesia sudah lebih dari sepuluh tahun tidak ada rege­ne­rasi. Gagal mempertahankan tradisi emas tidak perlu saling me­nyalahkan. Namun yang pen­ting segera lakukan pem­bi­naan pemain se­hingga muncul bibit-bibit unggul,” kata Rudy.

Peraih delapan kali gelar juara All England ini mengacu pada pe­nampilan keempat Taufik Hidayat di Olimpiade. Di nomor tunggal putra, Indonesia kini tidak mampu lagi  men­cetak pebulutangkis andal. Itulah yang membuat menantu Agum Gu­melar itu selalu diperta­han­kan.

Begitu juga di nomor-nomor yang lain. Tidak ada lagi pe­bu­lutangkis seperti Liem Swee King, Susi Susanti, Christian Ha­dinata, Candra Wijaya, Sigit Bu­diarto, dan pebulutangkis hebat lainnya.

“Ini semua terjadi karena pem­binaan secara massal dan ber­jenjang tidak ada. Pembinaan cu­ma dilakukan klub. Se­harusnya ada pembinaan bulutangkis di se­kolah-sekolah, itu sarana yang tepat mendidik anak-anak usia dini,” katanya.

Mengomentari kegagalan Indoneia, bekas pe­bu­lutangkis nasional Joko Sup­ri­yanto mengatakan, “ini tidak masuk akal, karena prestasi bulutangkis bisa ter­jun bebas seperti ini.”

Joko mengaku, kesalahan me­lorotnya prestasi tersebut adalah kesalahan PBSI yang diketuai Djoko Santoso. Kesalahannya, kata Joko, seorang Ketua Umum PBSI selalu dikelilingi orang-orang yang sering memberi ma­sukan tidak tepat. “Setiap ada masukan dan kri­tik­an dari luar pengurus, selalu dianggap se­ba­gai pelampiasan orang-orang kecewa. Padahal orang-orang yang memberi ma­sukan me­mpunyai tujuan agar bulutangkis bisa maju,” katanya.  [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya