Berita

Jamaah Anshorut Tau­hid (JAT

On The Spot

JAT Punya 1.500 Anggota, Bangun Kantor Di Bogor

Bertamu Ke Markas Yang Disebut AS Sebagai Teroris
SENIN, 27 FEBRUARI 2012 | 10:06 WIB

RMOL. Kamis (23/2) Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) mengeluarkan pernyataan pedas bagi keluarga besar Jamaah Ansharut Tauhit atau JAT. Organisasi yang dipimpin terpidana kasus terorisme, Abu Bakar Baasyir itu digolongkan sebagai organisasi teroris internasional.

Seperti apa kehidupan di markas JAT? Dan bagaimana ak­ti­vitas para anggotanya? Berikut pengamatan Rakyat Merdeka, ketika bertandang ke markas JAT di Jalan Siaga 2 Nomor 42 Peja­ten  Barat, Pasang Minggu, Ja­karta Selatan, jumat siang (24/2).

Mencari kantor JAT di Jakarta termasuk pekerjaan sulit, karena tidak ada alamat pasti. Ketua JAT Jakarta, Firman menyebut kantor JAT berada di Jalan Siaga Dua, Pejaten Barat, Pasar Minggu. “Nomernya saya lupa, tapi dekat dengan toko sepatu dan jual beli mobil,” katanya.

Namun, masyarakat di Jalan Siaga Dua sudah tahu kantor JAT. Meski di depan markas JAT tak disertai dengan plang ataupun nomor rumah.

Kesan pertama begitu tiba di depan kantor JAT tak seseram yang dibayangkan AS bahwa or­ganisasi ini cukup berbahaya. Kan­tor JAT terletak di bagian belakang rumah penduduk dan  berhimpitan dengan rumah warga lainnya. Jalan masuk ke dalam hanya bisa dilalui sepeda motor. Namun tempatnya tidak terlalu jauh dengan Jalan Raya Siaga Dua, hanya sejauh tiga meter.

Kantornya mirip dengan saung. Di bagian depannya terbuka lebar, namun ditutupi dengan dua tirai bambu terbuka, sebagian untuk keluar masuk.

Masuk lebih dalam terdapat ruangan terbuka selebar 7x10 me­ter. Tidak ada barang men­cu­ri­gakan didalamnya. Di sekeliling ba­ngunan dibatasi dengan din­ding kayu. Sticker kecil bertu­liskan “Seruan Tauhid Di Bawah Ancaman mati” dengan gambar Abu Bakar Baasyir ditempel di beberapa bagian dinding kayu.

Di tengah-tengah ruangan dihamparkan tikar plastik untuk tempat bercengkrama. Di sebelah kiri ruangan terdapat beberapa tumpukan kardus yang berisi buku.

Di sisi kanan ruangan terdapat rak kecil untuk menempatkan sepatu dan sandal. Di samping kiri­nya diletakkan dua sepeda onthel yang disandarkan di din­ding dalam keadaan rusak.

Di bagian depan ditempatkan lemari kecil yang diatasnya dile­takkan televisi 21 inci. Di sam­ping kirinya tersedia dispenser dan aqua gallon. Masuk lebih da­lam terdapat dua kamar untuk tem­pat tidur pemilik rumah.

Dua anggota JAT asyik diskusi siang itu. Rosyid salah satu nama anggota JAT itu, duduk santai. Dengan membawa sebuah buku di tangan kanannya, anggota JAT ini serius ngobrol dengan anggota jamaah lainnya. “Lagi diskusi masalah keagaman,” katanya.

Rosyid mengatakan, kantor ini milik salah satu anggota jamaah dan bersifat sementara. Pria yang memakai peci ini mengatakan, kantor perwakilan Jakarta sudah ada sejak tiga tahun lalu dengan jumlah anggota yang aktif seba­nyak 15 orang. “Tapi hanya ada beberapa orang yang tinggal di sini,” katanya.

Pria yang memakai kemeja koko ini mengatakan, kegiatan JAT di Jakarta lebih banyak di­gunakan untuk berdakwah ke masjid-masjid dan berdiskusi. Saat ditanya kenapa tidak ada plang JAT, pria berumur 40 ta­hunan ini mengatakan karena kondisi kantor belum memadai. “Dalam waktu dekat ini, kami akan bangun kantor baru di dae­rah Cilengsi (Bogor),” katanya.

Soal seluk beluk organisasi, Juru bicara Jamaah Anshorut Tau­hid (JAT) Son Hadi bin Mu­hadjir membeberkannya. Dia me­ngatakan, JAT dibentuk dan ber­gerak untuk mengamalkan sun­nah Nabi Muhammad sho­lallohu ‘alaihi wa salam dalam ‘ber­ja­ma’ah dan berupaya mene­ga­kan tauhidullah di muka bumi, khu­susnya di bumi Nusantara ini.

“Kami berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah selaras dengan pemahaman Salafus Sholeh beserta kaidah-kaidah Syar’iyyah yang kokoh sesuai mazhab Ahlus Sunnah wal Ja­ma’ah,” katanya.

Son Hadi mengatakan JAT tidak melakukan perekrutan anggota secara khusus.”Kami se­lama ini hanya melakukan ke­giatan dakwah di masjid-masjid. Kalau ada yang seprinsip dengan kami bisa bergabung,” katanya.

Ia menambahkan, saat ini jum­lah anggota JAT berjumlah 1.500 orang yang tersebar diseluruh daerah di Indonesia.

Son Hadi mengatakan, organi­sasinya tidak menerima dana asing, seluruh kegiatan didanai dari iuran anggota setiap bulan­nya. “Ada yang nyumbang 10 ribu, 100 ribu, kami terima,” katanya.

Namun bila ada anggota tidak bisa menyumbang dana, sam­bung­nya, maka akan diberikan santunan.”Jadi iuran dana terse­but tidak wajib. Siapa yang mam­pu dan mau menyumbang diper­silakan,” katanya.

Mengenai tuduhan dari Ame­rika bahwa JAT adalah organisasi teroris internasional, Son Hadi menyebut hanya sensasi. “Ame­rika hanya cari sensasi saja. Se­bagai juru bicara JAT, saya selalu memberikan keberimbangan berita tentang JAT. Supaya ma­sya­rakat mendapatkan berita yang clear,” jelasnya.

Son Hadji juga heran mengapa namanya masuk daftar Amerika Serikat sebagai teroris dan berhubungan dengan Al Qaeda. “Mengapa nama saya kok bisa masuk daftar itu? Apa urusan­nya?” tanyanya.

Ia juga membantah jika orga­nisasinya disebut bagian dari te­rorisme. Karena JAT hanya se­buah organisasi dakwah Islam.

Son Hadji mensiyalir, tudingan itu sengaja diperpanjang untuk mengukuhkan proyek inter­nasio­nal berkedok pemberantasan terorisme di Indonesia.

Mak­sud­nya, setelah sejumlah tokoh yang dituding pelaku teror seperti Dul­matin, Imam Samu­dera, Umar Patek tertangkap, Amerika dan pihak terkait di In­do­nesia mem­butuhkan objek se­rangan baru. Yakni sasaran baru untuk men­jamin suplai dana pem­berantasan terorisme tetap masuk ke In­donesia.

Dia yakin, JAT akan dijadikan target itu. “Ditambah lagi jari­ngan mereka di sini mengkadali Amerika, (dengan menyebut JAT teroris) supaya dana operasi ini tetap turun,” katanya.

Selain itu, Son Hadi menduga opini ini sengaja dilempar seba­gai pintu masuk untuk meng­interupsi proses hukum pendiri JAT Abu Bakar Baasyir yang kini dalam tahap kasasi.

Ia menyebut Amerika tidak ingin hakim menurunkan lagi hu­ku­man Baasyir seperti putusan Pengadilan Tinggi Jakarta yang menurunkan hukuman Ba’asyir dari 15 tahun menjadi sembilan tahun. “Kita mensinyalir ini ingin mencampuri urusan hukum proses hukum Ustadz Abu Bakar Baasyir yang lagi kasasi,’’ tegasnya.

Dia juga memberi komentar mengenai tudingan Departemen Luar Negeri AS memiliki bahan peledak yang digunakan dalam pengeboman Kedutaan Besar Australia di Jakarta tahun 2004 yang menewaskan sembilan orang dan melukai 182 orang.

“Itu sudah selesai. Dan tidak ada buktinya di pengadilan. Saya tidak terkait Jamaah Islamiyah,” ujarnya.

Penetapan Ini Hanya Berlaku Di Amerika

Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa:

Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa mengatakan, Indo­nesia tidak ikut campur dengan ditetapkannya Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) ke dalam daftar organisasi teroris versi Amerika Serikat.

“Daftar kali ini sifatnya na­sio­nal karena dikeluarkan peme­rintah AS dan penetapannya bu­kan lewat proses hukum. Karena merupakan masalah nasional, pemerintah Indonesia tidak ikut campur,”katanya.

Marty mengatakan, penetapan orang atau institusi yang diduga terlibat tindak terosisme levelnya bermacam-macam, mulai regio­nal, nasional, hingga global.

Menurutnya, daftar terorisme kali ini berskala nasional karena tidak ditetapkan lewat proses hu­kum dan Resolusi Dewan Ke­ama­nan PBB, melainkan ber­da­sarkan info yang diperoleh pe­me­rintah. Jadi hanya berlaku di AS.

“Yang ditetapkan DK PBB adalah daftar teroris berskala glo­bal, dan itu memiliki ketetapan hukum yang juga berlaku secara global,” katanya. Masalah ini, ung­kapnya, tidak akan mem­pengaruhi hubungan bilateral AS-Indonesia.

Marty menjelaskan, Peme­rintah AS pun tidak mengirimkan pem­berita­huan atau notifikasi ke Peme­rin­tah Indonesia atas diteta­p­kannya JAT sebagai salah satu Jaringan organisasi teroris Al-Qaeda.

“Jadi kami tidak ada koordinasi dan masukan dari penetapan itu,” katanya.

Kapolri Akan Koordinasikan...

Kapolri Jenderal Timur Pra­do­po berjanji akan mengoor­di­nasikan keputusan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menetapkan Jamaah Ansha­rut Tauhid (JAT) sebagai orga­nisasi teroris. 

“Saya baru hari ini dapat infor­masi itu. Nanti tunggu, tentunya ini kita kembangkan kemudian kita koordinasikan yang memang lembaga yang memberikan informasi itu,” katanya.

Timur mengatakan, pihaknya akan mengumpulkan data-data terkait hal tersebut. “Kita komu­nikasikan apa benar seperti itu. Siapa pun, apalagi kaitan teroris­me harus kita seriusi karena ini kejahatan lintas negara. Kita tidak bisa berandai-andai. Semua masih dalam proses pengum­pulan data, penyelidikan,” je­lasnya.

Baasyir Masuk Daftar Teroris PBB, Aset Tiga Anggota JAT Dibekukan

Catatan Pemerintah Amerika

PEmerintah Amerika Seri­kat, mengungkapkan JAT ber­tanggung jawab atas berbagai serangan terkoordinasi yang menjatuhkan korban sipil, polisi dan militer di Indonesia. Akibat keputusan ini, Departemen Ke­uangan AS melakukan pembe­kuan aset dan pelarangan tran­saksi terhadap tiga pemimpin JAT, yaitu Mochammad Ach­wan, Son Hadi bin Muhadjir, dan Abdul Rosyid Ridho Ba’asyir.

Menurut pemerintah AS, JAT berusaha mendirikan kekhalifa­han Islam di Indonesia dengan menggunakan cara-cara keke­rasan. Pendiri JAT, Abu Bakar Baasyir, masuk daftar teroris PBB di bawah Resolusi 1267.

“Ba’asyir bertanggung jawab atas pengeboman klub malam di Bali pada 2002 yang menewas­kan lebih dari 200 orang,” tulis Deplu AS .

Deplu AS mengatakan, untuk memuluskan rencananya, JAT melakukan perampokan bank dan aksi kriminal lainnya de­ngan menggunakan senjata, pis­tol dan materi-materi peledak. Salah satu kasus yang me­li­bat­kan JAT terjadi pada September tahun lalu, saat pengebom bu­nuh diri meledakkan bom di da­lam gereja di Jawa Tengah, me­newaskan pelaku dan melukai puluhan lainnya.

“Polisi Indonesia menahan anggota JAT yang tersangkut ka­sus ini dan mengungkap ada­nya rencana pengeboman bu­nuh diri lainnya,” ujar Deplu AS

Selain dari Departemen Luar Ne­geri AS, Departemen Ke­uangan AS juga membeberkan data-data lengkap soal ketiga pemimpin JAT tersebut, yaitu Mochammad Achwan, Son Hadi bin Muhadjir, dan Abdul Rosyid Ridho Ba’asyir. Mulai dari kip­rah ketiganya di JAT hingga ala­mat dan nomor KTP dipaparkan dalam pernyataan tersebut.

Mochammad Achwan dikata­kan sebagai Emir atau pe­mim­pin tinggi JAT sementara, meng­­gantikan ­Abu Bakar Baasyir yang juga pemimpin Jemaah Islamiyah sejak tahun 2008. Warga Malang ini pernah mengadakan pertemuan pada Mei 2011 di Jakarta untuk men­diskusikan status keuangan dan metode donasi atau mencari sumber dana baru.

Selain itu, pada 2010, Achwan juga disebut merekrut anggota JAT baru dan melatih mereka untuk persiapan perang. Di tahun itu juga, lelaki yang diduga berusia sekitar 65 tahun ini memerintahkan pelatihan paramiliter di Poso.

“Pada akhir 2010, Achwan menginstruksikan unit militer JAT, atau yang dikenal dengan nama ‘Laskar 99,’ untuk men­dukung aktivitas kekerasan di seluruh dunia. Laskar 99 adalah unit militer JAT yang men­da­pat­kan latihan persenjataan,” tulis Kemkeu AS.

Son Hadi bin Muhadjir, yang merupakan juru bicara JAT di­sebut AS sebagai penyedia ke­perluan untuk operasi. Lelaki asal Pasuruan ini menerima pe­rintah langsung dari Achwan sebagai Emir.  Son Hadi telah lama menjadi anggota Jemaah Islamiyah. Pada 2004, dia menjadi pemimpin cabang JI di Jawa Timur.

Antara 1997 dan 2004, Hadi be­kerja di yayasan yang men­jadi pusat aktivitas JI di Su­rabaya. Pria kelahiran tahun 1971 ini pernah dipenjara empat tahun pada 2005 karena pernah menampung Noordin M Top. AS juga mengatakan Son Hadi memiliki bahan peledak yang digunakan dalam penge­bo­man Kedutaan Besar Aus­tralia di Jakarta pada 2004 lalu yang menewaskan sembilan orang dan melukai 182 lainnya.

Tokoh terakhir yang dicekal AS adalah Abdul Rosyid Ridho Ba’asyir. Pria kelahiran tahun 1974 ini disebut sebagai perek­rut dan pengumpul dana bagi JAT. Dia bertugas di dewan ek­sekutif organisasi sejak 2010.

Dalam pernyataan Kemkeu AS dikatakan, pada April 2010, Abdul Rosyid telah merekrut penembak jitu dan ahli peledak yang akan dilatih men­jadi mar­tir. Sebagai direk­tur sebuah pe­santren, warga Magetan disebut tidak akan kehabisan calon anggota baru. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

UPDATE

10 Tahun Rezim Jokowi Dapat 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05

Konflik Geopolitik Global Berpotensi Picu Kerugian Ekonomi Dunia hingga Rp227 Ribu Triliun

Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04

Arzeti Minta Korban Pencabulan di Panti Asuhan Darussalam Annur Dapat Pendampingan Psikologis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58

KPK Sita Agunan dan Sertifikat dalam Kasus Korupsi BPR Bank Jepara Artha

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42

Gerindra Bakal Bangun Oposisi untuk Kontrol Parpol Koalisi?

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Imigrasi Tangkap Buronan Interpol Asal China di Bali

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28

Hari Ini, Andi Arief Terbang ke India untuk Transplantasi Hati

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23

Prabowo Hadiri Forum Sinergitas Legislator PKB, Diteriaki "Presiden Kita Berkah"

Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11

Akomodir Menteri Jokowi, Prabowo Ingin Transisi Tanpa Gejolak

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59

Prabowo Tak Akan Frontal Geser Jokowi

Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44

Selengkapnya