komisi pemberantas korupsi
komisi pemberantas korupsi
RMOL. Komisi Pemberantasan Korupsi belum bergerak cepat menindaklanjuti laporan Anita Agnes Alex, bekas istri Brigjen Yuskam.
ANITA Agnes AlexÂanÂdra melaÂporkan bekas suaminya ke KPK. Menurut Agnita, bekas suaminya itu memperoleh harta miliaran rupiah saat menÂjabat Direktur Satuan Polisi Air dan Udara Polda Riau. Kini, YusÂkam menjabat Direktur KeÂjaÂhatan Ekonomi Deputi Bidang Ekonomi Badan Intelijen Negara (BIN).
Agnes meminta KPK meneliÂsik harta Yuskam berupa rumah, properti, aparÂteÂmen, deposito dan investasi. Dia juga menyoal uang 2,5 miliar Yuskam untuk memÂbeli apartemen.
Menurut Agnes, penghasilan YusÂkam tidak mungkin cukup untuk membeli apartemen terÂsebut. “Apakah polisi bisa memÂbeli apartemen seharga 2,5 miliar rupiah lebih,†tegasnya.
Menanggapi langkah Agnes itu, Kepala Biro Humas KPK JoÂhan Budi Sapto Prabowo meÂnyaÂtakan, setiap laporan masyarakat akan ditindaklanjuti. Tapi, dia buÂru-buru menambahkan, KPK tidak bisa terburu-buru menyimÂpulÂkan ada pelanggaran.
Langkah pertama, penyidik KPK akan memvalidasi laporan. Apa saja bukti-bukti yang diserÂtakan dalam laporan tersebut. ApaÂkah bukti-bukti itu cukup kuat untuk ditindaklanjuti, akan ditenÂtukan pada tahap ini.
“SeÂtelah itu, barulah kami meÂlangÂkah pada pengumpulan bukti lain dan pemanggilan saksi-saksi. Jadi, sampai saat ini kami belum mengagendakan pemanggilan saksi-saksi,†ujarnya.
Menurut Johan, Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Yuskam sudah disamÂpaikan sejak 27 Januari 2012.
Akan tetapi, Johan beÂlum bisa mengemukakan, apaÂkah harta itu hasil gratifikasi. SoalÂnya, dugaan gratifikasi tersebut masih diproses.
Kadiv Humas Polri IrÂjen Saud Usman Nasution meÂnyaÂtakan, kepolisian tidak ikut camÂpur mengenai laporan tersebut.
Polri menyeÂrahÂkan prosesnya kepada KPK. “Itu urusan KPK, nanti akan berÂproses,†ujarnya.
Terkait laporan Agnes meÂngenai dugaan penganiayaan terhÂadap dua anaknya, Saud meÂnyaÂtakan, hingga saat ini polisi belum memeriksa Yuskam selaku terÂlapor.
Menurut Saud, pemeÂrikÂsaan terlapor akan dilaksanakan polisi setelah selesai mengorek keÂteÂrangan Agnes.
“Kami periksa peÂlapornya dulu untuk memÂbukÂtikan apa yang dikataÂkanÂnya,†ujar dia.
Yuskam menyayangkan langÂkah bekas istrinya yang memÂbuka persoalan ini ke publik. YusÂkam menduga, laporan-laporan Agnes dilatari upaya merebut dua anak yang sejak tahun 2004 diasuhÂnya.
Dia pun menampik seÂmua tudingan Agnes. “Tidak ada itu,†ucapnya saat dikonÂfirÂmasi.
Secara terpisah, bekas kuasa hukum Agnes, Tumbu Saraswati memÂbenarkan, kliennya pernah melaporkan dugaan pengÂaniayaan itu kepada Ani YuÂdhoÂyono, istri Presiden Susilo BamÂbang Yudhoyono.
Tetapi, Tumbu yang kini koÂmiÂsioner Komnas HAM, mengaku tidak mengetahui tinÂdakÂlanÂjut laporan dugaan penganiayaan anak berusia 14 dan 12 tahun itu.
KPK Tak Sebatas Terima LHKPN
Syarifuddin Suding, Anggota Komisi III
Anggota Komisi III DPR SyaÂÂrifuddin Suding meminta KPK cermat menelusuri LaÂporÂan Harta Kekayaan PenyeÂlengÂgara Negara (LHKPN). Bukan tak mungkin, LHKPN yang diÂsampaikan ke KPK tidak sesuai kondisi kekayaan pejabat seÂsungÂguhnya.
“Dengan begitu, dugaan peÂnyelewengan yang terjadi bisa lebih cepat diidentifikasi,†kaÂtanya, kemarin.
Dia menyatakan, keÂjangÂgalÂan harta pejabat semestinya seÂgera ditelusuri Komisi PemÂbeÂranÂtasan Korupsi. “KPK henÂdakÂnya langsung mengecek duÂgaan penyelewengan,†tanÂdas anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura ini.
Sehingga, kasus-kasus duÂgaÂan gratifikasi tidak berlarut-laÂrut. Peran bidang LHKPN di KPK, ingatnya, juga tidak seÂbaÂtas menerima laporan semata. “Tidak sebatas berperan adÂmiÂnisÂtratif. Tapi, lebih memberi konÂtribusi ke arah penertiban dan penegakan hukum,†tegasÂnya.
Syarifuddin memahami, upaÂya tersebut tidak mudah bagi KoÂmisi Pemberantasan KorupÂsi. Namun setidaknya, upaya meÂnuju penegakan hukum yang lebih positif mesti dilakukan lembaga superbodi ini.
Menyikapi laporan Anita AgÂnes Alexandra, Syarifuddin meÂnyatakan, idealnya laporan itu disikapi secara obyektif. Motif pelapor hendaknya juga diungÂkap secara transparan. SehingÂga, proses hukum yang diambil menjadi proporsional.
Tapi, laporan mengenai graÂtiÂfikasi juga tidak boleh dikeÂsamÂpingkan begitu saja. KeÂmungÂkinan adanya unsur graÂtifikasi di situ, menurutnya, saÂngat terbuka. Karena itu, kasus ini sepatutnya jadi pemÂbeÂlajarÂan bagi pejabat negara lain. Tidak hanya bagi pejabat keÂpolisian.
Yang lebih penting, meÂnurutÂnya, pengusutan dugaan gratiÂfiÂkasi tak boleh berhenti sampai pada laporan bekas istri Brigjen Polri itu. “Kemungkinan adaÂnya dugaan gratifikasi yang leÂbih besar, bisa ditemukan lewat keÂcermatan menelusuri LHKPN,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59
Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39
Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16
Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55
Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36
Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16
Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58
Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32
Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15
Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52