But every little difference may become a big one if it is insisted on - Lenin (1904)
Apa dan siapakah yang paling ditakuti orang Indonesia di dunia ini? Jawabnya pasti macam-macam. Mulai takut pada Tuhan yang telah mencipta dan maha segala, pimpinan yang menjadi penentu masa depan, orang tua yang telah membesarkan, bahkan istri yang telah memberikan pengabdian bagi keluarga. Seberapa takutnya? Bermacam-macam. Bisa jadi takut pada Tuhan hanya pada saat sengsara hidup, takut pada pimpinan saat di hadapan, takut pada orang tua kalau ingat jasanya dan takut pada istri bila di rumah. Entahlah.
Namun secara umum, ada yang paling ditakuti oleh mayoritas bangsa Indonesia, yakni palu dan arit/sabit, lambang komunisme dan juga sekaligus simbol mantan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kalau saja simbol ini memiliki nyawa dan mampu berinteraksi dengan manusia, niscaya masyarakat Indonesia akan terbirit-birit manakala bertemu di tengah jalan. Maklum, meski simbol ini sama sekali tak bernyawa, banyak diantara kita yang menyentuhpun takut. Seperti ketakutan sebagian masyarakat kepada ulat bulu, ular berbisa apalagi macan lapar.
Sangat dipahami oleh akal sehat manusia bahwa simbol palu arit tidak akan mampu menggigit, apalagi memangsa manusia. Ia hanyalah benda yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, seperti emblem, brevet, bendera, atau tempelan kulkas. Namun didalamnya seolah ada nyawa dan energi yang demikian menakutkan dan sakral. Bila menyentuh apalagi membawanya maka akan mendatangkan petaka. Simbol palu dan arit memang jauh lebih menakutkan dari satpam, polisi, tentara, wewe gombel maupun si kolor ijo. Luar biasa.
Mau bukti? Suatu ketika seorang wartawan Indonesia sedang berkunjung ke Rusia. Ketika membeli souvenir, ternyata disitu ada tanda palu arit, alias "PKI". Buru-buru souvenir diletakkan dan ia ngeloyor pergi. Padahal, ia ingin sekali memilikinya. Ia ingin sekali memakainya. Ingin sekali membawa pulang sekedar kenangan. Padahal, wartawan adalah seorang pemberani, tidak takut diterjang pelor di medan perang dan tidak takut meliput sebuah kejadian di malam gelap gulita. "Ih, takuuuut," ujarnya sambil mengangkat bahu.
Bahkan di medio 2012 ini seorang petinggi partai terkemuka di tanah air juga mengalami hal yang mirip. Pada saat berbelanja barang-barang kuno di pasar Ioak Moskow, ia menemukan sebuah patung yang dinilainya sangat bermakna. Bentuknya proporsional dan terbuat dari perunggu yang amat baik. Umurnya pun diperkirakan lebih dari 60 tahun. Begitu dipegang dan diamati, buru-buru diletakkan. "Bisa bikin masalah nanti," katanya. Ingin tahu patung siapa? Itulah patung setengah badan Vladimir Ilyich Ulyanov atau yang sering dipanggil Lenin (22 April 1870 - 21 Januari 1924), seorang penggerak revolusi Oktober di Rusia dan juga pendiri Partai Komunis.
Setelah meletakkan patung si botak berkumis (Lenin), beliau memilih-milih lagi barang lainnya. Nah, di saat tersebut terlihat sebuah lambang palu arit yang terbuat dari baja. Bentuknya bagus dan bisa jadi akan merupakan barang antik yang dicari para kolektor 50 tahun ke depan. Sambil berseloroh, seorang teman menyarankan kepada petinggi partai ini membelinya karena dia adalah juga seorang kolektor benda kuno. Dengan tegas dan serius ia menolaknya. "Patung Lenin saja menakutkan, apalagi palu arit," ujarnya sambil berlalu.
Simbol komunis itu tetap teronggok diatas meja lapak, diam seribu basa, tidak menggigit apalagi bisa menerkam. Sekali lagi, kalau saja palu arit itu bisa bicara, pasti akan protes karena ia ingin juga dipajang sebagai sebuah kenangan masa lalu dan menghiasi ruangan orang-orang terkenal, termasuk di Indonesia.
Ya, Lenin dan palu arit merupakan dua hal yang selalu dihindari masyarakat Indonesia. Dianggap sebagai sebuah simbol yang mampu mendatangkan malapetaka. Bisa membuat orang yang memilikinya bisa dicap sebagai anggota PKI, simpatisan PKI, berhaluan komunis, sosialis bahkan layak digolongkan ahli neraka. Pokoknya benar-benar bisa mendatangkan mudarat dan tidak ada manfaatnya. Masih lebih baik dicap sebagai temannya si Kolor Ijo daripada ketahuan membawa dan memiliki simbol palu arit. Karenanya, lebih baik menghindari dua hal tersebut dalam bentuk apapun.
Bila mau menoleh ke belakang, itulah yang disebut sebuah trauma masyarakat yang mendalam dan berkepanjangan sebagai akibat tragedi pemberontakan PKI. Menakutkan, mengerikan dan tidak boleh terulang lagi. Karenanya, partai ini sudah diharamkan dan sejauh ini tidak boleh hidup kembali. Sejarah pergolakan PKI disinyalir menelan korban dalam jumlah yang sangat masif dari kedua belah pihak. Ada yang menyebut ratusan ribu tetapi ada juga yang mengatakan jutaan.
Wallahu a'lam bisawab. Ilmu alam susah dijawab.
Lenin sendiri lahir dari sebuah keluarga kaya di Simbirsk. Ia memang tergerak untuk melakukan revolusi setelah melihat rakyatnya menderita dibawah Tsar, khususnya setelah salah satu saudaranya terbunuh di tahun 1887. Lenin muda sempat belajar hukum di Universitas Kazan dan tergila-gila dengan ide Marxisme. Tahun 1883 ia pindah ke ibukota St. Petersburg dan menjadi tokoh yang memperjuangkan emansipasi kelas pekerja. Setelah sempat diasingkan di Siberia, Lenin kemudian "lari" ke luar negeri dan sempat tinggal di Jerman, inggris dan Swiss. Setelah terjadi revolusi Pebruari 1917 yang melengserkan kekuasaaan Tsar, Lenin kemudian pulang kampung.
Begitu menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, kelompok Bolshevik yang dimotorinya dengan cepat mengambil alih kendali pemerintahan dan membentuk negara sosialis pertama di dunia atau Russian Socialist Federative Soviet Republic. Lenin kemudian mengaplikasikan reformasi sosial, termasuk membagi-bagikan tanah kepada para pekerja dan petani.
Lenin dikenal sebagai seorang politisi dan pemikir besar yang sempat bertahta antara tahun 1922-1924. Dialah pemimpin Partai Bolshevik dan pencetus gagasan teori politik Marxism-Leninism yang banyak dipelajari hingga saat ini -Stalinism, Trotskyism and Maoism. Pria botak berkumis itu memiliki jasa besar dalam merubah sistem kerajaan Rusia menjadi sebuah negara sosialis dan menjadikannya negara adidaya yang disegani.
Meskipun Lenin seorang figur besar, namun kritik yang dialamatkan ke dirinya tidak main-main. Oleh sebagian kalangan, ia dianggap sebagai diktator yang telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Namun bagi para pendukungnya, Lenin adalah seorang jagoan kalangan pekerja dan petani.
Yang jelas, ide-idenya sempat mendunia dan berpengaruh di berbagai kawasan, termasuk Indonesia. Dalam perjalanan pemerintah Uni Soviet selanjutnya, agama diberangus karena dianggap penghambat pembangunan. Gereja Orodoks dan masjid dihancurkan atau dipusokan. Masjid yang sebelum revolusi berjumlah 10 ribuan, di akhir masa Uni Soviet hanya tersisa sekitar 100 saja. Korban rezim yang meraja 72 tahun ini sangat tidak sedikit, termasuk di Indonesia.
Adapun simbol komunisme sendiri sebetulnya bukan hanya palu dan arit, namun ada juga lainnya yakni bintang merah segi lima (red star) dan bendera warna merah. Salah satu atau ketiganya dalam keadaan tertentu bisa saja merupakan simbol komunisme, sebuah kode untuk berkomunikasi atau pertukaran informasi dalam interaksi sosial.
Lambang palu mewakili kaum buruh dan sabit/arit mewakili para petani yang keduanya termarginalkan pasca revolusi industri di Eropa. Palu dan arit yang menyilang adalah simbolisasi bersatunya kaum buruh dan petani dalam revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia. Di tahun-tahun berikutnya, lambang palu dan sabit menjadi simbol pemberontakan, bahkan sampai sekarang.
Revolusi kaum pekerja yang tergolong kalangan bawah tersebut mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan kaum pekerja tidak pernah mengira akan kekuatan yang dimiliki oleh persatuan kaum buruh dan petani. Pihak komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan bendera merah, memanfaatkan simbol pekerja tersebut sebagai lambang bendera partai komunis. Pada 1922, penggunaan lambang palu dan arit menyilang dengan latar belakang merah diresmikan menjadi bendera komunis secara internasional.
Di kemudian hari, simbol ini dijadikan identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas, pemersatu dan penguat hubungan antar mereka. Diperkirakan, apabila revolusi yang dilakukan tidak menggunakan simbol, maka akan sulit untuk menunjukkan keberadaan dan gerakan kaum buruh dan petani di mata dunia. Dengan demikian simbol palu dan sabit memiliki arti penting dalam penyampaian pesan revolusi.
Lima tahun pasca dimulainya reolusi kaum Bolshevic, tentara merah meresmikan simbol palu dan arit yang menyilang ke dalam lambang bendera partai politiknya. Lambang ini memberi makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi para pekerja kasar dan petani. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat dihimpun dari para buruh dan petani yang cenderung memiliki massa sangat banyak.
Bendera berwarna merah seringkali dimaknai sebagai sebuah pembangkangan dan perlawanan. Khusus di Uni Soviet, bendera merah dengan gambar palu dan arit dijadikan sebagai bendera nasionalnya setelah revolusi tahun 1917. Bendera berwarna merah sering juga dihubungkan dengan May Day serta sosialisme. Di Indonesia sendiri, sampai sekarang warna merah dalam bendera nasional sering diartikan sebagai sebuah simbol penentangam dan keberanian melawan penjajah.
Khusus bintang merah yang berujung lima adalah lambang komunisme serta sosialisme yang lebih umum. Ia melambangkan kelima jari tangan pekerja, serta kelima benua. Bintang berujung lima juga dimaksudkan untuk mewakili kelima kelompok sosial yang akan membawa Uni Soviet ke komunisme: kaum muda, militer, industri , buruh petani, dan cendekiawan.
Uniknya, setelah Uni Soviet digulung oleh gelombang perestroika dan glasnost awal tahun 1991 yang kemudian melahirhan Federasi Rusia, simbol yang terkait dengan komunisme dihapus dengan sangat jelas. Lambang Rusia mulai saat itu diganti burung garuda berkepala dua yang sebenarnya merupakan lambang yang sangat dikenal di zaman Tsar. Banyak yang kemudian mengartikan bahwa dua kepala garuda tersebut sebagai simbol wilayah Rusia berada di benua Eropa dan Asia. Sedangkan benderanya berupa tiga warna: putih, biru dan merah. Maklumlah, kini Rusia telah menjadi demokratis dan berhaluan kapitalis.
Lalu kemana simbol-simbol komunis? Di hampir semua kota di Rusia, patung Lenin masih tegak berdiri. Seolah ia tetap nyaman hidup di tengah perubahan yang sangat ekstrem. Tangannya yang sering menjulur kedepan seolah tetap memberikan arahan kepada rakyat yang sudah tidak mengagumi namun juga tidak membencinya. Bahkan, patung Lenin seringkali harus mendengar alunan musik break dance dan hip-hop yang dimainkan anak-anak muda Rusia di lapangan tempat ia berdiri.
Adapun lambang palu dan arit masih ada dan dibiarkan terpancang di banyak gedung. Meski era palu dan arit sudah berlalu dan menyisakan kepiluan, namun anak-anak negeri tidak kemudian menghapusnya dan mengganti dengan lainnya. Bagi mereka simbol-simbol itu akan menjadi pengingat perjalanan sejarah bangsa dan pelajaran bagi masa depan. Pada saat tertentu, banyak anak muda masih bangga menggunakan lambang palu arit walau mereka tidak berhaluan komunis serta tidak pernah bersedia berjalan mundur ke masa lalu.
Di tanah kelahirannya, patung Lenin dan lambang palu arit adalah sebuah simbol masa silam. Dua benda yang sudah tidak punya nyawa dan kekuatan. Tidak bisa menggigit apalagi menyengat. Tidak menakutkan dan membahayakan. Keduanya hanya layak dikoleksi dan dijual di pasar-pasar loak.
(Penulis adalah WNI yang tinggal di Rusia, ajimoscovic@gmail.com)