Berita

habiburokhman/ist

SUAP PAJAK

SPR: Hambalang Lambat, KPK "Dibajak" Lawan Politik Nasdem?

RABU, 13 JUNI 2012 | 14:20 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Wajar jika publik mempertanyakan, mengapa KPK perlu berbulan-bulan melakukan penyelidikan dan berkali-kali menggelar perkara namun hingga sekarang belum bisa meningkatkan status kasus proyek Hambalang ke tingkat penyidikan.

Sementara, di sisi lain dengan mudah terus melakukan aksi tangkap tangan suap pajak seperti kasus pegawai pajak, Tommy Hindratno, yang punya tingkat kesulitan lebih tinggi, daripada menuntaskan kasus yang sudah terang benderang seperti kasus Hambalang.

Demikian disampaikan jurubicara Serikat Pengacara Rakyat (SPR), Habiburokhman, dalam keterangan pers tertulisnya, Rabu (13/6). Menurut dia, kasus ini sudah mengarah ke politis karena dikaitkan dengan kelompok usaha Bhakti Investama yang dimiliki Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Hary Tanoesudibjo. Ditambah lagi pernyataan Ketua Partai Nasdem yang akan memberikan bantuan Rp 5-10 miliar terhadap calon legislatif dari partainya.


"Kami melihat ada pihak-pihak yang ingin menjadikan kasus Tommy Hindratno ini sebagai 'amunisi' untuk mendiskreditkan Partai Nasdem. Nampaknya  mereka gelisah  dengan perkembangan Partai Nasdem yang begitu cepat akhir-akhir ini," ungkapnya.

Lanjut dia, indikasi politisasi dalam kasus Tommy Hindratno tersebut begitu terasa jika kita melihat banyaknya pihak yang mempertanyakan darimana dana Partai Nasdem. Secara umum akan selalu ada pihak-pihak yang memanfaatkan aktivitas KPK dalam memberantas korupsi demi kepentingan politik.

"Kami menyerukan kepada KPK agar tetap profesional menjalankan tugas mereka dan tidak terjebak permainan politik. Jangan sampai niat tulus dan kerja-keras KPK justru dibajak oleh kepentingan politik sesaat," tuturnya.

"Perlu kami ingatkan bahwa KPK periode sebelumnya pernah anjlok reputasinya  gara-gara tuduhan telah terkooptasi kekuatan politik tertentu ketika bergerak sangat lambat dalam menangani kasus Nazarudin," tandasnya. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya