Berita

Laode Ida/ist

Wakil Ketua DPD: Tetap Naikkan Harga BBM, SBY Semakin Terbukti Tak Pro Rakyat

RABU, 21 MARET 2012 | 10:06 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Dewan Perwakilan Daerah secara resmi menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi April mendatang. Karena itu, lewat Sidang Paripurna DPD pada Kamis (15/3), lalu para senator ini meminta pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga BBM tersebut.

Keputusan itu diambil setelah DPD mendapat masukan dari rakyat yang diwakili di seluruh Indonesia dan melihat langsung penolakan tersebut yang merata di seluruh Indonesia. Bahkan gejolak juga sudah terjadi di beberapa daerah menyikapi rencana pemerintah itu.

"Itu fakta yang tidak bisa diabaikan. DPD menangkap itu sebagai kewajiban konstitusi untuk kemudian disampaikan ke pihak terkait di Jakarta dalam hal ini adalah pemerintah," ungkap Wakil Ketua DPD Laode Ida kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Rabu, 21/3).

Selain menyaksikan bagaimana penolakan rakyat, DPD juga melakukan kajian-kajian dengan mengundang para akademisi dan pengamat. DPD memperoleh masukan kebijakan penaikan harga BBM itu sebenarnya bisa dihindarkan dengan berbagai alternatif yang harus dilakukan.

"Dan sebenarnya itu (menaikkan harga BBM) melanggar konstitusi, kalau (alasannya) harga BBM itu harus sama di (negara) mana pun. Sebetulnya konstitusi kita, intervensi negara yang sangat kuat terhadap pemenuhan hajat hidup orang banyak. Jadi itu yang jadi pertimbangan DPD," tegasnya.

DPD diakui tidak punya kekuatan dan kewenangan menolak rencana pemerintah tersebut, seperti DPR. Makanya, DPD mengapresiasi Fraksi di DPR yang menolak rencana kenaikan harga BBM itu, seperti PDI Perjuangan. Karena itu, dalam konteks ini, DPD menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah apakah permintaan DPD itu akan diterima atau ditolak.

"Kalau dia menolak, biarkan rakyat melihat. Ternyata pemerintah sangat tidak peduli terhadap aspirasi rakyat. Intinyakan seperti itu. Lagi pula ini, bukan soal diterima atau tidak sekarang. Bagaimana respons, sikap pemerintah  dengan kondisi yang ada sekarang, dimana berbagai penolakan terjadi. Kita lihat bagaiman respons Presiden. Kalau tidak sensitif, berarti semakin terbukti pemerintah tidak responsif terhadap aspirasi rakyat," tandasnya. [zul]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya