Berita

Patung MH Thamrin

On The Spot

Cegah Tangan Jahil, Patung MH Thamrin Dijaga 24 Jam

Habiskan Rp 2 Miliar Dari Sumbangan Donatur
MINGGU, 10 JUNI 2012 | 09:24 WIB

RMOL. Zai berjongkok di taman di belakang patung Mohammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat. Pandangannya tertuju ke lampu sorot berwarna hitam bermerek Artolite.

Zai adalah Sales Executive PT Abetama Sempurna, perusahaan yang memproduksi lampu tem­bak tersebut. Perusahaan ini di­tun­juk sebagai rekanan proyek pem­bangunan patung MH Tham­rin. Patung ini diresmikan 3 Juli lalu.

“Saat peresmian patung ini saya tidak datang. Sekarang saya datang ke sini hanya untuk me­ngecek bagaimana lampu ini,” te­rang berambut klimis ini.

Lama memperhatikan, Zai ke­mu­dian mengeluarkan sebuah buku catatan dari tas hitam milik­n­ya. Di buku itu, dia mulai me­nulis hasil pengamatannya ter­ha­dap lampu itu. Mulai dari voltase, posisi lampu hingga letak pema­sangannya ditulis lengkap.

Lampu sorot tersebut berben­tuk segi empat berukuran 15x20 cm. Bentuknya gepeng. Lampu ini dipasang di lantai taman yang su­dah dicor dengan semen.

Em­pat baut menjadi pengikat­nya agar tak lepas. Demi ke­ama­nan, lam­pu ini ditutup de­ngan besi yang melindungi se­lu­ruh bagiannya.

Posisi lampu sendiri mengh­a­dap ke atas. Cahaya kuning yang dikeluarkan lampu ini diarahkan ke patung MH Thamrin Sehingga patung ini tetap terlihat jelas pada malam hari.

Dari lampu yang satu, Zai beralih ke lampu sorot lainnya. Di taman yang mengeliling patung ini terdapat empat titik lokasi pemasangan lampu sorot. Dua di de­pan patung. Dua di belakang.

Setelah empat lampu sorot diperiksa, giliran 22 lampu taman yang diperiksa Zai. Lampu taman ini dipasang dengan meman­fat­kan rumah dari perpaduan alu­minium dan kaca setinggi 15 cm.

Lampu itu dipasang di pinggir jalan taman yang dilapisi batu granit warna hitam. Sebanyak 14 lampu dipasang di bagian kiri dan kanan jalan. Sisanya di jalan belakang patung.

Zai tampak memperhatikan de­ngan seksama lampu yang d­i­pa­sang di bagian belakang patung. Dengan ujung jari telunjuk dan jempol tangan kanannya, Zai me­nyentuh dua lampu yang me­nem­pel di lantai.

“Ada dua baut yang hampir ter­lepas dari tempatnya. Kalau ada orang iseng, lampu ini bisa dico­pot,” jelasnya sambil menunjuk baut yang hanya sedikit masuk di lubang sekrupnya.

Berapa harga lampu? Kata Zai, untuk satu lampu sorot pihaknya menjual pada kisaran harga Rp 1,8 juta sampai Rp 2 juta. Sementara untuk lampu taman Rp 500 ribu per buah.

“Tapi untuk harga 15 lampu yang ada di belakang sana, itu dijual dengan harga yang variasi mulai dari Rp 700 ribu sampai Rp 1,3 juta tergantung panjang uku­ran lampunya,” jelasnya sambil menunjuk taman yang ada di tengah jalan tidak jauh dari pa­tung MH Thamrin berada.

Jalan Medan Merdeka Selatan dibelah taman yang ditutupi rum­put hijau dan tanaman hias. Ha­nya berjarak 10 meter di belakang monumen MH Thamrin dipasang 15 lampu yang model dan jenis­nya sama dengan 22 lampu di ta­man patung. Lampu-lampu ter­sebut dipasang bertingkat.

Untuk diketahui, Minggu (3/6) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan Monumen Moham­mad Husni Thamrin. Monumen yang dilengkapi dengan taman kecil ini terletak di ujung Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Persis di sebelah bundaran air mancur patung Arjuna.

Patung MH Thamrin dibuat seniman asal Bali, Ketut Winata. Tingginya 5,3 meter. Terbuat dari perunggu Patung ini berdiri di atas landasan setinggi 2 meter.

Patung ini memperlihatkan MH Thamrin yang berdiri gagah menghadap ke arah barat.. Me­nge­nakan jas serta kopiah sambil memegang gulungan kertas.

Rencana pendirian monumen MH Thamrin yang terdiri atas pa­tung dan taman tersebut dimulai sejak pembukaan sayembara pem­buatan patung tahun 2000 lalu. Sayembara dimenangkan Ke­tut Winata. Dua belas tahun k­emudian patung ini bakal menjadi penghias baru ibu kota.

Pembangunan monument ini menyedot biaya sebesar Rp 2 mi­liar. Dananya bukan berasal dari APBD DKI Jakarta. Melainkan sumbangan dari sejumlah pihak. Nama-nama penyumbang di­aba­dikan di prasasti yang dipasang persis di belakang patung ini.

Saat Rakyat Merdeka mene­ngok monumen ini Senin lalu ter­lihat dua orang berseragam te­ngah duduk-duduk di pinggiran taman di belakang patung. Sam­bil berbincang, keduanya terus memperhatikan orang-orang yang menyeberang dari Jalan Merdeka Selatan menuju Jalan Merdeka Timur.

“Kami bukan dari Satpol PP. Tapi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Kami di sini memang untuk menjaga keindahan dan kebersihan mo­numen patung, serta taman yang ada di sini,” jelas petugas yang me­ngaku bernama Anel.

Sejak patung ini diresmikan, lanjut dia, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI memerintahkan agar menjaga kawasan monumen ini selama 24 jam. Anel mer­u­pa­kan salah satu petugas jaga yang kebagian di shift pertama.

“Menjaga patung ini ada tiga shift. Pertama dari jam tujuh pagi sampai lima sore. Kedua dari jam lima sore sampai 12 malam. Dan terakhir dari jam 12 malam sam­pai jam tujuh pagi. Satu shift ter­diri dari dua petugas,” terangnya.

Namun kalau hari libur, jumlah petugas jaga ditambah. Bisa tiga sampai empat orang  per shift. Sebab pada hari itu banyak ma­sya­rakat yang datang untuk meli­hat-lihat monumen ini. Mereka datang bersama keluarganya.

 â€œKalau cuma dua tapi yang da­tang hingga puluhan orang, pen­jagaan tidak maksimal. Apa­lagi kalau banyak keluarga yang bawa anak-anak, tentu susah men­jaga agar taman tak ru­sak. Ta­man ini dilarang di­injak,” be­ber Anel. “Se­lain itu, pen­jagaan dil­akukan un­tuk men­jadi mo­nu­men ini menjadi sa­sa­ran tangan-tangan jahil.

Dekat Jalan Besar, Tak Ada Pagar Pembatas

Warga DKI Jakarta mengeluh­kan posisi monumen Mohammad Husni Thamrin yang berada di pinggir jalan besar yang padat lalu lintas.

Rian, warga Kebon Sirih, Ja­karta Pusat berpendapat lokasi pa­tung ini kurang strategis bila ingin hendak dijadikan tempat rek­reasi masyarakat. Apalagi ti­dak ada pagar pembatas antara pa­tung dengan jalan raya.

“Faktor keamanan sangat kurang, khususnya bagi warga yang datang membawa anak-anak kecil. Namanya anak-anak, tentu bisa saja lagi“main“turun ke jalan raya tanpa diperhatikan orang tuanya,” katanya.

Menurut Rian, monumen yang dibangun lengkap dengan taman pasti akan mengundang warga untuk datang melihatnya. Se­mentara petugas yang berjaga sa­ngat minim.

 â€œLihat aja, kantor polisi ada­nya di seberang jalan sana. Kalau ada apa-apa kan susah juga da­tang­nya, apalagi kalau kondisi ja­lan lagi padat kendaraan,” ujar­nya. Ia menunjuk pos polisi di Jalan Medan Merdeka Barat.

Hal yang senada disampaikan Lia, seorang pejalan kaki yang se­dang melintas di dekat monumen. Wanita yang tinggal di daerah Sa­lemba, Jakarta Pusat ini mengu­sulkan agar warga tak menjadi­kan monumen ini tempat wisata.

“Kalau mau ada yang datang, cukup melihat dari seberang ja­lan saja, tidak perlu sampai ke da­lam taman khawatir bisa mem­­baha­yakan pengunjung yang bisa saja tertabrak kendaraan yang lewat,” ujarnya.

Menurutnya, keberadaan pa­tung MH Thamrin yang berse­­be­lahan dengan bundaran patung Arjuna Wijaya semakin mem­percantik kawasan ini.

“Patung ini menambah kein­­da­han, tapi kalau dari segi ke­ama­nan saya nilai itu kurang karena posisinya yang berada di tengah jalan,” ujar wanita yang ber­pro­fesi pegawai negeri sipil di sa­lah satu instansi pemerintah di ka­wasan Monas

Untuk diketahui, monumen ini dibangun di ujung Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat yang mengarah ke Jalan MH Thamrin. Lokasi taman berada di tengah-tengah jalan besar, baik dari arah Tugu Tani, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Abdul Muis.

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Catha­rina Suryowati mengaku, sejak awal pihaknya kesulitan mencari lokasi untuk monumen MH Thamrin.

Ia menuturkan awalnya monu­men akan di media Jalan MH Thamrin, bukan di ujung Jalan Merdeka Selatan. “Tapi karena ter­lalu sempit membuat warga tidak bisa berinteraksi di lokasi tersebut. Makanya lokasi ini yang dipilih,” kata Catharina.

Alasan memilih ujung Jalan Mer­deka Selatan karena diang­gap mudah dikunjungi warga. Apalagi letaknya juga berdeka­tan dengan kawasan Monumen Nasional (Monas) yang selama ini dijadikan tempat rekreasi bagi warga Jakarta maupun pe­lancong.

Jadi Tempat Kawula Muda Foto-foto

Rian dan pacarnya asyik me­ngambil foto dengan kamera te­lepon genggamnya. Dengan mem­belakangi patung MH Thamrin, warga Kebon Sirih, Ja­karta Pusat ini berpose de­ngan berbagai gaya.

“Kami sebenarnya tidak se­ngaja ingin kesini, tapi ingin ke Monas. Tapi karena lewat dan tempatnya bagus, kami pun ter­tarik untuk foto-foto dulu di­sini,” kata Rian.

Ia mengaku baru tahu monu­men MH Thamrin sudah di­res­mikan. Beberapa hari sebe­lum­nya, dia sempat lewat kawasan ini. Lokasi monumen masih ditutup seng.

 â€œTerus terang saya tidak tahu kapan diresmikannya. Dan se­belumnya saya juga tidak tahu, kawasan ini nantinya akan di­ba­ngun apa. Eh ternyata sebuah patung lengkap dengan taman­nya,” katanya sambil tersenyum.

Tahu patung siapa? “Kalau nama saya tahu, seperti jalan di sana yaitu Patung MH Thamrin. Tapi kalau ditanya siapa dia, itu yang saya tidak tahu,” katanya sambil menggelengkan kepala lantas tertawa.

Hal yang sama juga diakui Randy, warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Randy yang datang bersama ketiga teman­nya ke monumen MH Thamrin mengaku tidak begitu kenal dengan sosok yang diabadikan menjadi patung itu

“Yang pasti dia (MH Tham­rin) itu seorang tokoh besar atau biasa disebut pahlawan. Kalau tidak mana mungkin sampai dibuatkan patung segala di sini,” ujarnya.

Sekadar informasi, MH Tham­rin merupakan tokoh ke­lahiran Sawah Besar, Jakarta Pu­sat 16 Februari 1894. Dia ada­lah pahlawan sekaligus to­koh Betawi. Pernah jadi ang­gota Dewan Rakyat (Volksraad) di era Hindia Belanda.

Ia masuk sekolah Belanda se­hingga mampu berdebat dengan bahasa bangsa kolonial itu de­ngan baik. MH Thamrin memu­lai karir sebagai pegawai ma­gang di Residen Batavia. Lalu menjadi pegawai klerk di peru­sa­haan pelayaran KPM.

Selama kurun 1927-1941, MH Thamrin yang juga kerap dipanggil Mat Sani itu duduk di Dewan Kota (Gemeenteraad) pada 1919-1941 dan di Dewan Rakyat (Volksraad). Ketika duduk sebagai anggota Dewan Rakyat dia menuntut rakyat Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda bisa berpar­le­men dan mendapatkan kemer­de­kaannya. Pemerintah kolo­nial yang tak senang atas tin­dak-tanduk MH Thamrin lalu menangkapnya.

Menjelang akhir hayat MH Thamrin ditetapkan sebagai ta­hanan rumah lantaran diang­gap melawan Pemerintah Belanda. Status itu tidak pernag dicabut hingga dia wafat pada 11 Ja­nua­ri 1941. MH Thamrin dim­a­kam­kan di pekuburan Karet Bivak.

 â€œSatu hal yang dapat dipas­tikan bahwa rasa keadilan yang dibangun dewasa ini sa­ngat­lah sulit dicari. Keper­ca­ya­an te­r­ha­dap keputusan penga­dilan ter­ma­suk salah satu san­da­ran uta­ma negara yang sangat penting, tetapi dengan banyak­nya kera­gu­an terhadap ke­net­ra­lan insti­tusi pengadilan, maka pe­me­rin­tah akan kehilangan sa­lah satu pilar terkuat untuk me­melihara ke­daulatan hukum.”

Pernyataan MH Thamrin di Handelingen Volksraad 1930-1931 ini diabadikan di mo­nu­men yang berdiri di ujung jalan yang diberi namanya itu. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

UPDATE

10 Tahun Rezim Jokowi Dapat 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05

Konflik Geopolitik Global Berpotensi Picu Kerugian Ekonomi Dunia hingga Rp227 Ribu Triliun

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04

Arzeti Minta Korban Pencabulan di Panti Asuhan Darussalam Annur Dapat Pendampingan Psikologis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58

KPK Sita Agunan dan Sertifikat dalam Kasus Korupsi BPR Bank Jepara Artha

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42

Gerindra Bakal Bangun Oposisi untuk Kontrol Parpol Koalisi?

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Imigrasi Tangkap Buronan Interpol Asal China di Bali

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Hari Ini, Andi Arief Terbang ke India untuk Transplantasi Hati

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23

Prabowo Hadiri Forum Sinergitas Legislator PKB, Diteriaki "Presiden Kita Berkah"

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11

Akomodir Menteri Jokowi, Prabowo Ingin Transisi Tanpa Gejolak

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59

Prabowo Tak Akan Frontal Geser Jokowi

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44

Selengkapnya