Presiden SBY saat ini dinilai memiliki momentum yang tepat untuk sekali lagi melakukan evaluasi terhadap kinerja kabinet. Evaluasi terhadap seluruh anggota kabinet sama pentingnya dengan mengevaluasi PKS dalam koalisi.
Apalagi, selama ini para menteri yang ada banyak yang belum mampu mengimplementasikan janji-janji SBY ketika kampanye pada 2009 lalu.
"Kita tidak boleh hanya fokus pada urusan politik saja. Relasi PKS dan koalisi kan hanya sebatas persoalan urusan politik saja. Yang lebih substantif dilihat oleh SBY adalah performance semua anggota kabinet. Apa betul semuanya sudah melaksanakan agenda pemerintah?" ujar pengamat politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh P. Daulay kepada Rakyat Merdeka Online (Jumat, 6/5).
Lebih dari itu, menurut Saleh, masih banyak menteri yang sesungguhnya tidak membantu di saat SBY membutuhkan. Sebagai contoh, ketika isu harga BBM ini lagi banyak dipersoalkan masyarakat, banyak di antara anggota kabinet yang tidak bicara. Padahal, kenaikan BBM tersebut adalah juga kebijakan pemerintah secara kolektif.
Bahkan, yang lebih memprihatinkan, ada seorang wakil menteri yang seharusnya berada di lapisan kedua, malah menjadi perisai utama untuk menjelaskan persoalan ini kepada publik.
"Kalau betul SBY mau mengakhiri masa kepemimpinannya dengan baik, maka SBY harus berani mengganti menteri-menteri yang kinerjanya tidak baik. Terutama menteri-menteri yang katanya professional, tetapi tidak menghasilkan karya monumental", demikian Saleh mengakhiri. [zul]