Berita

ilustrasi, Evakuasi Korban Sukhoi

On The Spot

Berbagi Dengan Marinir, Bekal Makanan Habis Sehari

Kisah Tersisa Dari Evakuasi Korban Sukhoi
KAMIS, 24 MEI 2012 | 09:03 WIB

RMOL.Ade Wahyudi menggambar sketsa dan denah Gunung Salak di white board. Bekas ketua Bekas ketua Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia (UI) itu lalu lalu menunjukkan lokasi ditemukannya puing-puing pesawat Sukhoi Superjet 100.

Ade ingat persis lokasinya ka­rena terlibat dalam proses pen­carian dan evakuasi terhadap kor­ban pesawat naas itu. “Kami dari Mapala UI yang terdiri dari em­pat orang yang pertama tiba di lo­kasi,” kata dia saat rapat evaluasi misi pencarian korban Sukhoi di markas Mapala di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgima) UI, Depok, kemarin.

Pusgima yang berlantai dua ter­letak di belakang gerbang kam­pus. Di sini terdapat ruangan-rua­ngan yang menjadi sekretariat se­luruh organisasi kemahasiswaan.

Sekretariat Mapala mudah di­te­mukan karena di depannya di­pa­sang papan nama. Ruangan yang dijadikan sekretariat ber­uku­ran 3x4 meter. Ruangan itu disekat menjadi dua dengan pem­batas le­mari kayu yang ditaruh di tengah.

Ruangan di sebelah kanan un­tuk menerima tamu sekaligus pen­­daftaran calon anggota. Di sini hanya ada meja dan bangku kayu panjang yang diletakkan di pojok. Sebelah kanan ruangan, biasa­nya digunakan untuk me­nerima tamu sekaligus pen­daftaran bagi calon anggota Ma­pala. Hanya ada meja kayu panjang dan bangku kayu.

Dua unit komputer diletakkan di meja di ruangan sebelahnya. Papan tulis putih (white board) beruku­ran besar dipasang di tembok sebelah kanan. Sejumlah gambar pemandangan alam juga meng­hiasi dinding ruangan itu.

Ruangan ini penuh sesak saat Ade memaparkan proses pen­ca­rian dan evakuasi korban Sukhoi. Pesawat buatan Rusia itu hilang kontak saat joy flight Rabu, 9 Mei 2012. Komunikasi terputus sete­lah pilot meminta izin petugas Air Traffic Control (ATC) di Bandara Soekarno-Hatta untuk men­u­run­kan ketinggian pesawat ke 6.000 kaki.

Pencarian lewat udara menda­pat­kan gambar puing-puing ba­dan pesawat yang berwarna putih di salah satu tebing di Gunung Salak.

Ketika tersiar kabar Sukhoi hi­lang kontak, Ade segera meng­hu­bungi rekan-rekannya di Mapala UI. “Saya telepon Ketua Mapala yang sekarang untuk meminta agar dicari 3-4 orang agar ikut ber­sama saya ke Gunung Salak. Lantas terkumpul 4 orang terma­suk saya dan segera berangkat ke Gunung Salak pada Kamis dini hari,” kata mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas MIPA ini.

Selama ini Gunung Salak kerap menjadi lokasi latihan bagi Ma­pala UI. Baik untuk peng­kaderan anggota baru maupun mengasah keahlian anggota lama.

“Kami hampir paham dan sudah mengenal karakteristik Gu­nung Salak. Makanya ketika ada informasi dimana posisi jatuhnya pesawat, kami membaca navigasi dan langsung bisa menemukan lokasinya,” jelasnya.

Ade dan tiga anggota Mapala UI naik dengan membawa ber­bagai perlengkapan mulai peta, tali, alat-alat rescue serta ma­ka­nan untuk tiga hari ke depan. Na­mun bekal itu habis dalam waktu sehari. “Teman-teman dari Ma­rinir kekurangan logistik. Maka kami berbagi saat sudah tiba di lokasi,” kata pria berkulit hitam ini sambil tertawa.

Menurut dia, tim Mapala ber­sama Marinir yang pertama tiba di lokasi jatuhnya Sukhoi pada sekitar pukul 10 hari Jumat (11/5). Di hari kedua pencarian, Ade Cs memutuskan turun karena ke­habisan logistik. Di lokasi jatuh­nya pesawat sudah ada tim dari TNI dan Badan SAR Nasional. “Saya harus bergantian dengan tim Mapala UI yang lain untuk membantu di lokasi,” jelasnya.

Hingga akhir terakhir proses evakuasi, ada empat tim dari Mapala UI yang bergantian mem­bantu menurunkan para korban dari Gunung Salak.

Sebenarnya, kata Ade, Mapala UI sudah menugaskan tim kelima untuk berangkat ke Gunung Salak. “Tapi saat tim kelima akan berangkat, Basarnas sudah pu­tus­kan menutup evakuasi,” jelasnya.

Fariska Aryani, Humas Mapala UI mengatakan tim yang ditu­runkan sudah mengenal medan di Gunung Salak. Apalagi seb­e­lum­n­ya, Mapala UI pernah ikut me­lakukan pencarian pesawat Cassa yang juga jatuh pada 2008 lalu. Pesawat itu jauh di puncak dua Gunung Salak dengan ketinggian 4.000 kaki.

“Dibandingkan (evakuasi) Cas­sa, medan pencarian pesawat Sukhoi jauh lebih sulit. Karena kemiringan dan keberadaannya di lembah, membuat kami benar-be­nar memilih tim yang tepat untuk diterjunkan kesana,” ungkapnya.

Mahasiswi semester V Fa­kultas Psikologi ini melanjutkan, Mapala UI selalu menerjunkan anggota­nya dalam misi kema­nu­siaan. “Mi­salnya saat tsunami Aceh, gempa bumi di Yogya­karta, tsu­nami di Mentawai sam­pai terakhir bencana Merapi,” terangnya.

Menurut Fariska, organisasi kemahasiswaan ini memiliki ke­giatan di internal maupun ekster­nal. Di internal yakni rapat, pe­nyu­sunan program dan pem­berian materi kepada anggota.

“Biasanya berupa pengenalan dasar pecinta alam, ba­gaimana membaca navigasi dan peta serta pengetahuan alam. Aplikasinya ketika mereka be­rada di alam, misalnya naik gu­nung, menye­lam, arung jeram. Tapi utamanya adalah naik gu­nung,” terangnya.

Bagi calon anggota Mapala akan mendapat pembekalan bia­sa­nya dari para senior selama enam bulan. Dalam rentang wak­tu itu, calon akan akan dilatih fi­sik­­nya untuk naik gunung setiap dua hingga tiga minggu sekali.

Banjir Penghargaan, Dapat Rp 100 Juta

Mapala UI kebanjiran peng­har­gaan karena terlibat dalam pencarian dan evakuasi korban pe­sawat Sukhoi. Kemarin, dua penghargaan diterima orga­nisasi mahasiswa pencinta alam itu. Yakni dari Rektor UI dan pemerintah.

Rektor UI Gumilar R So­man­tri memberikan penghargaan ke­pada Ketua Mapala, Muham­mad Izmatullah, di Balai Kirti, Gedung Rektorat UI, Depok. Peng­hargaan itu diberikan se­bagai bentuk kebanggaan kam­pus atas mahasiswanya yang ter­libat dalam misi kemanusiaan.

“Penghargaan ini bukan se­mata wujud kebanggaan kami kepada warga UI, tetapi juga agar ke depannya Mapala UI bersama organisasi mahasiswa lainnya dapat lebih sigap de­ngan operasi kemanusiaan se­perti ini,” kata Gumilar.

Menurutnya, di balik kese­der­hanaannya Mapala UI me­miliki tujuan sangat luhur, yak­ni me­mupuk kecintaan pada negeri melalui kegiatan di alam bebas.

“Kami tidak pernah men­du­ga, tapi Mapala yang memiliki solidaritas tinggi atas bimbi­ngan yang baik dari para se­nior­nya akhirnya berinisiatif terjun ke lokasi musibah,” ungkapnya.

Kata Gumilar, sebagai orang tua dirinya bangga atas ke­cintaan Mapala UI yang tanpa pamrih kepada semua. “Kami berharap agar Mapala dapat terus berperan dan lebih besar lagi,” pungkasnya.

Di Bandara Halim Perdana Kusuma, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyerahkan peng­hargaan kepada Mapala UI.

Penghargaan itu merupakan apresiasi pemerintah kepada tim yang telah bekerja keras men­cari korban. Menurut Agung, apa yang dilakukan tim SAR bukan hal yang mudah. Butuh ko­mit­men yang tinggi dan pantang menyerah. “Saya m­e­lihat tim ini mempunyai mo­tivasi yang kuat,” kata Agung.

Sebelumnya, Mapala UI mendapat uang Rp 100 juta dari TNI AL atas kerjasama yang dilakukan dalam mencari korban Sukhoi. Bantuan dana itu untuk mendukung kegiatan Mapala UI.

Ketua Mapala UI Ismatullah ter­kejut atas apa yang dipero­leh organisasinya. Dia sama se­kali ti­dak menyangka misi ke­ma­nu­sia­an yang dilakukan tim­nya di­balas dengan banyak penghargaan.“Ini merupakan satu hal yang tak terduga. Sebab niat awal kami kan membantu, mencoba berkontribusi. Tidak menyangka sampai sejauh ini apresiasinya,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

10 Tahun Rezim Jokowi Dapat 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05

Konflik Geopolitik Global Berpotensi Picu Kerugian Ekonomi Dunia hingga Rp227 Ribu Triliun

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04

Arzeti Minta Korban Pencabulan di Panti Asuhan Darussalam Annur Dapat Pendampingan Psikologis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58

KPK Sita Agunan dan Sertifikat dalam Kasus Korupsi BPR Bank Jepara Artha

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42

Gerindra Bakal Bangun Oposisi untuk Kontrol Parpol Koalisi?

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Imigrasi Tangkap Buronan Interpol Asal China di Bali

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Hari Ini, Andi Arief Terbang ke India untuk Transplantasi Hati

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23

Prabowo Hadiri Forum Sinergitas Legislator PKB, Diteriaki "Presiden Kita Berkah"

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11

Akomodir Menteri Jokowi, Prabowo Ingin Transisi Tanpa Gejolak

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59

Prabowo Tak Akan Frontal Geser Jokowi

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44

Selengkapnya