Berita

presiden sby/ist

SBY Akan Terpaksa Bangun Kekuatan Politik Bersama Para Penjilat

SABTU, 21 JULI 2012 | 10:03 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Pernyataan Presiden SBY, dengan meminta para menteri yang tak bisa membagi waktu antara tugas negara dengan tugas partai politik agar keluar dari kabinet, justru membuktikan dirinya tidak punya kemampuan manajerial yang baik dan juga menunjukkan Presiden yang kesepian.

Menurut pengamat politik, Adhie Massardi, saat ini ada dua kesibukan politik para menteri SBY. Pertama, politik kekuasaan untuk 2014 dan politik mencari perlindungan dari kejaran KPK. Di sisi lain, SBY sendiri tak mampu melindungi orang-orang dekatnya dari bidikan lembaga anti korupsi itu.

"SBY sedang tidak punya power. Dengan pernyataan itu, dia justru memperlihatkan betul-betul sendirian. Dan kesendirian SBY itu tercermin dari Pilgub DKI," ujar Adhi kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa waktu lalu.


Kini, Sekretariat Gabungan Koalisi tidak berguna. Di koalisi SBY ditinggalkan sendirian dan begitu pula di kabinet.

"Bercermin pada Pilgub DKI, sampai detik ini kita belum lihat ada dukungan terbuka ke Fauzi Bowo dari koalisi SBY sendiri. Mungkin, ketika masuk 2013, dia lebih lonely lagi. Dampaknya, tahun depan kabinet lebih tidak berjalan efektif," tegas Adhie.

Dia tambahkan, dari Pilgub Jakarta tercermin situasi politik di 2014, di mana siapapun kandidat yang didorong SBY serta Partai Demokrat-nya, tak akan mendapat dukungan parpol koalisi.

"Dengan kesendirian itu dia ditinggalkan oleh koalisi dan teman-temannya. Tentu saja dia tidak bisa bangun kekuatan politik baru kecuali dengan para penjilat, dengan para petualang politik yang gampang berkhianat," ucapnya.

Dua hari lalu, sebelum rapat paripurna kabinet di kantor Presiden, SBY membaca situasi politik yang segera memanas seiring semakin dekatnya Pemilu 2014. Karena itu, SBY mengingatkan para menteri yang berasal dari parpol untuk fokus menjalankan tugas pemerintahan dan melayani rakyat.

SBY mempersilakan mereka yang memang tidak bisa membagi waktu antara tugas politik dengan tugas kenegaraan, mengundurkan diri dari kabinet. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya