Berita

ilustrasi

Kenaikan Harga BBM Bikin Nelayan Makin Miskin

KAMIS, 29 MARET 2012 | 18:37 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada awal April akan secara nyata berdampak terhadap sektor riil. Sektor perikanan pasti terpukul dengan kebijakan ini.  

Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute (IMI) Y Paonganan mengatakan tidak sepantasnya jika BBM untuk nelayan ikut dinaikkan.

"Kenaikan BBM perlu ditinjau ulang, jangan sampai nelayan kita yang sejauh ini sangat sulit akan makin sulit," kata Paonganan dalam pernyataan pers, Kamis (29/3).


Dalam kegiatan IMI ke kampus-kampus yang rutin dilaksanakan setiap bulan, dia berkomitmen mengajak para mahasiswa untuk berpikir elegan. Paling tidak ada perhatian khusus kepada nasib nelayan.

"Kalaupun tetap akan naikkan harga BBM, nelayan harus ada perlakuan khusus karena proses produksi mereka sangat tergantung BBM. Pemerintah harus memberikan perlakuan yang berbeda," ungkapnya.

Dalam pernyataan pers itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Indra Jaya juga berpendapat senada. BBM bersubsidi menurutnya tidak perlu dinaikkan, apalagi untuk nelayan.  Hal yang perlu dilakukan adalah pengawasan terhadap proses distribusi yang selama ini tidak dilakukan dengan baik.  

"Akibatnya sering terjadi pemborosan energi di tingkat kalangan ekonomi menengah ke atas," kata Indra Jaya.

Sebuah kesimpulan dari dialog bertema "BBM, Nelayan dan Kemiskinan” yang dilaksanakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB kemarin diketahui bahwa jika jumlah nelayan yang terkena dampak perubahan BBM adalah nelayan dengan kapal < 5 GT baik nelayan motor tempel atau tanpa motor, maka sesungguhnya angka kemiskinan akan meningkat dari 70 persen menjadi 85 persen.

Namun jika melihat data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan jumlah nelayan yang hanya 2.162.442 jiwa tahun 2010, maka angka penduduk nelayan miskin akan meningkat dari 1,5 juta jiwa menjadi 1,8 juta jiwa. Sebuah angka yang tidak mudah diperbaiki, termasuk dengan program BLT.  Bahkan BLT tidak akan mampu mendorong nelayan untuk berpenghasilan lebih baik dan berpenghidupan lebih layak. Di akhir diskusi ini semua peserta sepakat bahwa subsidi kepada nelayan memang diperlukan tetapi tidak dalam bentuk BLT, tetapi BLS (bantuan langsung selamat).[ald] 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya