Berita

rizal ramli

SBY-Boediono Menyesatkan, Subsidi Ladang KKN Pemerintah!

KAMIS, 12 APRIL 2012 | 22:19 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. Selama tujuh tahun SBY jadi presiden, tiga kali anggaran belanja negara naik. Tapi pertanyaanya, mengapa kemiskinan semakin bertambah dan hidup rakyat semakin susah saja?

"Zaman Soeharto hanya 30 persen yang dikorupsi. Sekarang korupsi dilakukan bukan hanya pada level pelaksanaan, tapi juga pada level pembahasan termasuk di DPR. Inilah yang mengakibatkan anggaran naik tiga kali tapi nyaris tidak sampai ke rakyat. Tidak sampai ke rakyatnya nyaris sempurna," ujar ekonom yang juga tokoh perubahan, DR. Rizal Ramli, dalam acara Saresehan Anak Negeri di Jakarta, Kamis malam (12/4).

Hal mendasar lain yang membuat rakyat miskin makin banyak sekalipun ada banyak program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi hal itu, lanjut dia, adalah karena kesalahan pikir dari pemerintah dalam merancang bangun postur anggaran pada khususnya, dan perekonomian nasional kita pada umumnya. Konstruksi yang dijalankan rezim SBY-Boediono sangat neolib, alias memuja pasar bebas. Harga-harga dipaksakan naik sesuai dengan harga internasional. Biaya kesehatan, biaya energi dan yang lainnya dipatok dengan biaya internasional, sementara pada saat yang sama pemerintah sama sekali tidak peduli dengan besaran pendapatan rakyat.


"Harga-harga dipaksa dinaikkan sementara pendapatan rakyat pendapatan Melayu, pendapatan sangat rendah yang hanya cukup untuk makan saja. Ini sama artinya mendorong puluhan juta rakyat masuk ke jurang kemiskinan. Walaupun anggaran ditambah tapi sistem sendiri memaksa rakyat menjadi miskin. Ini rezim neolib yang sangat bertentangan dengan UUD 45," kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu.

Jelas, sambung Rizal, pola pikir rezim SBY-Boediono sangat sesat. Bagaimana bisa, seorang sopir taksi misalnya, harus membayar 2 juta rupiah untuk menyekolahkan anaknya ke SD, dan untuk SLTP 3-4 juta rupiah, sementara disebut-sebut anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen dalam anggaran belanja negara.

"Faktanya kan begitu. Ini benar-benar tidak betul," tegasnya.

Mantan Menteri Keuangan ini tak habis pikir kenapa pemerintah dan elit kekuasaan mengotak atik permasalahan subsidi BBM yang kalau dicabut hanya menambah APBN sekitar 14 triliun saja, sementara sama sekali tidak mempermasalahkan subsidi bunga obligasi sebesar 60 triliun rupiah yang dinikmati para bankir. Bukankah subsidi yang diterima para para bankir ini yang seharusnya dipermasalahkan?

"Ini (subsidi BBM) ecek-ecek, kenapa tidak subsidi bunga obligasi yang dipermasalahkan. Kenapa ini tidak pernah ada yang meributkan," tanyanya.

Dari konteks itu, kata mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) ini mengingatkan, subsidi tak lain hanya sebagai lahan KKN di pemerintahan. Rakyat dicekoki seolah-olah subsidi buat rakyat padahal sebenarnya tidak. Rakyat hanya menanggung pil pahit saja.

"Kenapa tidak disikat mafia Migas yang mendapatkan manfaat dari setiap impor. Kenapa tidak ini dulu yang disikat," tantang mantan aktivis mahasiswa yang pernah dipenjara di Bandung tahun 1978/79 karena menentang rezim otoriter Orde Baru itu. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya