Berita

ilustrasi bbm

HARGA BBM

Syarif Hasan: Istilah APBN Jebol Kurang Bermakna

SENIN, 16 APRIL 2012 | 21:51 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Pemerintah tak henti-henti membanggakan pertumbuhan ekonomi nasional di 2011 yang menggapai angka 6,5 persen. Dan salah satu akibat dari pertumbuhan yang diklaim pemerintah itu merambah pada dunia koperasi dan kegiatan ekonomi kecil menengah yang melejit.

"Sekarang ini ada 55,2 juta unit UKM yang disebabkan pertumbuhan ekonomi yang bagus akibat belanja pemerintah yang semakin tinggi. Salah satu bentuk program pendukung pemerintah menyangkut program pembiayaan," kata Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan, dalam kesempatan temu warga pelaku koperasi dan UKM di gedung Setda Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Senin (16/4).

Pertumbuhan ekonomi ditegaskannya tidak melupakan subsidi bagi rakyat dari APBN yang bernilai Rp 1500 triliun itu. Hanya saja, subsidi mesti tepat sasaran dan mempunyai skala prioritas. Dia menjabarkan, subsidi paling besar adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 200 triliun, listrik Rp 100 triliun, belum lagi subsidi untuk pendidikan dan kesehatan rakyat dan suku bunga. Totalnya untuk subsidi sebesar Rp 340 triliun, dari Rp 1500 triliun APBN.


"Untuk itulah pemerintah ajukan ke DPR supaya subsidi BBM itu tak terlalu besar. Sebaiknya subsidi BBM dikurangi sedikit melalui pembangunan infrastruktur. Keputusan DPR, jika harga minyak dunia sudah naik lebih dari 15 persen dalam waktu enam bulan, subsidi akan membengkak maka harga BBM harus dinaikkan," terangnya.

Tapi Syarif Hasan pun menepis istilah "APBN Jebol" yang sering digunakan sebagian kalangan untuk menyebut timpangnya alokasi anggaran. "Bukan APBN jebol, istilah itu kurang bermakna. Tapi yang lebih penting adalah kalau terlalu besar subsidi BBM, anggaran untuk bantu sektor yang lain tidak ada," tegasnya.

Pemerintah berusaha keras untuk mengalihkan subsidi BBM itu untuk membangun infrastruktur dan program lain demi menimbulkan kepercayaan dari pelaku ekonomi atau investor.

"Kalau kita tak punya dana untuk infrastruktur dan lainnya maka akan timbul ketidakpercayaan pelaku ekonomi pada pemerintah dalam mengurus postur anggaran. Kalau begitu, ekonomi turun dan kemudian ekonomi koperasi dan UKM akan semakin turun," tutur Syarif.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya