Berita

ist

Ormas Islam: Suu Kyi Dapat Pujian di Tengah Pembantaian

RABU, 25 JULI 2012 | 11:54 WIB | LAPORAN: MUHAMMAD Q RUSYDAN

RMOL. Peran peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, sangat dipertanyakan dalam konflik dan kekerasan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar bagian Barat.

Cita-cita demokrasi Suu Kyi, yang baru saja untuk pertama kali lolos masuk parlemen Myanmar, bakal diuji dengan cara dia menangani permasalahan konflik orang Rohingya. Konflik antara warga Rakhine dan muslim Rohingya terus memakan korban sampai saat ini salah satunya karena pemerintah Myanmar sendiri tidak mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya.

Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Zahir Khan, menyebut tragedi kemanusiaan itu sangat menyedihkan. Dia menyesalkan sikap Amerika Serikat dan sekutunya bersama PBB tidak mau tahu jika korban tragedinya adalah kelompok Muslim minoritas.


"Kita harus datang ke Kedutaan Myanmar, protes. Kita buat satu pernyataan ke PBB, kedutaan Myanmar dan pemerintah Indonesia sebagai negara Islam terbesar, ASEAN juga, bicaralah dan protes," seru dia dalam pertemuan Ormas Islam di aula kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (25/7).

Perwakilan DPP Hizbut Tahrir, Budi Dharmawan, mendukung MUI memberikan sikap dan tindakan dalam kasus tersebut. Bukan saja dari sudut pandang kemanusiaannya, tapi ada kaum Islam yang ditindas. Jika MUI diam saja dapat dianggap menciderai ukhuwah islamiah.

Dia pun mempertanyakan peran Aung San Suu Kyi. Pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) itu memang malah bepergian ke Eropa saat kasus kemanusiaan itu mencuat. Dan hingga kini Suu Kyi belum berbicara pembelaan terhadap korban pembantaian yang sudah berlangsung kurang lebih dua bulan belakangan ini.

"Dimana Aung San Suu Kyi? Dia mendapat sanjungan di sana di tengah pembantaian ini. Kita harus bersikap jika kaum muslim minoritas hidup di mayoritas non-muslim selalu dizalimi. Ini juga menjadi bukti bahwa HAM, demokrasi bukan untuk Islam," ujarnya.

"Jika kaum Muslim ditindas, mana pendekar HAM? Mana pendekar demokrasi? Mereka diam semua. Ini juga memberikan bukti bahwa HAM hanya menjadi alat untuk menancapkan hegemoni mereka di dunia," lanjutnya. [ald]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya