Berita

ilustrasi

On The Spot

Kendaraan Peluncur Kecil, Roket Goyang Saat Melesat

Nonton Ujicoba Peralatan Militer Buatan Lokal
JUMAT, 30 MARET 2012 | 09:40 WIB

RMOL.  Toyota Hardtop bak terbuka melaju pelan di lapangan seluas dua hektar di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Kodiklat TNI AD di Baturaja,  Ogan Komiring Ilir Timur, Sumatera Selatan.

Setelah kendaraan yang mengangkut sejumlah roket  itu berhenti, rombongan orang men­dekatinya. Di rombongan itu ter­dapat Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjam­soed­din, Dankodiklat TNI AD Gatot Nurmantyon, Asrenal Laksamana Muda Ade Supandi, Dan­pus­lat­pur M Facruddin, Deputi Men­ristek Bidang Relevansi dan Pro­duk­­tivitas Iptek Teguh Raharjo, Gu­­bernur Sumsel, Pangdam II Sri­wijaya serta Kapolda Sumsel. Me­reka lalu ke kendaraan yang mam­pu menjelajah segala medan ini.

Puas melihat-lihat roket yang dibawa mobil itu, rombongan menuju tenda tentara yang berada di tengah lapangan. Jaraknya 50 meter dari Hardtop tadi. Tenda dijadikan firing control atau pusat kendali roket yang hendak dil­un­curkan. Tenda ini dilindungi tum­pukan karung berisi pasir setinggi satu meter.

Di dalam tenda diletakkan kur­si-kursi bagi pejabat yang hendak menyaksikan peluncuran roket buatan dalam negeri ini. Di depan kursi-kursi tamu diletakkan se­buah di meja. Di atasnya terge­le­tak benda mirip koper. Warnanya hitam. Terdapat sejumlah tombol di koper ini.

Dua prajurit yang mengope­rasi­kan alat kendali peluncuran ini menjelaskan fungsi dari tom­bol tersebut. Wamenhan tampak serius mendengar penjelasan yang disampaikan operator peluncuran.

Tak lama, para pejabat maupun prajurit di lapangan itu diperin­tah­kan mencari tempat berlin­dung. Perintah itu disampaikan lewat pengeras suara.

Operator pe­luncuran lalu memulai per­hi­tu­ngan mundur. “10..9..8..7..6..5..4..3..2..1. “ Tiga roket pun melesat ke udara. Suaranya menggelegar membe­lah angkasa.

Uji coba pertama roket R-HAN 122 MM pada Rabu lalu itu tak mulus. Roket sepanjang 1,8 meter itu goyang saat tinggal landas dari tempat peluncuran. Tak lurus ketika terbang.

Dua puluh menit kemudian dilakukan uji coba kedua. Kali ini lima roket yang diluncurkan ke angkasa dari truk tronton. Pelun­curan sukses. Roket yang mampu melesat 1,8 march (di atas kece­patan suara) terbang lurus ke atas.

Wamenhan dan para pejabat tampak puas menyaksikan keber­ha­silan uji coba ini. Usai pelun­curan, Wamenhan mengecek kon­disi mobil peluncur roket yang didesain PT Pindad.

Sjafrie menjelaskan pada uji coba pertama roket oleng karena kendaraan peluncur hanya sebe­rat 2,5 ton. “Waktu roket mau meluncur mobilnya goyang,” katanya.

Sedangkan pada ujicoba kedua kendaraan yang digunakan seberat lima ton. Roket pun stabil ketika diluncurkan.

Sebelumnya roket ini pernah diujicoba. Saat itu peluncuran masih dilakukan manual. Media peluncurnya masih berupa gun­du­kan tanah. Uji coba di Baturaja sudah menggunakan kendaraan peluncur dan sistem pengendali digital.

Puslatpur TNI AD di Baturaja ini sengaja dipilih sebagai lokasi uji coba roket karena jauh dari pemukiman. Area pusat latihan ini mencapai 43 ribu hektar. Hampir seluruhnya masih hutan atau ditumbuhi pohon besar.

Untuk menuju lokasi melalui jalan Trans Sumatera bagian tengah. Jalan ke lokasi uji coba sudah diaspal walaupun banyak berlubang.

Memasuki lokasi terlihat sebuah tenda militer berukuran ke­cil. Di dalamnya terdapat pa­pan yang menginformasikan spe­sifikasi roket yang akan di­lun­curkan dan daerah yang menjadi sasarannya. Satu roket contoh juga dipajang di sini.

Tak jauh dari tenda ini ada tiga militer yang ukurannya lebih besar. Inilah tenda untuk tamu un­dangan. Dua ratus meter dari sini terlihat dua kendaraan peluncur roket.  

Sjafrie mengatakan, roket ini hasil kerja sama kementeriannya dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Pembuatannya juga melibat PT Pindad, PT Dirgan­ta­ra Indonesia (DI) dan PT Kra­katau Steel.

Krakatau Steel menyediakan baja dan membuat kerangka ro­ket. PT DI membuat badan roket. Sedangkan Pindad membuat hulu ledaknya.

Uji coba melibatkan Badan Meteorogi Klimatologi dan Geo­fisika (BMKG) yang memantau kondisi cuaca dan menentukan posisi jatuhnya roket.

Institut Teknologi Bandung (ITB) juga terlibat menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gam­bar di lokasi target atau sasaran

Direktur Utama PT Pindad, Andik Alviato Soedarsono men­jelaskan roket R-HAN 122 MM mampu mengenai target sejauh 15 kilometer. Radius ledakannya 25 meter dari pusat ledakan. “Bila roket ini menghantam rumah dua lantai akan hancur berkeping-keping,” katanya.

Saat ini, roket hanya dilengkapi hulu ledak seberat 15 kilogram. Menurut Andik, kapasitas hulu ledak masih ditingkat sampai 300 kilogram.”Kami bisa membuat berkali-kali lipat daya ledaknya dibanding roket yang sedang diujicoba ini.”

Untuk produksi secara masal, kata Andik, pihaknya menunggu ke­putusan dari Kementerian Per­ta­hanan. Pindad bisa mem­pro­duksi roket yang murah. “Kami perkirakan harga setiap roketnya di bawah Rp 50 juta,” katanya.

Sjafrie menargetkan, pada ta­hun 2014, daya jelajah roket su­dah bisa mencapai lebih dari 100 kilometer. “Target tersebut opti­mis­tis tercapai dengan cara trans­fer teknologi dari negara saha­bat,” katanya.

Kementerian Pertahanan mematok harga pembuatan roket Rp 26 juta per unit. Rencananya akan dibuat seribu roket.

Melesat Melebihi Kecepatan Suara

Roket R-HAN 122 MM bua­tan Indonesia ini meru­pa­kan roket balistik tanpa ken­dali dengan sirip melipat ke­samping berkaliber 122 mi­limeter.

Panjang roket secara kese­lu­ruhan 1790 milimeter de­ngan berat total 38 kilogram dan mampu meluncur dengan ke­cepatan 1,8 march (diatas ke­cepatan suara). Jarak jang­kau roket sejauh 14 kilometer dengan waktu terbang selama 63 detik.

Sedangkan hulu ledaknya sepanjang 475 milimeter ber­bentuk tajam. Dengan berat men­capai 15 kilogram, roket ini efektif untuk meng­han­cur­kan daerah sejauh 25 meter dari titik ledakan.

Bikin 100 Roket Untuk Uji Coba

Deputi Menristek bidang Re­levansi dan Produktivitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Te­guh Rahardjo mengatakan, Konsorsium Roket Nasional (KRN) akan memproduksi 200 unit roket balistik R-HAN 122 kaliber 122 mm dengan daya jangkau 15 km.

Ini merupakan bagian dari program 1.000 roket Ke­men­te­rian Pertahanan sam­pai 2014. “Ini melanjutkan 100 unit roket R-HAN 122 yang telah di­pro­duksi pada 2011,” katanya.

Teguh mengatakan, sebanyak 32 dari 100 unit roket produksi 2011 sudah ditembakkan untuk ke­perluan latihan militer. Se­ba­nyak 68 roket ditembakkan pada bulan Februari.

Program 1.000 roket nasio­nal, lanjutnya, merupakan kerja sama antara PT Dirgantara In­do­nesia yang memproduksi struktur roketnya, LAPAN (Lem­baga Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang membuatkan mo­tor roketnya, PT Pindad mem­produksi hulu ledaknya (forehead), serta bahan baka­r­nya (propelan) oleh PT Dahana.

Tim ini juga sedang me­ngem­bangkan roket balistik kaliber 200 mm yang jarak jangkaunya lebih dari 20 km, dan roket ken­dali kaliber 200 mm yang sudah di­ujicobakan sebanyak tiga unit.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara LAPAN Soewarto Hardhienata mengatakan, pi­haknya sudah menguasai pe­ngembangan roket dasar.

Sejak tahun 1960 Lapan  mu­lai membuat sekaligus menguji roket antara lain roket standar berkaliber 70, 100, 150, 250 mm, kemudian roket RX-320 (ka­liber 320 mm) dengan jang­kauan 40 km-70km, serta roket RX-420 (kaliber 420 mm) de­ngan jangkauan 80 km-150 km.

Pada 2011, Lapan juga mem­buat dan menguji roket tiga tingkat, terdiri dari dua roket RX-420 dan satu roket RX-320. Selain itu pihaknya juga sedang mengembangkan roket RX-550 (Kaliber  550mm)

Demikian pula roket pe­ngorbit satelit yang merupakan roket 4 tingkat, sedang diper­siapkan roadmap-nya. Roket 4 tingkat ini terdiri dari dari 6 unit roket yakni 5 roket RX-420 sebagai roket pendorong dan 1 roket utama RX-320.

Kepala Biro Hukum dan Hu­mas Kementerian Ristek, Anny Sulaswatty mengatakan, uji coba roket  R-Han 122 ini menandai keberhasilan bangsa Indonesia bisa menyediakan peralatan militernya sendiri. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

10 Tahun Rezim Jokowi Dapat 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05

Konflik Geopolitik Global Berpotensi Picu Kerugian Ekonomi Dunia hingga Rp227 Ribu Triliun

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04

Arzeti Minta Korban Pencabulan di Panti Asuhan Darussalam Annur Dapat Pendampingan Psikologis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58

KPK Sita Agunan dan Sertifikat dalam Kasus Korupsi BPR Bank Jepara Artha

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42

Gerindra Bakal Bangun Oposisi untuk Kontrol Parpol Koalisi?

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Imigrasi Tangkap Buronan Interpol Asal China di Bali

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Hari Ini, Andi Arief Terbang ke India untuk Transplantasi Hati

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23

Prabowo Hadiri Forum Sinergitas Legislator PKB, Diteriaki "Presiden Kita Berkah"

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11

Akomodir Menteri Jokowi, Prabowo Ingin Transisi Tanpa Gejolak

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59

Prabowo Tak Akan Frontal Geser Jokowi

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44

Selengkapnya