Berita

tb hasanuddin

ALUTSISTA

Stop Beli Rongsokan Pakai Uang Rakyat!

JUMAT, 06 JULI 2012 | 10:30 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Komisi I DPR menegaskan bahwa hibah empat buah pesawat Hercules C 130, yang diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat kunjungan ke Australia, sampai saat ini belum mendapat persetujuan DPR.

Sementara, pasal 23 ayat (1) UU 17/2003 tentang Keuangan Negara memerintahkan, hibah atau menerima hibah dari pemerintah atau lembaga asing harus dengan persetujuan DPR.

Hal itu diutarakan Wakil Ketua Komisi I, Mayjen (Purn) TB Hasanuddin, lewat pesan elektroniknya kepada wartawan (Jumat pagi, 6/7).


Beberapa waktu lalu, politisi PDIP bersapaan TB itu menjelaskan, pada medio 2011 yang lalu, Kementerian Pertahanan dan TNI AU melaporkan kepada Komisi I DPR bahwa TNI akan mendapat hibah sebanyak empat Hercules C-130 dari pemerintah Australia. Tapi harus ada dana dikucurkan untuk perbaikan pesawat-pesawat tersebut. Tapi beberapa bulan kemudian Kementerian Pertahanan melaporkan bahwa  pemerintah Australia membatalkan hibah tersebut. Dan baru pada awal tahun 2012 pemerintah menyampaikan ulang bahwa hibah empat pesawat dari Australia itu jadi dilaksanakan.

Sementara itu menurut informasi, empat pesawat yang dihibahkan adalah pesawat yang tidak laik (tidak memenuhi persyaratan) terbang dan perlu diperbaiki dengan biaya sekitar US$ 60 juta (US$ 15 juta /unit).

Anehnya, karena dalam waktu yang sama Australia juga menawarkan enam buah pesawat sejenis dan dalam kondisi siap operasional seharga US$ 90 juta (US$ 15 juta/unit). Artinya harga jual dan harga hibah sama.

"Dengan uang US$ 150 juta sebaiknya kita membeli saja Hercules baru sebanyak lima buah. Selain itu, dengan pesawat baru kita mampu menghemat biaya pemeliharaan dan jumlah jam terbang yang banyak serta aman dipakainya," ujar dia.

Menurut informasi, Indonesia juga ditawari belasan pesawat F5 (yang sudah digrounded) dari Korea Selatan. Hibah-hibah seperti itu, menurut TB, sangat tidak efisien dan hanya menjadi beban untuk TNI.

"Lihatlah puluhan kapal tempur yang kita terima dari ex AL Jerman Timur, ujungnya hanya menjadi beban saja dan tak memperkuat sedikitpun kekuatan Angkatan Laut kita," ucapnya. Padahal biaya membawa dari Jerman dan kemudian memeliharanya juga sangat besar.

"Hentikan pembelian rongsokan dengan uang rakyat," seru dia. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya