RMOL. Djunimar tampak serius memperhatikan rangkaian kereta yang terparkir di depan Stasiun Pasoso, Tanjung Priok. Masinis kereta kargo ini terlihat takjub.
“Meskipun bekas, tapi kereta ini jauh lebih bagus dibandingÂkan kereta Jepang lainnya yang perÂnah dikirim ke Indonesia,†katanya.
Kereta rel listrik (KRL) seri 6000 bekas dari Jepang itu tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, JaÂkarta Utara, Senin malam (14/5). Sepuluh unit gerbong diturunkan dari kapal MV Eastern Frontier.
“Gerbong-gerbong itu langÂsung dirangkai menjadi satu keÂreta yang jumlah 10 gerbong. Sama seperti KRL yang berÂopeÂrasi di Jakarta,†kata Djunimar.
Stasiun Pasoso berada di dalam Pelabuhan Tanjung Priok. Nama stasiun ini jarang terdengar kaÂreÂna memang bukan untuk pemberÂhentian kereta penumpang.
Stasiun ini adalah tempat pemÂberhentian kereta yang akan meÂngangkut peti kemas. Setelah diÂturunkan dari kapal, peti kemas diÂangkut dengan crane ke kereta. Dari sini, peti kemas diantar ke sejumlah daerah.
Tak ada peron di stasiun yang memiliki tiga jalur rel ini. Kereta eks Jepang itu ditempatkan di rel tengah. Dicat warna silver deÂngan strip warna hijau di seÂpanÂjang rangkaian gerbong.
Angka 6125 terpampang di sebelah kanan ruang kaca yang biasa dijadikan tempat masinis. SeÂmentara persis diatas kaca deÂpan ruang masinis tedapat sederet huruf kanji yang diakhiri dengan tulisan angka 97 E.
Semua pintu gerbong mulai dari tempat masinis hingga gerÂbong belakang tertutup. Di beÂbeÂrapa gerbong terlihat kaca jendela yang terbuka. Di kaca-kaca gerÂbong ditempel kertas merah deÂngan tulisan kanji.
Bagaimana kondisi dalamnya? Nuansa Jepang langsung terasa keÂtika memasuki gerbong. Di laÂngit-langit gerbong tampak berÂgelantungan poster-poster iklan dengan gambar pria dan wanita Jepang berikut tulisan kanji. DinÂding maupun kaca gerbong juga dipenuhi poster-poster iklan.
Bagi yang pernah naik kereta ekoÂnomi AC atau commuter line tentu tak asing dengan interior keÂreta eks Jepang. Sebab commuter line yang telah beroperasi juga diÂdatangkan dari negara Sakura itu.
Di dalamnya terdapat dua bangÂku yang bentuknya memanjang. Bangku dipasang di dinding gerÂbong. Posisinya berhadap-haÂdaÂpan. Bangku penumpang itu diÂlapisi sarung jok berwarna merah maron. Panjang bangku sekitar 3 meter. Bisa diduduki 12-15 peÂnumpang.
Masing-masing bangku dibaÂtasi papan coklat yang tingginya sejajar dengan senderan yang ada di bangku. Persis di bagian beÂlaÂkang bangku terdapat dua kaca jendela yang bisa dibuka dan diÂtutup dengan cara didorong ke baÂwah maupun ke atas.
Lantai gerbong bagian tengah dilapisi karpet plastik dengan corak serat kayu. Bagian langit-laÂngit dipasang besi panjang unÂtuk pegangan penumpang yang tidak kebagian tempat duduk.
Meskipun kereta ini untuk jarak dekat namun disediakan rak di atas tempat duduk untuk meÂleÂtakkan barang. Mengamati gerÂbong dari luar, terlihat bagian atap yang berwarna kecoklatan. Karat mulai menggerogoti bagian itu.
Sejak selesai dirangkai, kereta eks Jepang ini belum pernah diÂnyalakan. Eva Chairunnisa, Manager Komunikasi PeruÂsaÂhaÂan PT KAI Commuter JaÂboÂdeÂtaÂbek (PT KCJ) memastikan kereta ini masih baik walaupun bekas. SeÂbelum dikapalkan ke IndoÂnesia, kereta itu masih digunakan di Jepang.
“PT KCJ yang merupakan anak perusahaan dari PT KAI memÂbelinya melalui proses tender di Jepang. Dan sebelum pembelian, teknisi sudah melakukan proses penilaian tentang kelayakan keÂreta,†terangnya kepada Rakyat Merdeka. Eva berani menjamin KRL ini masih bisa digunakan untuk 20-30 tahun.
Kereta Buatan 1976 Masih Dioperasikan
Suku Cadangnya Sudah Nggak Ada
Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi (daops) I Mateta RiÂzaÂlulÂhaq kepada Rakyat Merdeka.
Beruntung, lanjut Mateta, konÂdisi tersebut tidak berlangsung lama sehingga jadwal keÂbaÂrangÂkatan kereta yang lain tidak terÂganggu. Karena KRL yang berÂhenti di tengah jalan itu langsung ditarik mundur kembali ke StaÂsiun Manggarai.
“Tapi kereta teÂtap tidak bisa jalan. Dan penumÂpang yang ada di dalam diperinÂtahkan untuk pindah rangkaian. KeÂreta tersebut sudah dibawa ke Balai Yasa untuk perbaikan,†ungkapnya.
suÂÂdah uzur. Rata-rata kereta buaÂtan tahun 1976. Kalau ingin dibeÂtulkan sparepart-nya suÂdah tidak ada,†lanjutnya.
Syaheran menjelaskan, sediÂkitÂnya ada 110 unit kereta yang suÂdah layak beroperasi. Kendati deÂmikian, pihak KCJ tetap meÂngoÂperasikan kereta-kereta tua ini karena belum ada penggantinya.
“Lagipula kalau diganti dengan kereta commuter line, saudara-saudara kita yang mungkin belum beruntung, kira-kira bisa memÂbayarnya nggak. Hal itu yang kita pikirkan juga karena mereka haÂrus diangkut,†tambahnya.
Ditarik Ke Balai Yasa Untuk Dipermak
Sebelum dioperasikan, keÂreta eks Jepang akan ini diÂbawa ke Balai Yasa. Lantaran belum meÂmiliki rangkaian listrik, keÂreta ini akan ditarik lokomotif dari Stasiun Pasoso ke bengkel kereta yang tak jauh dari StaÂsiun Manggarai itu.
“Di Balai Yasa akan diranÂcang ulang eksterior dan interior kereta sesuai dengan yang ada di Indonesia. Setelah itu, kereta akan melalui proses sertifikasi di Ditjen KA KeÂmenÂhub untuk bisa beroperasi,†kata Eva, Manager, KoÂmuniÂkasi PT KCJ.
Proses sertifikasi atau memÂperoleh surat izin kelayakan operasi ini makan waktu dua minggu. Sertifikasi merupakan syarat mutlak bagi kendaraan umum yang akan beroperasi atau digunakan untuk tujuan komersil.
Apalagi, rencananya kata Eva, KRL buatan Jepang ini keÂlak akan akan dioperasikan unÂtuk commuter line atau KRL EkoÂnomi AC untuk wilayah Jabodetabek. “Karena memang KRL itu dibeli oleh PT KCJ seÂbagai perusahaan yang memÂpunyai tugas dalam hal sarana, yakni pengadaan armada,†ungkap Eva.
Berapa biaya untuk menÂdaÂtangkan kereta eks Jepang itu? “Setiap unit itu harganya berÂbeda-beda,†kata Eva. Namun dia enggan membeberkan lebih jauh.
Angkut 1,2 Juta Orang Per Hari
PT KAI Commuter Lina JaboÂdetabek (KCJ) akan terus menÂdatangkan kereta bekas dari JeÂpang hingga 2019. Anak peruÂsaÂhaan PT Kereta Api IndoÂneÂsia itu menargetkan pada tahun itu sudah memiliki 1.440 kereta.
Pada April, 20 unit lebih dulu tiba di Stasiun Pasoso, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sepanjang tahun 2012, PT KCJ menarÂgetkan mendatangkan 140 unit kereta dari Jepang. Menurut Sekretaris PeruÂsaÂhaan PT KCJ Makmur SyaheÂran, 1.440 unit kereta itu mamÂpu mengangkut 1,2 juta orang per hari.
“Pengadaan armada akan teÂrus dilakukan untuk meningÂkatÂkan pelayanan kepada maÂsyaÂrakat, khususnya di bidang peÂnyediaan sarana,†kata MakÂmur. Ia menginformasikan akÂhir buÂlan, pihaknya akan kemÂbali menÂdatangkan kereta dari Jepang.
Tak hanya menambah armaÂda, PT KCJ juga berencana meÂnambah jumlah rangkaian keÂreta yang ada saat ini. Dari deÂlapan gerbong menjadi 10 gerÂbong setiap rangkaian.
Penambahan rangkaian gerÂbong ini merupakan salah satu cara mengatasi kemacetan JaÂkarta. PT KCJ juga berÂkoÂmitÂmen membangun lima stasiun baru di Jabodetabek dan memÂbeÂnahi enam stasiun yang telah ada seperti Manggarai dan JaÂtinegara.
Tak hanya itu, realisasi proÂgÂram 1,2 juta penumpang harus diikuti dengan peningkatan kapasitas prasarana lainnya. “Seperti stabling (tempat parkir KRL), penambahan gardu lisÂtrik termasuk penambahan daya listrik, perbaikan persinyalan, peninggian dan perpanjangan peron serta penambahan kaÂpaÂsitas depo perawatan,†kata MakÂmur. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44